HIDUPKATOLIK.COM – Kel 32:15-24.30-34; Mzm 106:19-20.21- 22.23; Mat 13:31-35
SEMENTARA Musa berada di atas gunung menerima ketetapan-ketetapan dari Tuhan, hati umat Israel menyimpang. Di kaki gunung mereka membuat patung anak lembu dari bahan perhiasan emas yang mereka bawa dari Mesir. Israel kembali pada penyembahan dewa Mesir. Padahal yang dikehendaki Tuhan dari perjalanan itu adalah suatu perayaan perjumpaan dengan-Nya. Melalui peristiwa di padang gurun, Tuhan hendak mengajarkan kepada Musa dan Israel bahwa sesungguhnya Dialah satu-satunya Allah yang benar. Lebih lanjut, Allah menunjukkan kesia-siaan dari dewa-dewa Mesir dan kebenaran dari perjanjian yang telah Ia adakan dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.
Tidak mudah bagi Musa melihat bangsa Israel yang tidak setia kepada Tuhan. Ia menghadap Tuhan dan menjadi perantara antara umat Israel dan Tuhan dengan memohonkan pengampunan dosa, karena Musa yakin akan kasih kerahiman dan kesetiaan Tuhan. Dengan demikian Tuhan tetap menghendaki bangsa Israel masuk ke tanah terjanji. Musa diminta untuk tetap menuntun bangsa itu dan mereka diteguhkan dengan penyertaan malaikat yang berjalan di depan mereka.
Yesus, sebagai Musa yang baru dan bahkan lebih besar, telah menjadi perantara agung bagi kita. Bahkan di atas kayu salib Yesus berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat“ (Luk. 23:34). Teladan doa Musa dan Yesus, sebagai pengantara, memberikan kita kekuatan dan keberanian untuk datang kepada Tuhan, karena Tuhan selalu menghendaki keselamatan kita dan Ia tidak meninggalkan kita yang menyerahkan diri kepada-Nya.
Sr. M. Eusebia, P.Karm Dosen STIKAS St. Yohanes Salib Bandol, Kalimantan Barat