HIDUPKATOLIK.COM – Ul. 7: 6-11, Mzm.103:1-2,3-4,6-7, 8,10; 1 Yoh. 4:7-16; Mat. 11:25-30
DALAM Kitab Suci, ada satu ungkapan yang unik, yakni “berpikir dalam hati” (Bdk. 1 Sam 27:1; Mrk 2:6; Luk 5:21). Orang umumnya berpikir dalam benak, namun Kitab Suci menggunakan “dalam hati”, untuk menunjukkan bahwa kehendak manusia yang terdalam dan komitmen yang terkuat bukan ditentukan oleh akal budi, melainkan hati sanubari.
Bacaan I, II dan Injil pada Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus justru menunjukkan kebenaran ungkapan tersebut. Pemilihan bangsa Israel sebagai bangsa terpilih, umat yang kudus dan kesayangan Allah berakar pada hati Allah yang terpikat kepada mereka. Keputusan hati Allah ini membuat Allah tetap mendampingi, membela dan menyelamatkan bangsa ini terutama di saat-saat mereka menderita. Hati Allah penuh kasih ini diwujudkan sepenuhnya oleh Yesus yang lemah-lembut dan rendah hati. Sebagaimana Bapa-Nya, Yesus pun hadir sebagai pembela dan penghibur semua manusia, terutama yang dianggap
lemah, tidak berdaya dan hina. Ia adalah sumber kelegaan bagi semua manusia di dalam kesesakan.
Bagaimana membalas kasih Tuhan yang demikian tulus? Bacaan I dan II senada, “Mari menaati perintah-perintah Allah”. Apa perintah Allah? “Hendaknya saling mengasihi, sebab Allah sendiri adalah Kasih”. Siapa yang berasal dari Allah, hendaknya hidup dalam kasih. Dengan demikian kasih Allah sempurna di dalam kita.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Pendidikan Agama Katolik/Etika Sosial Universitas Widya Dharma Pontianak
