HIDUPKATOLK.COM – Selebrasi IYD 2023 Palembang berlangsung dengan gegap-gempita. Hasil survei perlu mendapat perhatian serius dalam pendampingan OMK di tingkat keuskupan, paroki dan stasi.
Siapa kita? Orang Kita Semua. Kita dari mana? Keuskupan Agung Palembang! Pakai cuka atau tidak pakai cuka seribu lima ratus. Datang dengan ceria, pulang dengan cerita. Kontingen KAPal, satu bagi tiga berkumpul semuanya. Hah, tiga? Apa itu teman? Kan kita 3 provinsi, Jambi Angsa Dua, Bengkulu Rafflesia Campoha, Palembang Ikan Belida. Oh begitu, lanjutkanlah!
Demikian yel-yel (dalam bahasa lokal) yang dengan penuh semangat dikumandangkan kontingen tuan rumah, OMK Keuskupan Agung Palembang saat memasuki venue acara Indonesian Youth Day (IYD) III di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan.
Euforia peserta dan pendamping yang datang dari 36 keuskupan tampak menggelegar. Wajah yang sayu dan letihnya badan seolah hilang terhapus oleh kerinduan yang terobati dan suasana sukacita perjumpaan antarorang muda dari penjuru Nusantara. Di sana-sini terdengar yel-yel kontingen-kontingen penyemangat mereka dalam mengikuti rangkaian acara IYD III Palembang pada 26-30 Juni 2023.
Gagasan digulirkannya Temu Akbar OMK Indonesia bermula dari Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) pada Oktober 2010. Salah satu hasilnya adalah rekomendasi menyelenggarakan perjumpaan orang muda. Kegiatan ini kemudian dikenal dengan IYD. Dan, tema IYD 2023, Orang Muda Katolik, Bangkit dan Bersaksilah terinspirasi dari Tema Hari Orang Muda Sedunia 2023. IYD Pelambang merupakan lanjutan dari acara serupa, yaitu IYD I Sanggau (20-26 Oktober 2012) dan IYD II Manado (1-6 Oktober 2016).
Ciri Orang Muda
“Di sana ada tertulis, ‘orang muda bisa’. Maka orang muda bisa bekerja, bisa berdoa, bisa belajar, bisa makan, bisa menyanyi, bisa menari. Lalu tidak bisanya apa? Enggak bisanya hanya satu yaitu diam,” kata Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC saat menyapa peserta pada seremoni pembukaan IYD 2023.
“Tidak bisa diam merupakan tanda baik, karena hal itu menjadi identitas bagi orang muda yang identik dengan tidak diam, bergerak, hidup. Maka orang muda identik dengan bergerak,” ujarnya disambut gemuruh peserta.
Pada pembukaan ini, tampak hadir Plt. Dirjen Bimas Katolik, Albertus Magnus Adiyarto Sumardjono; Asisten I Gubernur Sumatera Selatan, Edward Chandra; Ketua DPRD Sumatera Selatan, R. Anita Noeringhati, dan Kepala Bappeda Sumatera Selatan, Regina Ariyanti.
Lebih lanjut Mgr. Antonius menegaskan makna perjumpaan OMK di Palembang. “Perjumpaan ini bukan sekadar selebrasi. Tapi merupakan kesempatan berahmat untuk mencari inspirasi, berdiskusi, sekaligus bereksplorasi tentang pengalaman-pengalaman baik di antara orang muda bukan hanya orang Katolik, tapi juga orang muda dari lintas agama, lintas budaya, lintas suku se-Indonesia,” hentaknya.
Rangkaian pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh Adiyarto Sumardjono. Ia didampingi para uskup, pejabat pemerintahan/TNI-POLRI, dan tamu undangan lainnya.
Vital dan Viral
IYD III Palembang menjadi kesempatan bagi Gereja Katolik untuk menyadari dan menghidupi semangat bersatu. Merupakan saat yang baik untuk saling meneguhkan dan menimba inspirasi, sekaligus memacu semangat orang muda agar memiliki daya dan energi dalam membangun Gereja yang hidup (vital) dan menarik (viral) untuk berjalan bersama membangun bangsa.
Ketua Komkep KWI, Mgr. Pius Riana Prapdi menjelaskan, melalui tema Bangkit dan Bersaksilah, OMK diajak menyadari bahwa dirinya adalah pemeran utama untuk mencintai Tuhan dan Gereja sekaligus pemeran utama dalam membangun bangsa. “Cara hidup, menggereja dan berbangsa hanya satu yaitu berjalan bersama,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, rangkaian IYD dimulai dari refleksi di masing-masing keuskupan melalu beragam kegiatan antara lain Kirab Salib dan live in. “Melalui live in para peserta melihat realitas kita, Gereja, dan bangsa. Peserta ada yang tinggal di keluarga yang berbeda agama. Adadi kampung kumuh dan bencana. Dengan pengalaman itu OMK diteguhkan dan dapat menjadi inspirasi bagi hidupnya,” ujarnya.
Selebrasi IYD Palembang, kata Uskup Pius, dapat mendorong OMK lebih bersemangat dalam hidup menggereja, memiliki daya, mau saling berbagi dan berjalan bersama untuk membangun Indonesia.
Ia menegaskan, penyelenggaraan IYD bukan hanya output yang menjadi fokus perhatian, tapi juga outcome. Menurutnya ada 3 hal penting yang harus mendapat perhatian dalam upaya mewujudkan keberhasilan bersama, yaitu dana, diri, dan doa (3D).
Ia mengatakan, dana menjadi relatif kalau digunakan untuk proses pendampingan pertumbuhan OMK dalam seluruh rangkaian penyelenggaraan IYD yang lalu, kini, dan yang akan datang. Di tingkat stasi dan paroki ada keterbukaan dari diri OMK untuk bangkit dan bergerak dalam kehidupan bangsa dan Gereja. Selain itu, pentingnya doa dan Ekaristi memberi daya secara rohani bagi seluruh rangkaian IYD.
Sekretaris Eksekutif Komkep KWI, Romo Frans Kristi Adi Prasetya, mengungkapkan, perjumpaan untuk pembinaan dan pendampingan OMK Indonesia ini terdiri dari tiga rangkaian kegiatan, yaitu Pra-IYD, IYD dan Pasca-IYD.
Pra-IYD diisi dengan survei OMK Indonesia, lomba-lomba, Kirab Salib IYD dan Salib IYD Keuskupan, Novena IYD, live in, rekoleksi, seminar maupun talk show. Pertemuan di Palembang merupakan momentum selebrasi yang menjadi sarana perjumpaan, sharing iman dan peneguhan iman, dan saling berbagi inspirasi.
“Untuk mencapai tujuan itu selebrasi diisi dengan katekese, workshop, perjumpaan lintas agama, pertukaran budaya, diskusi dan sharing serta perayaan sakramen dan devosi. Setelah selebrasi, pendampingan orang muda dilanjutkan dengan kegiatan Pasca-IYD berupa aksi. Proses ini berfokus pada kegiatan di tingkat keuskupan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi OMK setempat,” imbuhnya.
Sehubungan dengan survei, Romo Kristi mengatakan, kegiatan ini diikuti oleh 5.659 responden dengan rentang usia 13-35 tahun, menyasar tiga aspek, yaitu pengetahuan iman, keterlibatan peribadatan, dan implementasi iman Katolik dalam hidup sehari-hari.
Dari hasil survei ada hal menarik dan patut menjadi bahan refleksi. Salah satu fakta adalah ada 30,8% (1.743 responden) yang mempunyai teman atau anggota keluarga yang meninggalkan Gereja Katolik dalam setahun terakhir. Kurang menemukan kebahagiaan, tidak membentuk jati diri, rasa bosan, dan kurang diterima di lingkungan internal umat Katolik sendiri, menjadi beberapa alasan yang mendasari seseorang meninggalkan Gereja Katolik.
Mgr. Pius memberikan catatan bahwa dari hasil survei terlihat hal-hal yang baru dan tampak dipermukaan yang masih harus dilengkapi dengan dinamika dan hasil diskusi peserta IYD. Harapannya, hasil survei ini akan ditindaklanjuti oleh setiap keuskupan dengan segala situasi dan kekhasannya masing-masing yang didukung dengan metode serta program pendampingan OMK yang berkelanjutan dan sistematis.
Mendapat kesempatan berjumpa dan belajar dari tokoh-tokoh OMK yang inspiratif dan kehadirannya memberi dampak positif bagi lingkungannya merupakan pengalaman yang istimewa. Kehadiran para tokoh muda insipratif dengan pengalaman jatuh bangunnya untuk dapat memberi kesaksian hidup sebagai orang Kristiani dan pelayanan bagi sesama diharapkan juga menggerakkan para peserta IYD untuk berani belajar dan berjuang, bangkit dan memberi kesaksian mulai dari hal yang sederhana, agar hidupnya berguna dan menjadi berkat bagi seluruh ciptaan.
Romo Titus Jatra Kelana (Palembang)
HIDUP, Edisi No. 29, Tahun Ke-77, Minggu, 16 Juli 2023