HIDUPKATOLIK.COM – USAI sudah Indonesian Youth Day (IYD) 2023 Palembang 26-30 Juni 2023. Adalah Komisi Kepemudan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI) paling disibukkan dengan IYD Ketiga Ke-3 ini. Jakabaring Sport City (JSC) Palembang menjadi saksi bisu. Kegiatan lima tahunan ini dibingkai dalam tiga bagian besar: refleksi, selebrasi, dan aksi. Semuanya terangkai dalam perjumpaan untuk pembinaan dan pendampingan OMK Indonesia, yaitu pra-IYD, IYD, dan pasca-IYD. Kontributor HIDUP di Palembang, Romo Titus Jatra Kelana mewawancarai Mgr. Pius Riana Prapdi di sela-sela perhelatan IYD Ke-3 ini.
Terkait dengan masa depan OMK, apakah ada grand design yang ingin Monsinyur sampaikan kepada seluruh OMK Indonesia?
Pertama-tama kita bersyukur bahwa kita dikaruniai orang-orang muda yang sungguh luar biasa di Indonesia ini. Apalagi nanti ada bonus demografi. Itu akan menjadi penentu bagi kehidupan menggereja maupun berbangsa. Nah, sebagai orang muda, tentu mereka bukanlah Gereja masa depan. Gereja masa depan itu juga tergantung dari Gereja masa kini. Maka orang muda itu Gereja masa kini dan Gereja masa depan, sehingga sebenarnya kita sungguh mempunyai harapan yang sangat besar. Orang muda adalah pemeran utama dalam membangun Gereja dan bangsa.
Paus Fransiskus dalam Christus Vivit yang ditulis oleh Paus setelah mendengarkan dan membaca atau mengikuti Sidang Umum Para Uskup pada tahun 2018 tentang orang muda — mengatakan bahwa Allah tidak pernah bekerja sendirian. Allah selalu melibatkan dan memanggil orang muda untuk membangun dunia ini. Kita bisa ingat kisah panggilan Daud dan Samuel yang dipanggil saat masih muda, juga Bunda Maria. Sampai sekarang pun kalau kita melihat perubahan-perubahan dunia, misalnya yang menemukan Facebook itu juga orang muda, yang membuat google itu orang muda. Maka grand design bagi kita adalah bagaimana kita mendukung supaya orang muda ini mau menjadi pemeran utama dalam kehidupan menggereja dan berbangsa.
OMK Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Apa langkah konkret awal, sederhana yang bisa dilakukan untuk mendampingi mereka?
Komkep memang tidak bisa langsung menjamah orang muda itu. Komkep mempunyai fungsi untuk memfasilitasi, mengkoordinasi, dan menganimasi sehingga para ketua Komisi Kepemudaan mempunyai kemampuan untuk mendampingi dan menemani teman-teman muda ini sampai pada ipeka kemampuan, yaitu kemampuan untuk melihat realita yang ada di sekitarnya, mulai dari keluarga, lingkungan, stasi, paroki, keuskupan, dan dunia. Kemampuan itu tentu dimulai dengan kemampuan untuk berpikir kritis, berpikir bahwa saya bisa melakukan sesuatu. Itu tantangannya memang besar sekali, karena kita sudah dibiasakan bahkan sejak bayi itu sudah biasa main hape. Orang tua supaya anaknya tidak rewel tidak menangis dikasih hape. Itu yang pertama, yaitu membuat menemani orang muda untuk bisa melihat realita secara baik.
Yang kedua, kita menemani orang muda agar mempunyai kemampuan untuk bersuara, mempunyai opini dan menyuarakan realita yang sebenarnya dan juga inspirasi yang mereka inginkan seperti apa. Mereka memahami dunia atau Gereja seperti apa, hidup mereka seperti apa. Itu harus kita temani sampai mereka menemukan bahasanya harus seperti itu. Paus mengatakan jangan terus bertanya siapa saya tapi harus bertanya, dengan siapa saya hidup dan saya mau mempunyai makna apa bagi dunia. Yang ketiga, mempunyai kemampuan untuk memulai tindakan sekecil apapun. Artinya bisa keluar dari diri sendiri, gerakannya ke luar persis seperti yang Paus katakan, orang muda jangan hanya di balkon atau duduk di sofa sambil makan camilan yang membuatnya obesitas. Perjumpaan dengan sesama pribadi itu sudah menjadi sesuatu yang asing, karena mereka biasa tatap layar bukan tatap muka, akibatnya mereka jengah ketika harus berbicara.
Bagaimana dengan peran orang tua untuk menghadapi dan mendampingi orang muda?
Kami dulu sudah memulai di tingkat KWI, memikirkan atau menyusun sebuah pembinaan berjenjang, berkelanjutan. Kami sudah punya itu dan itu menjadi semacam pegangan supaya orang tua juga menyadari bahwa sebenarnya yang patut mendampingi orang muda adalah orang tua. Karena pendidik pertama dan utama adalah keluarga, nah celakanya, semoga saya salah, banyak orangtua tidak siap menjadi orang tua.
Dalam persiapan perkawinan, ketika ditanya kenapa mau nikah ada yang menjawab ya karena sudah umur, sudah waktunya. Umur tidak menunjukkan kedewasaan kesiapan untuk nikah. Dalam konteks pendampingan orang muda memang peran orang tua tidak boleh dilupakan, karena pendidik utama dan pertama bagi anak-anak. Orang muda masih dalam proses panggilan hidupnya, mau ke mana, mau jadi apa itu orang tua sangat berperan.
Apa pesan Monsinyur untuk OMK Indonesia?
Untuk teman-teman muda, saya senang dengan teman-teman muda. Maka teman-teman muda jangan takut. Kamu tidak sendirian. Kalau kamu sedang punya sesuatu, kamu punya impian atau harapan mau seperti apa, tolong kamu tulis lalu kamu kirimkan kepada saya. Tapi kalau kamu punya pengalaman yang menyakitkan yang ingin kamu lupakan tetapi tidak ada orang yang bisa mendengarkan kamu dan mungkin bahkan orang tuamu tidak sempat, kamu tuliskan saja di kertas, dan kertas itu di rumah, di kapel akan saya bawa dalam doa di hadapan Sakramen Mahakudus. Kalau kamu dalam hidupmu nanti merasa terpuruk, sendirian, kesepian, berat, seolah hidup ini mau selesai, jangan takut.
Ada seseorang yang sedang berdoa, tersungkur di hadapan Sakramen Mahakudus. Kamu tidak sendiri. Orang muda di mana pun Anda berada, jangan takut. Kamu harus terus berjuang, berusaha, membuat supaya hidupmu bermakna bagi dirimu, orang tuamu, Gereja, dan bangsa. Sekali lagi kamu tidak sendiri. Ada orang yang sedang mendoakanmu.
HIDUP, Edisi No. 29, Tahun Ke-77, Minggu, 16 Juli 2023