HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 13 Agustus 2023 Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga. Why.11:19a;12:1-6a, 10ab; Mzm.45:10c-12,16: 1Kor. 1520-26; Luk.1:39-56.
DEVOSI kepada Bunda Maria dalam Gereja Katolik berkembang dari masa ke masa. Sejak abad pertama penghormatan kepada Bunda didasarkan pada teks Kitab Suci, seperti ada dalam Injil Luk 2: 38. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Sikap yang diungkapkan dalam kata-kata itu mencerminkan iman Bunda Maria yang begitu mendalam.
Tahap demi tahap devosi yang didukung oleh ajaran Gereja menjadi semakin berkembang, khususnya setelah Bunda Maria dinyatakan sebagai Bunda Allah yang dirayakan setiap tanggal 1 Januari. Refleksi yang muncul semakin banyak hasilnya seperti yang diungkapkan dalam Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga, yang dirayakan pada 15 Agustus. Bagaimana sebutan ini bisa muncul, dan apa maknanya untuk iman umat Katolik saat ini?
Ada beberapa tradisi lain yang mengambil waktu berbeda-beda dalam merayakan Maria sebagai Bunda Allah, misalnya: di Antiokia 15 Januari; di Mesir 16 Januari; penanggalan Gereja koptik 21 Januari. Tradisi menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Allah inilah yang kemudian berkembang dalam liturgi dan ajaran resmi Gereja sampai pada ajaran tentang Bunda Maria diangkat ke surga. Paus Pius XII menyamakan persepsi dan tanggal yang sama untuk Hari Rayanya.
Ajaran resmi tentang Bunda Maria diangkat ke surga ditetapkan pada tanggal 1 November 1950 dengan rumusan: “… Maka dari itu sesudah berulang-ulang kali dan dengan rendah hati berdoa kepada Allah, dan setelah memohon bimbingan terang Roh Kebenaran, … kami menyatakan bahwa: Bunda Allah tak bernoda, Maria tetap Perawan, sesudah selesailah jalan hidupnya di dunia ini, telah diangkat dalam kemuliaan surgawi dengan badan dan jiwanya”.
Rumusan yang cermat, hati-hati dan tepat ini tidak mempersoalkan apakah Bunda Maria wafat atau tidak. Rumusan yang dipakai adalah “sesudah selesailah jalan hidupnya di dunia ini”, tidak menyinggung soal kematian.
Namun kebanyakan ahli sependapat bahwa tentulah Bunda Maria mengalami kematian, mengingat Yesus pun wafat. Oleh karena itu, makna dari “diangkat ke dalam kemuliaan surgawi dengan badan dan jiwanya”, berlatar belakang itu pandangan filsafat waktu itu. Manusia utuh terdiri dari badan dan jiwa.
Maka kalau Bunda Maria diangkat ke dalam kemuliaan surgawi, hal itu mau menunjukkan keutuhan, dan kesempurnaan Bunda Maria ketika mendapat anugerah kemuliaan surgawi. Bunda Maria mendapat kebahagiaan secara utuh dan sempurna (dinyatakan dengan istilah badan dan jiwanya), karena Bunda Maria melahirkan Yesus Sang Juru Selamat.
Kedekatan dan kebersatuan dengan Allah Putra itulah yang menjadikan kebahagiaan yang diterima oleh Bunda Maria betul-betul istimewa. Keistimewaan itu bisa dimengerti karena jasa dan peran Bunda Maria yang mengungkapkan imannya yang sangat patut diteladani oleh setiap orang beriman.
Kerendahan hati sebagai hamba, penyerahan diri mutlak kepada kehendak Allah, sehingga karya keselamatan Allah terlaksana seperti yang sudah dinubuatkan, menjadi alasan keteladan iman Bunda Maria.
Lalu, apa makna Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga untuk umat beriman masa kini? Seperti halnya Bunda Maria yang menjadi teladan orang beriman, maka bagi setiap orang beriman tersedia harapan untuk mendapatkan kebahagiaan yang utuh dan sempurna sesudah menjalani hidup beriman layaknya sepeti Bunda Maria.
Selanjutnya juga Hari Raya ini memberi penegasan bahwa martabat orang beriman akan diangkat mengarah pada martabat ilahi, yang mengambil kesatuan badan dan jiwanya sebagai keutuhan kebahagian pada akhir hidupnya.
Atas dasar Hari Raya inilah, kita perlu meningkatkan iman baik dari segi pemahaman yaitu mendapatkan pengertian yang sehat dan tidak menyimpang dari Kitab Suci, Ajaran Gereja, dan Tradisi yang ada. Pemahaman yang tepat dan sehat akan bisa menjamin penghayatan dan kesaksian iman yang tepat guna pula.
“Maka, kalau Bunda Maria diangkat ke dalam kemuliaan surgawi, hal itu mau menunjukkan keutuhan, dan kesempurnaan Bunda Maria ketika mendapat anugerah kemuliaan surgawi.”
HIDUP, Edisi No. 33, Tahun Ke-77, Minggu, 13 Agustus 2023