HIDUPKATOLIK.COM – Matahari bulan Juni bersinar cerah di sebuah danau alam di wilayah Kelurahan Pondok Jagung, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Banten. Masyarakat setempat menamainya “Situ Pondok Jagung”. “Situ” adalah kosa kata masyarakat Banten untuk “danau”.
Ada keceriaan di pagi hari Jumat, 9 Juni 2023, pukul 08.30, di pinggir situ yang luasnya mencapai 8.943,15 m2 itu. Tampak sekumpulan siswa remaja berseragam kaos biru tua sedang asyik menyiapkan sesuatu bersama Ibu dan Bapak guru mereka. Para remaja ini terdiri dari 5 siswa SD, 7 siswa SMP, dan 21 siswa SMA Sekolah Katolik Santa Laurensia, Alam Sutera, Serpong, yang berjarak sekitar 1,5 km dari Situ Pondok Jagung. Mereka akan melakukan kegiatan sederhana namun sarat akan makna, untuk mendukung pelestarian alam dan lingkungan, berupa pelepasan 4.000 benih ikan tawes ke dalam Situ Pondok Jagung dan penanaman 23 bibit tanaman anggur manis di salah satu sisi sempadan situ.
Rosyati, science supervisor SMA Santa Laurensia sekaligus penanggung jawab kegiatan projek P4 (Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bagi semua sekolah, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah penutup dari projek P4 di Sekolah Laurensia, sekaligus memperingati Hari Bumi dan Hari Lingkungan Hidup. Selama semester genap yang baru saja usai, telah dilakukan serangkaian kegiatan pembiasaan bagi para siswa. Selama 3 bulan para siswa telah ikut serta dalam kegiatan penuangan cairan eco enzyme sebanyak 14 kali ke dalam Situ Pondok Jagung bersama para relawan komunitas Eco Enzym Nusantara, untuk membantu membuat air situ lebih jernih dan lebih sehat bagi aneka biota di dalamnya. Eco enzyme (EE) adalah cairan organik hasil fermentasi kulit aneka buah dan sisa sayuran berbagai jenis, dengan gula molase. Selain mengurangi tumpukan sampah organik, cairan EE mempunyai sejuta manfaat bagi kehidupan, termasuk menjernihkan perairan.
Maka hari itu, di situ yang berair tenang, jernih, dengan pohon-pohon rindang yang cukup asri di sepanjang sempadannya, para siswa dan guru ini tidak sendirian. Bersama mereka, juga hadir Dahlan (Camat Serpong Utara), Samin (penjaga situ), ibu-ibu komunitas EEN (Eco Enzym Nasional) Tangerang Selatan yang diketuai Sri Fathonah, dan ketua EEN Serpong Christine, Pramuka khusus Scout and Rescue yang memiliki kecakapan khusus dalam SAR (Search and Rescue), dan komunitas PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia) yang diketuai Dodi (ketua Tangerang Selatan). Anggota PODSI rutin menyambangi Situ Pondok Jagung untuk berlatih balap kano, perahu naga, dan stand-up paddleboarding (mendayung sambil berdiri di atas papan khusus). Komponen masyarakat yang beragam itu hadir dan dipersatukan oleh semangat yang sama, semangat kepedulian akan alam lestari khususnya ekosistem situ serta lingkungan alam dan manusia di sekitarnya.
Andreas Budi Wiryawan dari Tim Litbang Sekolah Santa Laurensia mengungkapkan dalam sambutannya, kegiatan ini mempunyai makna simbolis yang mendalam dan menyentuh banyak aspek kehidupan. Para siswa belajar mengalami secara konkrit nilai-nilai kebersamaan dengan komunitas dan masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Bergandengan tangan dalam kasih persaudaraan tanpa sekat perbedaan, mencoba mensyukuri, menghargai, dan merawat rahmat kehidupan yang dianugerahkan Tuhan bagi semua mahluk.
Aksi ini, menurutnya, merupaan wujud silaturahmi untuk merawat kebersamaan, menjalin kerjasama bagi kehidupan, karena tak seorang pun dapat hidup dan berkembang sendirian. “Buah anggur yang manis dan menyegarkan, air situ yang jernih dan ikan ikan di dalamnya, semoga menjadi berkah bagi kehidupan. Semua itu hanya bisa berkembang kalau dirawat bersama-sama. Semoga anak-anak selalu mensyukuri rahmat kehidupan, berbakti pada bangsa dan negara, dan menjadi warga negara yang baik,” ujarnya.
Membangun keakraban dan bersinergi antara siswa Sekolah St Laurensia dengan pemerintah setempat khususnya Kecamatan Serpong Utara, menjadi inti sambutan Dahlan. Ia mengutarakan terima kasih dan apresiasi bahwa inisiatif Sekolah St Laurensia ini membuatnya kembali menyadari pentingnya menjaga kelestarian perairan. Usaha bersama dalam memelihara lingkungan hidup tetap rapi tertata juga melahirkan ikatan emosional yang sehat di antara semua komponen masyarakat dan dengan lingkungan alam di sekitarnya.
Rosyati berharap anak-anak murid akan selalu mengingat pesan-pesan untuk cinta lingkungan dan bisa bersahabat dengan siapa saja. Di masa depan, mereka menjadi pemimpin yang mempunyai komitmen terhadap lingkungan hidup, di bidang apa pun yang mereka tekuni di masyarakat kelak
“Kami ingin belajar memperhatikan lingkungan di sekitar kami, ingin belajar dari para atlit olahraga dayung dan teman-teman Pramuka, ingin membangun relasi dengan masyarakat, dan pemerintah kecamatan. Semoga kerjasama kita dalam merawat tanaman dan situ ini menjadi berkat kebaikan bagi lingkungan kita bersama,” ujar Ruth Joelin, mewakili rekan-rekannya.
Dahlan dan Samin menerima bibit bibit tanaman anggur setinggi kurang lebih 80 cm dari para siswa dan menanamnya di jalur hijau di pinggir sempadan situ. Beberapa wakil siswa kemudian menaiki dua buah perahu dengan antusias untuk mendayung ke tengah situ bersama beberapa guru, rekan Pramuka, dan didampingi anggota PODSI yang memberi komando arah mendayung sehingga perahu meluncur ke tengah danau dengan aman. Ada 13 orang dalam setiap perahu. Di bagian tengah, penumpang duduk berdua-dua. Para pendamping dari PODSI berdiri di bagian depan dan belakang badan perahu. Sambil berdayung penuh semangat, para penumpang perahu menikmati semilir angin pagi dan cerahnya cahaya mentari yang membentuk jalur keemasan di permukaan situ yang tenang dan jernih. Bunyi kecipak dayung terasa merdu menyentuh air, memberi gaya dorong perahu laju. Bunyi sorak dan tepuk tangan dari para siswa dan guru dari pinggir situ menyemangati para awak perahu menjalankan tugasnya. Di tengah situ, sejenak perahu-perahu dayung berhenti. Bibit-bibit ikan yang sudah disiapkan dalam kantung-kantung plastik besar berisi air dilepaskan perlahan-lahan ke dalam situ. Mulut kantung plastik besar itu dicelupkan ke dalam air dengan dimiringkan sehingga semua ikan di dalamnya berpindah dengan lembut masuk ke dalam air situ.
Dua siswa SMA Santa Laurensia ikut menceritakan kesan mereka pagi itu. “Saya merasa kegiatan ini sungguh seru. Kami bisa ikut bekerja sama membersihkan lingkungan, meningkatkan kolaborasi dan keakraban antara peserta, dan memberi kami motivasi dan inspirasi untuk ikut ambil bagian melestarikan lingkungan sekitar,” ujar Ezer, sswa kelas X yang ikut mendayung ke tengah situ.
Daniella, juga kelas X, mengatakan akan mengingat peristiwa ini selamanya. “Kami mempelajari hal baru, dan belajar lebih bersyukur terhadap karunia alam dari Tuhan. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan kita jaga bersama untuk lingkugan hidup yang lebih baik,”ujarnya.
Caecilia Triastuti Djiwandono