HIDUPKATOLIK.COM – USKUP Tanjung Selor, Kalimantan Utara (Kaltara), Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF merayakan lima tahun (lustrum) pertama sebagai Gembala Utama. Menerima tahbisan episkopat dari pendahulunya, Mgr. Justinus Harjosusanto, MSF, Uskup Paulinus selain meneruskan fondasi yang telah diletakkan saat Keuskupan ini didirikan tanggal 22 Desember 2001 oleh Paus Yohanes Paulus II, ia juga harus membangun pelbagai hal untuk Keuskupan termuda di Indonesia ini.
Salah satu hal yang ia bagikan kepada HIDUP, adalah perihal pembenahan keuangan. Dalam hal ini, ia menginginkan tata kelola keuangan Keuskupan dilakukan secara transparan dan akuntabel. Kendala yang dihadapi, luasnya wilayah pastoral dengan medan yang tak tanggung-tanggung sulitnya, membuat sistem pelaporan keuangan (kolekte) dari stasi ke paroki, dan dari paroki ke Keuskupan tak selalu berjalan sesuai dengan harapan. Di satu sisi hal ini dapat dipahami karena alasan geografis tapi juga di sisi lain, keterbatasan tenaga pastoral yang handal juga menjadi problematika sendiri. Menghadapi tantangan ini, Uskup tak kehilangan akal.
Sebagai keuskupan baru, Keuskupan ini tentu memerlukan sumber dana yang tidak sedikit. Para pastor dan pelayan pastoral yang akan turne ke pedalaman harus menerjang riam jeram sungai dan perjalanan darat yang tidak ringan. Sarana transportasi/infrastruktur di Kaltara tergolong masih sangat minim. Transporasi sungai masih andalan. Perlu biaya yang tidak sedikit sementara kondisi ekonomi sebagian umat masih terbatas.
Hal lain yang menjadi fokus adalah mempersiapkan sumber daya pastoral. Sekali lagi, sebagai keuskupan yang masih meletakkan fondasi, Mgr. Paulinus harus bekerja ekstra keras mempersiapkan para pelayan pastoral (katekis) yang mumpuni. Mengingat tenaga imam yang masih terbatas, para awam merupakan pemegang peran amat vital di paroki-paroki dan stasi-stasi di pelosok-pelosok. Tidak setiap minggu setiap stasi dapat merayakan Ekaristi. Ada yang bulanan lebih baru mendapat kunjungan pastor. Maka, para awam di stasi-stasi perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
Lima tahun pertama sebagai Uskup Tanjung Selor, kiranya Mgr. Paulinus telah memiliki ‘modal’ yang kuat untuk memetakan ‘jalan panjang’ atau ‘pembangunan jangka panjang’ Keuskupan ini. Salah satu yang urgen tentu saja perhatian kepada orang muda. Orang muda adalah masa kini dan masa depan Gereja. Berada di provinsi yang juga muda, maka orang muda Katolik (bidang pendidikan) juga perlu dipersiapkan agar mereka mampu berkompetisi di tengah masyarakat, menjadi garam dan terang, menjadi awam yang tangguh, yang dibekali dengan katolisitas dan keindonesiaan yang kokoh. Persoalan ketenagakerjaan di wilayah perbatasan dengan Malaysia (di Nunukan) perlu menjadi prioritas. Mengingat, banyak dari para pencari pekerja adalah umat Katolik sendiri. Mereka yang datang dari pelbagai tempat, khususnya dari Nusa Tenggara Timur.
Seraya mengucapkan selamat merayakan lustrun pertama kepada Mgr. Paulius, mari kita mendoakannya agar ia diberi kekuatan, kesehatan, dan kebijaksanaan menggembalakan umat Keuskupan ini.
HIDUP, Edisi No. 26, Tahun Ke-77, Minggu, 25 Juni 2023