web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Peduli Anak Akan Bahaya Gadget

5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Bangsa kita baru saja memperingati Hari Anak Nasional, pada 23 Juli 2023 lalu. Kendati peringatan ini sudah lewat, namun refleksi berkaitan dengan anak masih tetap relevan dilakukan, khususnya berhadapan dengan situasi dewasa ini.

Kondisi paling nyata sekarang di hadapan kita adalah bahwa anak-anak sangat dekat dengan gadget. Bahkan mereka tidak bisa dipisahkan dari alat  tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak umur sangat belia, instrumen itu sudah disuguhkan oleh orang tua kepada mereka. Orang tua tidak jarang mengatasi kerewelan anak dengan gadget. Pembiasaan tersebut membangkitkan rasa ketergantungan anak terhadap alat demikian.

Dampak negatif kelekatan anak pada gadget ternyata tidak sedikit. Dampak negatif itu bisa dilihat dari dua hal, yakni pengembangan pribadi anak dan pertumbuhan jiwa sosialnya. Tidak bisa disangkal bahwa kelekatan anak terhadap gadget menyebabkan anak kehilangan waktu  untuk mengembangkan dirinya, khususnya menjadi pribadi yang mandiri.

Baca Juga:  Perlu Peningkatan Kapasitas, Unio Regio Makassar-Amboina-Manado Adakan Pelatihan Motivasi dan Kepemimpinan kepada Para Imam

Kelekatan itu justru membentuk anak menjadi pribadi yang heteronom, minus berpikir jernih dan minus sikap kritis. Dengan kata lain, gadget telah menyingkirkan kesempatan bagi anak melatih diri sebagai pribadi yang otonom dan rasional, padahal ciri-ciri pribadi demikian menjadi sangat penting dalam pertumbuhan anak-anak (Thomas Licona, 2019).

Tidak hanya pembentukan pribadi, tetapi juga pertumbuhan jiwa sosialnya terganggu. Kelekatan anak-anak pada gadget membuat mereka semakin egois, dan individualistis, bahkan apatis. Tidak heran, dalam keluarga, anak-anak yang lekat dengan gadget tidak segera merespon perintah orang tua, bahkan cenderung mengabaikannya.

Di sisi lain keasikan main game sendiri  membuat anak semakin kurang bersosialisasi dan kurang peduli pada sesamanya, sebaliknya lebih suka  menyendiri. Keasikan sendiri sering pula membuat anak abai akan hal-hal yang penting seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kebersamaan yang semakin sedikit dalam keluarga juga menjadi imbas dari ketergantungan pada gadget tersebut.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga dari Sinode ke Sinode, Terus Bertumbuh dan Berakar

Perlu Kesadaran

Kesadaran kita tentang berbagai dampak di atas nampaknya semakin diperlukan, mengingat anak-anak adalah Gereja yang nyata sekarang dan masa depan. Jika kita terlambat untuk mengatasi dampak negatif di atas, maka taruhannya adalah kehidupan anak itu sendiri, dan tak bisa dimungkiri imbasnya adalah kualitas hidup umat beriman ke depan.

Karena itulah menurut hemat penulis,  perlu ada gerakan bersama peduli anak akan bahaya gadget. Gerakan ini perlu melibatkan semua pihak yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, menurut penulis minimal ada tiga wadah yang paling terkait.  Pertama, keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama anak mendapatkan pendidikan nilai dan iman. Fungsi mendasar ini perlu tetap dipertahankan. Karena itu, keluarga perlu menyediakan waktu tertentu tanpa gadget di rumah, dan waktu tanpa gadget itu diisi dengan ngobrol  bareng atau berdiskusi bersama.

Kedua, sekolah. Sekolah sebagai wadah kedua pembentukan kepribadian anak juga dapat memiliki andil dalam mengurangi dampak negatif di atas. Peran sekolah yang paling dominan menurut saya adalah konsientisasi tentang dampak negatif ketergantungan pada gadget. Konsientisasi itu bisa dilakukan dengan  mengurangi tugas-tugas harian yang melibatkan penggunaan gadget dan sosialisasi intensif dan ekstensif pada anak-anak akan dampak kelekatan atasnya.

Baca Juga:  Kongregasi Misionaris Claris Tingkatkan Kompetensi Para (Calon) Anggota

Ketiga, Gereja. Gereja perlu menjadikan peduli anak atas dampak gadget sebagai gerakan iman di tengah-tengah umat. Menjadikannya sebagai gerakan  imani tentu akan lebih berdampak besar dan efektif karena menjadi bagian dari buah iman yang hidup. Umat diajak untuk mengisi waktu tanpa gadget dalam semangat iman Kristiani yang hidup itu.

Kepedulian pada bahaya gadget merupakan wujud nyata kepedulian kita pada masa depan anak-anak sekaligus tanda kepedulian kita pada masa depan Gereja.  Semoga!

Oleh Kasdin Sihotang, Dosen Etika di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles