HIDUPKATOLIK.COM – ASMAT, satu nama kabupaten di Papua Selatan. Kota yang dikenal “seribu papan”, tidak punya tanah daratan. Berada di atas rawa. Antarkampung dipisahkan oleh sungai-sungai. Di tempat ini, Komunitas Medis Katolik Indonesia (KMKI) melayani, di bawah naungan Keuskupan Agats-Asmat.
Kesehatan menjadi fokus utama pelayanan KMKI. Medan Asmat yang sulit yang hanya bisa ditempuh dengan perahu atau speedboat. Pasang surut air sungai menjadi kendala akses masyarakat mendapatkan pelayanan cepat dan rutin. Meski begitu, KMKI Keuskupan Agats-Asmat berusaha hadir melayani masyarakat dengan tulus hati.
Ketua KMKI Keuskupan Agats-Asmat, drg. Yenny Yokung Yong mengatakan KMKI sudah melakukan berbagai kegiatan Bakti Sosial Pelayanan Kesehatan. Tujuannya mendekatkan para dokter ke kampung-kampung di Asmat. Terhitung sejak Juni – November 2022, KMKI Keuskupan Agats telah melayani Kampung Per, Uwus, Yepem, dan Asatat.
“Dalam setiap pelayanannya, KMKI Keuskupan Agats-Asmat selalu membawa tim kesehatan yang terdiri dari Dokter Spesialis Anak, Dokter Gigi, Dokter Umum, Perawat, Bidan, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Ahli Gizi, Apoteker, Asisten Dokter, serta Tenaga Laboratorium,” ujar dr. Yenny dalam sharing KMKI pada acara Kongres Nasional KMKI ke-V tahun 2023, di sebuah hotel di Jakarta Utara, Sabtu-Minggu, 29-30/5/2023.
Ragam kegiatan dilakukan KMKI Asmat-Agats. Ada pendataan, penimbangan, pengukuran status gizi, pemeriksaan hemoglobin, pemberian obat seperti obat cacing, serta pemberian telur rebus pada lebih dari 100 pasien. “Tentu edukasi tentang kesehatan seperti cara merawat tali pusat bayi baru lahir serta cara menyusui yang benar menjadi perhatian KMKI,” tuturnya.
Perhatian KMKI
Cerita yang sama datang dari KMKI Keuskupan Agung Kupang (KAK). Perhatian kepada orang kecil yang membutuhkan pelayanan kesehatan tak lepas dari ragam program yang dibuat. Ketua KMKI Keuskupan Kupang, dr. Herly Soedarmadji menjelaskan KMKI memberi perhatian pasca siklon tropis, Seroja di beberapa tempat. Pengobatan gratis di Malaka; di desa Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat pada 1 Mei 2021. Pada pengobatan ini anak-anak diajak bermain sambil belajar cara mencuci tangan yang baik dan benar. Di Soe dan Lembata pada Juni 2021; di Lili, di Oelnamuti; Desa Naunu dan pengobatan gratis di Paroki St. Yosep Naikoten, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dokter Herly menjelaskan pengobatan gratis ini merupakan bentuk respon terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan cepat. Krisis kesehatan yang terjadi pasca siklon tropis Seroja memberi dampak buruk pada masyarakat. Maka KMKI KAK tampil memberi respons cepat kondisi kesehatan masyarakat.
Dalam pelayanan ini tim dokter menggandeng banyak praktisi kesehatan dan pemerintah serta Gereja. Selain perhatian pada fasilitas kesehatan aman bencana agar dapat diakses seluruh masyarakat, juga perhatian pada kesehatan ibu dan anak.
Selanjutnya KMKI di berbagai keuskupan juga melakukan kegiatan yang sama. KMKI Keuskupan Agung Samarinda membuat aneka kegiatan seperti bakti kasih di Paroki Maria Pelindung Abadi. Misa Lansia dari Gereja St. Lukas dan penyuluhan dimensia pada lansia Gereja St. Lukas. KMKI Keuskupan Pangkalpinang membuat kegiatan kunjungan Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan dan KMKI ke Rumah Sakit Primaya Bhakti Wara di Pangkalpinang dan belajar mengukur tensi di Riau Silip, Pangkalpinang.
KMKI Keuskupan Ketapang misalkan pengobatan orang sakit ke daerah pedalaman yang sulit mendapatkan akses pendidikan seperti di Pra-Paroki Botong dan Beginci Darat. Selain itu ada juga kegiatan edukasi kesehatan bagi umat Katolik dan Orang Muda Katolik di Pra-Paroki Sel Dakka dan home care dan Perminyakan Orang Sakit di beberapa paroki pedalaman bersama Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi. Ada juga bakti sosial di Paroki Pedalaman Kecamatan Air Upas.
Sementara KMKI pusat dengan terlibat dalam Federation Internationale des Associations Medicales Catholiques (FIAMC) juga peduli gempa Cianjur bersama KBKK – KMKI – dan JPIC Fransiskan.
Sisi Humanis
Kongres Nasional KMKI ke-V ini, mengambil tema, “Menjadi Orang Samaria yang Baik Hati”. Berbagai kegiatan yang dibuat guna mengisi dua hari pertemuan nasional ini. Hari pertama diisi dengan laporan KMKI dari berbagai wilayah. Di antaranya KMKI KAJ oleh dr. Tonita Pati; KMKI wilayah Keuskupan Bogor oleh dr. Linda Nurtjahja; laporan KMKI Wilayah Keuskupan Agung Medan oleh dr. Montesqiu Silalahi; laporan KMKI Wilayah Keuskupan Pangkalpinang dari dr. Agus Marvianto; laporan KMKI Wilayah Keuskupan Agung Kupang oleh dr. Herly Soedarmadji; KMKI Wilayah Keuskupan Atambua dari dr. Melania Ilona Inviolata Tnano; laporan KMKI dari Keuskupan Agung Samarinda oleh dr. Ignatia Sinta Murti; dari Keuskupan Ketapang oleh dr. Margareta Indah W dan dari KMKI Keuskupan Agats-Asmat oleh drg. Yenny.
Hari kedua Kongres Nasional ini diisi dengan seminar di antaranya oleh dr. Valentinus Yudy terkait Etika Kedokteran; dari dr. Andrew Putranagara terkait Virus Human Papilomavirus (HPV) jenis virus DNA yang dapat memicu masalah pada kulit kelamin hingga terjadi penyebab kanker serviks. Sedangkan dr. Lukas Jusuf berbicara soal Pneumococcal Diseases yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae yang menyebabkan kondisi serius pada tubuh seperti infeksi darah atau meningitis.
Sesi berikut adalah sesi sharing karya pelayanan KMKI yang membentuk berbagai gerakan lewat kelompok-kelompok pelayanan kasih. Kongres Nasional ini menampilkan kelompok Love in Action yang dibawakan oleh dr. Irene Setiadi; ada dr. Angela Abidin yang membawakan materi terkait peran KMKI yang hadir menjadi penyambung lidah bagi mereka yang tidak dapat berbicara; dan dr. Yenny Yukong terkait pelayanan kesehatan di daerah terpencil Agats.
Kongres Nasional ini ditutup dengan Misa yang dipimpin Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta, Romo Samuel Pangestu. Dalam pesannya, Romo Samuel mengajak para dokter Katolik agar tetap setia pada tugas dan tanggungjawabnya. Ia meminta para dokter untuk mengerti benar peran mereka tidak sebatas menyembuhkan pasien, tetapi memberi “kehidupan”. Maka dalam tugas itu, sebut Romo Samuel, seorang dokter harus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.
“Bekerja saja tidak cukup. Menyembuhkan orang saja juga tidak cukup. Dibutuhkan saat ini adalah pribadi-pribadi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam pekerjaan,” ujar Romo Samuel.
Ia meneruskan bahwa menjadi dokter adalah profesi maka profesi ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh. “Bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Layanilah dengan sungguh-sungguh. Tidak bisa bekerja dengan setengah-setengah lalu mengharapkan imbalan yang besar,” demikian Romo Samuel.
“Para dokter bisa menyerupai orang Samaria yang baik hati dengan berdampak pada banyak orang.”
Yustinus Hendro Wuarmanuk
HIDUP, Edisi No.21, Tahun ke-77, Minggu, 21 Mei 2023