HIDUPKATOLIK.COM – Pada tanggal 6 Juni, tiga pemuda bersenjatakan parang memasuki rumah orangtua Pastor Leandro NaunHung di Santiago de Cuba, melukai kedua lansia dengan parang.
NaunHung memposting pada 7 Juni pembaruan di Facebook tentang kesehatan orangtuanya, menyatakan bahwa ibunya “hanya menerima pukulan ringan” menurut pemeriksaan medis.
Pastor itu mengatakan ayahnya harus menjalani operasi darurat di Rumah Sakit Provinsi Saturnino Lora setelah kepalanya dipukul dengan parang, yang membuat tengkoraknya retak.
“Pukulan di kepala tampaknya tidak melukainya secara serius, tetapi perkembangan selanjutnya sedang diamati,” lapornya.
“Terima kasih kepada semua teman dan orang-orang yang beriktikad baik yang melalui media sosial, seperti Orang Samaria yang Baik Hati, telah menemani, mendoakan, menyemangati, dan memberi kekuatan melalui ratusan pesan penuh cinta dan iman,” tambah imam itu.
Dalam sebuah pernyataan kepada ACI Prensa, mitra berita CNA berbahasa Spanyol, NaunHung mengindikasikan bahwa serangan terhadap orangtuanya terjadi pada tengah malam tanggal 6 Juni di rumah mereka yang terletak di lingkungan Santa Bárbara.
Menurut imam itu, malam itu ibunya bangun untuk mengambil air minum dan mendapati dirinya berada di dapur di depan tiga pemuda bertopeng sedang makan makanan dari lemari es. Para penyerang memukulinya setelah usaha yang gagal untuk melukainya dengan parang.
Mendengar teriakan minta tolong, suami wanita itu segera pergi ke dapur, tetapi para penjahat menyerbunya dan memukul kepalanya dengan parang. Setelah penyerangan, para pelaku melarikan diri.
Merefleksikan penyebab kejahatan, NaunHun mengatakan bahwa “krisis dan kesulitan yang dialami orang-orang” di Kuba adalah apa yang “memunculkan semua yang terburuk pada individu yang tidak bermoral.”
“Sementara banyak yang peduli untuk lebih membantu satu sama lain, kekurangan mengurangi kemanusiaan di elemen masyarakat yang paling lemah,” kata imam itu kepada ACI Prensa 7 Juni.
Uskup Agung Santiago de Cuba, Mgr Dionisio García, merujuk pada insiden tersebut dalam pernyataan tanggal 6 Juni.
Prelatus itu mendorong umat beriman untuk berdoa kepada Tuhan untuk menghentikan “eskalasi kekerasan” di negara itu dan agar orang-orang yang tinggal di kota-kota dan rumah-rumah di pulau itu dapat memiliki “kehidupan yang layak dan aman.”
“Marilah kita berdoa agar Tuhan memberi kekuatan kepada keluarga ini dan menyembuhkan yang terluka. Semoga Perawan Kasih menutupi mereka dengan mantelnya, menyembuhkan yang terluka dan menghibur mereka dengan cinta keibuannya,” tambahnya.
Menurut surat kabar oposisi El Diario de Cuba, pulau itu saat ini mengalami “peningkatan yang berlebihan dalam penyerangan, perampokan, pencurian, dan pembunuhan yang diekspos orang Kuba melalui media sosial.”
Surat kabar tersebut juga mengkritik bahwa “pers resmi dan pihak berwenang diam tentang masalah tersebut dan hanya melaporkan sebagian kecil” dari insiden tersebut. **
Diego López Marina (Catholic News Agency)/Frans de Sales