HIDUPKATOLIK.COM – Dalam rangka Konferensi Sinodal Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) yang berfokus pada Gereja Masyarakat dan Agama-agama (GERMASA) serta Lingkungan Hidup, acara Dialog Kebangsaan ‘Menuju Indonesia Emas’ menjadi salah satu sorotan utama. Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, hadir sebagai narasumber dan memberikan wawasan berharga terkait peran Gereja Katolik di Kalimantan Barat.
Majelis Sinode GPIB mengumumkan Konferensi Sinodal akan berlangsung dari tanggal 20 hingga 23 Agustus 2023 di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, dengan tujuan memperkuat semangat bersama dalam mengimplementasikan Panggilan dan Pengutusan Gereja dalam konteks misi Allah untuk menyelamatkan dunia.
Dialog ini bertujuan untuk membahas pemikiran dalam berbagai perspektif, termasuk sosial, politik, ekonomi, dan teologi, guna membantu gereja bersiap menghadapi tantangan-tantangan masa depan.
Dalam paparannya, Uskup Agustinus memaparkan bagaimana sejarah peran Gereja Katolik di Kalimantan Barat, yang dimulai pada permulaan abad ke-19. Gereja Katolik, menurut Uskup Agustinus tidak hanya memusatkan perhatian pada kehidupan rohani, tetapi juga terlibat dalam membangun infrastruktur pendidikan dengan mendirikan sekolah Nyarumkop pada tahun 1916. Upaya ini diteruskan dengan mendirikan rumah sakit dan mengenalkan bibit karet unggul ke Sejiram, yang mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah.
“Gereja Katolik bermisi di Kalimantan Barat ada tiga hal pokok yang dilakukan di antaranya membangun pendidikan supaya masyarakat pintar, membangun rumah sakit supaya masyarakat sehat dan melatih pemberdayaan ekonomi supaya ekonomi berjalan,” kata Uskup Agustinus.
Menjadi 100% Katolik- 100% Indonesia
Salah satu nilai penting yang ditekankan oleh Uskup Agustinus adalah prinsip inklusivitas Gereja Katolik. Ia mengutip kata-kata Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, “100 % Katolik 100 % Indonesia,” yang mencerminkan semangat Gereja dalam tidak membeda-bedakan suku, agama, dan golongan dalam pelayanannya.
Dalam konteks ini, Uskup Agustinus merujuk pada ajaran Yesus dalam Matius 25:40, bahwa segala sesuatu yang dilakukan untuk saudara yang paling hina adalah seperti dilakukan untuk Tuhan sendiri.
Uskup Agustinus mengingatkan peran umat GPIB dalam memperhatikan dan merespons kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Pandangan itu tercermin dalam Gaudium et Spes dari Konsili Vatikan II, yang menyatakan bahwa kegembiraan, harapan, duka, dan kecemasan manusia dewasa ini adalah bagian dari perhatian Kristus dan murid-muridnya. Dalam hal ini, Paus Fransiskus juga menyebutkan dalam Evangeli Gaudium bahwa umat Kristiani, termasuk para imam katolik dan semua pendeta GPIB, memiliki tanggung jawab membangun dunia yang lebih baik.
Uskup Agustinus juga mengingatkan tentang Dokumen Nostra Aetate damenyatakan bahwa Gereja Katolik mengakui nilai-nilai benar dan suci dalam agama-agama non-Kristen. Beliau menekankan pentingnya menolak diskriminasi dan penindasan atas dasar ras, warna kulit, status, atau agama, sejalan dengan semangat Kristus.
Uskup Agustinus memberikan wawasan mendalam tentang Gereja Katolik yang telah terlibat dalam membangun Kalimantan Barat serta berkontribusi pada semangat inklusivitas, kepedulian sosial, dan harmoni antaragama. Konferensi Sinodal GPIB semakin menjadi panggung penting bagi pemikiran dan aksi kolektif dalam mewujudkan Indonesia Emas melalui peran gereja dan masyarakat.
Narasumber lain dalam acara ini adalah mantan Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie, Laksamana Madya TNI Purn Robert Mangindaan dari Lembaga Pertahanan Nasional RI, serta Pendeta Prof. John Titaley dan Pdt Sylvana Apituley.
Samuel (Komsos Pontianak)