HIDUPKATOLIK.COM –Ul. 31:1-8; MT Ul. 32:3-4a,7,8,9,12; Mat. 18:1-5,10,12-14.
KITA perlu menjadi anak kecil di hadapan Bapa. Anak kecil yang rendah hati dan tulus. Yang bergantung sepenuhnya pada Bapa dan Ibunya. Yang mau menerima pengarahan dan bimbingan. Dalam diri kita, setan selalu menggoda kita untuk mengatakan: saya sudah dewasa. Saya sudah tahu apa yang saya perlukan dalam hidup. Tetapi ada bahaya. Menjadi dewasa dalam usia bukan berarti otomatis dewasa dalam iman. Contoh ketidakdewasaan iman ialah saat kita masih memikirkan kepentingan egois alih- alih pelayanan tulus. Para murid-murid bertanya kepada Yesus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?”
Orang yang dewasa dalam iman justru semakin hari menghayati spiritualitas anak kecil di hadapan Bapa. Saya anak Bapa Surgawi. Saya rendah hati. Saya bergantung pada Bapa. Saya tidak ingin melukai dan mengecewakan Bapa yang sudah begitu baik pada saya. Kebaikan Bapa tidak patut saya balas dengan sikap pamrih saya.
Pastor Bobby Steven Octavianus Timmerman, MSF Dosen Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta