HIDUPKATOLIK.COM – SUARA Romo Bernard Rahadian tiba-tiba terhenti dan tak lama kemudian terlihat ia menghapus air mata dan suaranya yang biasa lantang menjadi serak. Rupanya Romo Bernard terharu saat mengenang beberapa tokoh Paroki Alam Sutera yang telah berpulang ke rumah Bapa. Mereka telah ikut berjasa mendampingi Romo Bernard di masa remaja sehingga berani menapak jalan menuju tahbisan imamat.
Momen emosional ini terjadi di awal Misa Perdana Romo Bernard di Gereja Laurensius, Paroki Alam Sutera, paroki asalnya. Dalam Misa ini juga hadir empat orang rekannya yang sama-sama baru saja ditahbiskan pada tanggal 15 Agustus 2023 sebagai Diosesan Keuskupan Agung Jakarta. Keempatnya adalah Romo Ignatius Wahyudi Paweling, Romo Antonius Arfin Samosir, Romo Ludovikus Andri Novian, dan Romo Marcellinus Vitus Dwiputra.
Misa pagi itu, Minggu, 20 Agustus 2023 ini juga sebagai Misa Syukur Ulang Tahun Imamat ke 31 Romo Yohanes Hadi Suryono (18 Agustus) dan ulang tahun imamat ke-24 bagi Romo Victorius Rudy Hartono (16 Agustus). Maka selain lima imam tahbisan baru (seharusnya ada enam imam, namun Romo Albertus Adiwenanto Widyasworo berhalangan), hadir empat romo Paroki Alam Sutera: Romo Johanes Hadi Suryono, Romo Victorius Rudy Hartono, Romo Vinsensius Rosihan Arifin, dan Romo F.X. Dista Kristanto. Juga hadir empat romo tamu, yakni Romo Hardijantan (Pastor Kepala Paroki Bintaro Jaya yang baru saja merayakan ulang tahun imamat ke 25), Romo Simon Lili Tjahjadi (ulang tahun imamat ke-31), Romo Riky Maulana Baruwarsa (baru pulang dari pendidikan di Jerman), dan Romo Frederikus Seda, CMF (dari komunitas Catalina, Gading Serpong). Sehingga Misa ini dipersembahkan secara konselebran 13 romo dengan konselebran utama Romo Bernard.
Misa berlangsung meriah dengan rasa “nano-nano”, ada rasa haru namun juga gelak tawa karena terbawa kisah dari Romo Bernard dan Romo Yudi. Romo Bernard berkisah bagaimana ia mengalami proses awal terbentuknya Paroki Alam Sutera. Misa di sekolah Laurensia, lanjut di aula gereja, sampai kemudian gedung gereja selesai. Juga kisah masa kecil dan remaja sebagai putra altar, bagaimana dia sempat dikerjain oleh teman-teman PA saat ulang tahun.
Tiga belas tahun Romo Bernard meninggalkan paroki, namun selalu merasa tak pernah ditinggalkan. Saat-saat libur dan pulang ke rumah, dia selalu diberi kesempatan untuk terlibat dalam Misa. Bahwa akhirnya dia ditahbiskan sebagai romo perdana Paroki Alam Sutera, dia menyakini ini berkat dukungan dan doa dari umat Paroki Alam Sutera. Untuk semua itu, dia mengucapkan terima kasih. Dia diutus menjadi Pastor Rekan di Paroki Kelapa Gading
Sedangkan Romo Yudi berkisah bagaimana perjalanannya menuju tahbisan imamat. Ia pernah gagal, gagal, dan gagal ujian masuk seminari. Rupanya karena Simbok (ibu) tidak setuju. Simbok tidak mau, bila anaknya menjadi romo, karena akan kurang tidur dan makan tak teratur.
Setelah bertahun-tahun bekerja di Jakarta, lanjut di Kalimantan, saat di mana suara panggilan itu kembali menguat. Dia mencoba kembali mendaftar di Seminari Tinggi Yohanes Paulus II, Jakarta. Kali ini berhasil dan ibubya rupanya juga sudah setuju, karena yakin inilah saatnya mempersembahkan sesuatu kepada Allah. Dugaan sang ibu, bahwa sebagai romo akan susah, rupanya tidak terbukti. Romo Yudi mengaku, selama enam bulan masa pelayanan sebagai Diakon di Paroki Alam Sutera, berat badannya naik 6 kg. Dia mengakui ini semua berkat kebaikan umat. Paroki Alam Sutera patut bersyukur karena Romo Yudi diutus menjadi Pastor Rekan di paroki ini.
Sebelum berkat penutup, Romo Hadi selaku Pastor Kepala menyampaikan rasa syukur bahwa Paroki Alam Sutera telah melahirkan seorang imam perdana. Doa berharap tahun depan, putra paroki lainnya Frater Yuda juga berhasil sampai tahbisan Imamat. Demikian tahun-tahun selanjutnya diharapkan akan terus lahir imam baru dari paroki ini. Romo Hadi menyakini tidak ada imam yang baik, tanpa umat yang baik. Juga tidak ada imam yang baik tanpa rekan imam yang baik. Semua terlibat untuk saling mendukung dan mendoakan.
Misa diakhiri dengan potong kue ulang tahun oleh Romo Hadi, Romo Rudy, Romo Hardijantan, dan Romo Simon. Potongan kue ini diserahkan kepada lima imam tahbisan baru, sebagai simbol dukungan kepada imam baru. Setelah berkat penutup, lanjut dengan foto bersama. Juga diberi kesempatan bagi umat yang ingin bersalaman dengan para romo guna mengucapkan selamat. Hal ini ditanggapi dengan sangat antusias, terbukti dari barisan umat yang mengular sangat panjang untuk antri memberi selamat.
Tak ada perayaan tanpa makan bersama, demikian juga siang itu. Setelah acara di gereja selesai, umat dan tamu undangan diajak ke GKP lantai dua. Telah disiapkan acara hiburan dan hidangan siap santap guna mengisi perut yang mulai keroncongan.
Fidensius Gunawan (Alam Sutera, Tangerang Selaan)/Foto: Dasa Didiaja