HIDUPKATOLK.COM – Kampung Sukamaju Kurik Lima, Distrik Malind nampak ramai menyambut kedatangan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, para pastor Kevikepan Wendu dan rombongan. Mereka disambut tarian Suku Marind dengan berarak menuju Gereja Stasi Santo Fransiskus Asisi, Paroki St. Petrus dan Paulus Kumbe Kevikepan Wendu, Merauke, Papua Selatan, Senin, 12/6/2023.
Stasi ini terdiri dari sepuluh kepala keluarga ini. Mereka berada di tengah mayoritas umat Muslim yang memiliki kerukunan umat beragama dan toleransi yang sangat tinggi dan gotong royong yang luar biasa.
Meski kawanan kecil, umat stasi ini bersemangat untuk memiliki sebuah sarana ibadat yang memadai. Sejak tahun 2022 setelah selesai dibangun, umat stasi ini memiliki kerinduan besar untuk segera menempati rumah Tuhan yang baru untuk ibadat hari Minggu, namun baru terwujud sekarang diberkati dan diresmikan oleh Uskup Mandagi.
“Gereja memang dibangun oleh manusia. Terima kasih kepada mereka yang membangun gedung ini, arsitek, donatur, umat dan pastor paroki. Gereja baru ini dibangun karena usaha manusia. Namun kita bersyukur, berkat campur tangan Tuhan gereja berdiri. Gereja adalah bait Allah di mana manusia datang mencari Tuhan. Di tempat ini Tuhan mencari manusia sehingga pada akhirnya di atas segala-galanya kita mengutamakan Tuhan,” ungkap Uskup Mandagi dalam khotbahnya.
“Gereja merupakan sebuah bangunan yang merupakan lambang dari persekutuan orang beriman, lambang dari orang Kristiani. Gedung bisa hancur tetapi yang tidak pernah bisa hancur adalah Gerejanya, karena memiliki fondasi dan persekutuan orang beriman juga punya fondasi yaitu Kristus,” kata Uskup.
“Kristus sebagai dasar dari kehidupan umat beriman. Gedung gereja ada, maka walaupun jumlah umat hanya sepuluh KK yang berdoa di gereja ini, merayakan ekaristi, mendengarkan sabda Tuhan, dengan semua itu menjadi dasar dari Gereja. Gereja akan hidup tidak akan mati,” kata Uskup.
Setelah perayaan ekaristi pemberkatan, acara dilanjutkan dengan penandatangan prasasti dan wawan hati serta ramah tamah. Dalam sambutannya Uskup Mandagi menekanan tentang kerukunan masyarakat kampung dan juga memuji kerukunan beragama dan toleransi yang ada di Sukamaju.
“Gus Dur mengatakan bila engkau berbuat baik kepada orang lain, orang tidak akan menanyakan apa agamamu. Kita harus jaga kerukunan umat beragama, dan ini juga harus dijaga di kampung ini,” katanya.
Selain itu Uskup Mandagi dengan lantang menghimbau kepada masyarakat karena menjelang tahun politik, “Tahun depan adalah tahun politik. Apabila ada tokoh-tokoh politik yang mencoba datang dan memberi pengaruh dan janji manis kepada masyarakat agar tidak dihiraukan karena biasanya janji tinggal janji tetapi parlente jalan terus.”
Ibu-ibu Muslim Melayani
Pemandangan tak seperti biasanya juga ditemui di sini. Ketika melihat bahwa ibu-ibu Muslim melayani para tamu yang datang dan umat beragama lainnya yang turut hadir, Uskup mengatakan, “Hari ini adalah acara orang Katolik dan umat Muslim berada di barisan paling depan melayani kami, maka saat umat Muslim dan umat beragama lainnya membuat acara, umat Katolik juga harus berdiri di barisan depan untuk melakukan hal yang sama.”
Ibu-ibu Muslim memasak dan menyiapkan hidangan yang disantap serta berdiri di barisan meja makan melayani para tamu undangan dalam resepsi bersama. Selain itu mereka juga berfoto dan bersalaman bahkan ada yang mencium tangan Uskup Mandagi. Sebuah pemandangan yang indah, tidak ada sekat, tidak ada perbedaan, tidak memandang agama, ras dan golongan. Semuanya tercipta karena kerukunan dan saling menghargai perbedaan dan tetap satu sebagai warga negara Indonesia.
Helen Yovita Tael (Merauke, Papua Selatan)