HIDUPKATOLIK.COM – Hari Biasa Pekan VII Paskah; Kis 20:17-27; Mzm 68:10-11, 20-21; Yoh 17:1-11a
YESUS mengakhiri wejangan perpisahan-Nya (Yoh. 14-16) dengan sebuah doa penutup. Ia berdoa bagi diri-Nya sendiri, bagi murid-murid-Nya serta bagi mereka yang akan percaya melalui pewartaan para murid. Ia berkomunikasi akrab dengan Allah Bapa. Ada dimensi kemanusiaan amat konkret dalam bingkai relasi spiritual yang sakral dan penuh hormat layaknya Seorang Anak terhadap Bapa-Nya.
Ia menegaskan bahwa semua yang diberikan kepada para murid-Nya berasal dari Bapa. Doa Yesus ini bukan hanya berisi permohonan tetapi menyingkapkan kesatuan antara Bapa dan Sang Putera. Yesus melaksanakan kehendak Allah dengan rendah hati, jujur, setia dan bertanggung jawab. Kemuliaan Allah memuncak dalam karya agung yang dilaksanakan Yesus dengan tuntas yaitu saat Ia ditinggikan di atas kayu salib.
Kaitan antara penderitaan dan kemuliaan juga terasa dalam kejujuran Paulus yang mengisahkan kesusahan yang harus ia tanggung dengan penuh air mata. Kendati tak pernah lalai melaksanakan semua yang harus diberitakan dan diajarkan, Paulus menyebut dirinya sebagai tawanan Roh dan tidak tahu apa yang akan terjadi atasnya. Yesus dan Paulus menunjukkan seni memuliakan Allah melalui kerelaan untuk membiarkan kendali hidup sepenuhnya dalam bimbingan Roh Allah.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta