HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XV; Kel.11:10-12:14; Mzm.116:12-13, 15-16bc, 17-18; Mat.12:1- 8
KEBUTUHAN manusia untuk menata hidup termasuk membangun komunikasi dengan Allah dan sesamanya dari zaman ke zaman telah melahirkan berbagai budaya, kepercayaan, agama, hukum dan sebagainya. Hari Sabat dipercaya oleh orang Yahudi sebagai salah satu ungkapan ibadat yang mencerminkan tanda kasih Allah. Tujuannya membangun relasi akrab dengan Allah agar umat beriman tumbuh dalam perbuatan-perbuatan baik.
Sejumlah orang dengan kapasitas dan keahlian tertentu diberi wewenang untuk menetapkan, mengatur, dan menjaga tata laksana yang menjamin agar seluruh ibadat berlangsung lancar, tertib, dan teratur. Implementasi bisa amat ketat sedemikian rupa sehingga orientasi bergeser menjadi manusia demi aturan, bukan aturan demi manusia. Misalnya, seorang ibu diminta keluar dari gereja dan dilarang meneruskan ibadat karena anak bayinya melompat- lompat di kursi umat.
Yesus meletakkan hari Sabat sesuai tempat dan tujuannya. Bukan dengan cara menghapus melainkan mengembalikan makna luhurnya sebagai sarana untuk menghormati manusia dan memuliakan Allah. Bukan pula dengan mencari-cari kesalahan yang menimbulkan ketegangan seperti dilakukan kaum Farisi. Mari kita laksanakan ibadah yang semakin manusiawi sehingga terjadi perjumpaan sejati dengan Allah yang menyelamatkan.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta