HIDUPKATOLIK.COM – Ammiel Alano, Project Officer SOGIESC dari grup tersebut, mengatakan anak-anak “menderita berbagai bentuk diskriminasi setiap hari bahkan di rumah mereka di mana mereka seharusnya merasa paling dilindungi dan dicintai.”
“Banyak yang dilecehkan hanya karena mereka memilih untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya,” tambah Alano, Minggu (25/6).
National Baseline Study on Violence Against Children tahun 2016 mengungkapkan bahwa empat dari lima anak dengan SOGIESC yang beragam lebih berisiko mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual.
Pengacara Alberto Muyot, CEO Save the Children Filipina, mengatakan bahwa kaum muda harus “diperlakukan dengan hormat — bebas dari segala bentuk pelecehan dan diskriminasi”.
“Semua anak, tidak peduli siapa dan apa mereka, berhak untuk mencapai dan merangkul hak-hak mereka sepenuhnya dan untuk hidup di dunia yang lebih aman, lebih adil, dan lebih berwarna,” katanya.
Kelompok itu mendorong pengesahan “RUU Pengasuhan Positif”, yang bertujuan menjadikan Filipina negara pertama di Asia Tenggara “yang secara hukum melindungi anak-anak dari hukuman fisik dan penghinaan di semua tempat, termasuk di rumah.”
Kelompok tersebut juga mengadvokasi pemberlakuan “RUU Kesetaraan SOGIE” yang akan “memajukan dan memperkuat perlindungan anggota masyarakat yang rentan,” termasuk anak-anak dari SOGIESC yang beragam, yang menurut kelompok tersebut “paling terpengaruh oleh ketidaksetaraan dan diskriminasi.”
“Kami mendorong orangtua, kerabat, sekolah, komunitas, dan berbagai sektor masyarakat untuk mencintai, menerima, dan mendukung anak-anak mereka, terlepas dari SOGIESC mereka,” kata George Oliver De La Rama dari Save the Children Filipina. **
LiCAS.news/Frans de Sales