HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 04 Juni 2023 Hari Raya Tritunggal Mahakudus Kel.34:4b-6, 8-9; MT Dan.3:52,53,54,55,56; 2Kor.13:11-13; Yoh.3:16-18
HARI ini kita merayakan Allah Tritunggal Maha Kudus. Dalam perjumpaan dengan umat, saya sering ditanya tentang iman akan Allah Tritunggal ini. Salah satu yang paling sering ditanyakan adalah berkaitan dengan sifat esa Allah. Rupanya karena umat sering diberi pertanyaan oleh rekan-rekan penganut agama lain: Apakah kalian menyembah satu atau tiga Allah? Sebenarnya jawaban tentang itu sangat jelas.
Beberapa teks dari Kitab Suci menegaskannya. “Hukum yang terutama ialah: dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” (Mrk 12:29). Lalu kata ahli taurat itu kepada Yesus: tepat sekali, guru, benar kata-mu itu bahwa Dia esa dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia (Markus 12:32). “Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang” (1Kor 12:6). Jadi perihal Allah yang esa itu kita tidak perlu ragu-ragu.
Liturgi hari ini mengajak kita untuk merenungkan unsur lain yang tidak kalah penting. Secara sepintas bacaan-bacaan hari ini seperti tidak berbicara tentang Allah Tritunggal Maha Kudus. Tetapi kalau kita perhatikan dengan teliti, ada pesan penting berkaitan dengan salah satu unsur dari iman kita akan Allah Tritunggal itu. Ketiga bacaan hari ini berbicara tentang sifat Allah yang penting sekali untuk kita: Allah yang dekat, Allah Emmanuel, Allah yang menyertai kita.
Bacaan pertama menyampaikan hal itu dalam kisah yang indah sekali tentang Musa yang naik ke Gunung Sinai, membawa kedua loh batu di tangannya dan berjumpa dengan Tuhan. “Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah, serta berkata, Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami. Sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami. Ambillah kami menjadi milik-Mu” (Kel 34: 8-9). Permohonan Musa itu mengungkapkan kerinduan terdalam hati setiap insan manusia: Berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami … Ambillah kami menjadi milik-Mu. Musa yakin, bahwa Allah Yahwe adalah Allah yang menyertai umatnya (sekalipun tegar tengkuk).
Paulus dalam bacaan kedua menegaskan hal serupa. “Hendaklah kamu sehati sepikir dan hiduplah dalam damai sejahtera. Maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera, akan menyertai kamu!”(2Kor 13: 11). Demikian pula Injil berbicara tentang penyertaan Allah yang mengutus Firman-Nya ke dalam dunia. “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal … mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya …Terang telah datang ke dalam dunia” (Yoh 3: 16-19). Anak, Yesus Kristus adalah wujud konkret penyertaan Allah di dunia.
Jadi: Musa (bacaan pertama) memohon kepada Allah Bapa agar berjalan di tengah-tengah kami. Injil berbicara tentang Putra/Anak/Firman yang telah datang ke dunia. Bagaimana dengan Roh Kudus? Tentu kita masih ingat akan bacaan dari liturgi minggu lalu tentang Roh Kudus yang turun juga untuk menyertai kita, menjadi penolong dan penghibur bagi kita. “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rom 5:5). Begitulah Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah Allah Tritunggal yang menyertai kita. Secara ringkas, Paulus merumuskan hal tersebut dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (bacaan kedua): “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor 13: 13).
Dari sejarah teologi kita mengenal ungkapan termasyur, bahwa Yesus Kristus dan Roh Kudus itu seperti kedua tangan penyertaan Allah bagi kita manusia. Bapa diminta Musa berjalan di tengah-tengah kita. Yesus Kristus adalah Allah yang hadir dalam sejarah hidup konkret dahulu di Betlehem, Nasaret, Kaparnaum, Yerusalem dll: di Palestina. Roh Kudus adalah Allah yang hadir dalam hati kita masing-masing.
Ada hal menarik dalam sejarah perumusan ajaran Gereja tentang Allah Tritunggal dalam Konsili-konsili/pertemuan-pertemuan di awal sejarah Gereja. Dalam proses yang panjang itu, Bapa tidak pernah diragukan keilahian-Nya. Tetapi yang diragukan adalah Yesus Kristus dan Roh Kudus.
Kita beruntung memiliki para Bapa Gereja yang membela mati-matian dengan segala risiko, keilahian dua-duanya. Adapun salah satu motif pembelaan para Bapa Gereja itu adalah Allah Emmanuel itu: Allah Tritunggal adalah Allah yang menyertai kita. Kalau Yesus Kristus (yang masuk dalam sejarah, hidup di Palestina) ternyata tidak Ilahi, berarti sejarah hidup manusia belum disertai Yang Ilahi. Kalau Roh Kudus yang dicurahkan dalam hati kita itu tidak ilahi, berarti kita masing-masing tidak merasakan penyertaan Allah. Tetapi karena baik Putra yang masuk dalam sejarah maupun Roh Kudus yang dicurahkan dalam hati kita adalah sungguh-sungguh Ilahi, kita dapat mengatakan: Allah Tritunggal adalah Allah yang menyertai kita, kita mengalami kehadiran-Nya secara konkret dalam sejarah maupun dalam diri/hati kita.
Itulah artinya kita disebut anak Allah, ambil bagian dalam hidup Allah; itulah artinya juga hidup yang kekal; itulah artinya berdoa (memiliki relasi dengan Allah).
“Dari sejarah teologi kita mengenal ungkapan termasyur, bahwa Yesus Kristus dan Roh Kudus itu seperti kedua tangan penyertaan Allah bagi kita manusia.”
HIDUP, Edisi No.23, Tahun ke-77 Minggu, 4 Juni 2023