HIDUPKATOLIK.COM – Pw. St. Bonaventura; Kej. 49:29-32; 50:15- 26a; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7; Mat. 10:24-33
KETIKA Matius menulis perikop ini, sekitar 50 tahun setelah kematian Yesus, komunitas Kristen sudah mulai mengalami penganiayaan. Untuk menyemangati mereka, Penginjil mengingatkan mereka bahwa Sang Guru telah meramalkan apa yang akan terjadi. Umat Kristiani tidak boleh menganggap penganiayaan sebagai suatu kebetulan, hal yang biasa saja. Penganiayaan itu sesuatu yang tak terelakkan. Bahkan penulis surat kedua kepada Timotius (ditulis kira-kira pada kurun waktu yang sama) menyatakan ini: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim. 3:12).
Penganiayaan akan menimbulkan rasa takut. Rasa takut adalah musuh utama bagi siapa pun yang ingin mewartakan Injil dan mengatakan kebenaran. Ketakutan menyebabkan orang tidak bebas lagi. Saat Yesus mengutus murid-murid-Nya, Dia memperingatkan mereka tentang bahaya ini. Dalam bacaan hari ini Yesus mengulanginya tiga kali: “Jangan takut” (Mat. 10:26,28,31). Kemudian Yesus berjanji untuk mengenali mereka sebagai sahabat, di depan Bapa-Nya, semua orang yang telah menyatakan diri untuk-Nya di depan orang (Mat. 10:32-33). Kehidupan Yesus semuanya adalah kepercayaan kepada Bapa. Dia datang untuk berbagi kepercayaan itu dengan kita untuk membantu kita mengatasi “ketakutan”
Romo Yohanes Leonardus Suharno, SX Formator Postulan Serikat Xaverian (SX) – MA Biblical Studies Catholic Theological Union, Chicago