HIDUPKATOLIK.COM – Sekitar 25.000 orang turun ke jalan di Mexico City 29 April untuk March for Life untuk menuntut diakhirinya aborsi, yang disahkan di ibukota Meksiko pada tahun 2007, menurut Steps for Life, penyelenggara acara tersebut.
Tanggal 26 April menandai 16 tahun sejak Majelis Legislatif Distrik Federal melegalkan aborsi dengan reformasi KUHP. Saat itu Marcelo Ebrard memimpin pemerintahan ibu kota dan mendukung dekriminalisasi, yang dikenal sebagai “Hukum Marcelo”.
“Undang-undang ini telah menyebabkan lebih dari satu juta aborsi di Meksiko, karena angka resmi dari pusat kesehatan di Mexico City harus ditambahkan pada yang dilakukan di klinik swasta,” kata Steps for Life dalam siaran pers.
Sekitar pukul 11.15 WIB, para demonstran menuju Kementerian Luar Negeri untuk meletakkan karangan bunga di dekat Museum Memori dan Toleransi yang melambangkan “kematian yang disebabkan oleh apa yang disebut ‘Hukum Marcelo’ dan kekerasan sistematis yang dialami oleh perempuan,” jelas Jahel Torres Ramírez, juru bicara dan penyelenggara pawai.
Ribuan warga yang terlibat dalam pawai pro-kehidupan kemudian menuju ke Kongres Kota Meksiko, di mana mereka mendengarkan pidato penyelenggara.
Daniel Ramírez Cortés, yang mewakili Steps for Life di negara bagian Michoacán, mencatat bahwa kebijakan publik saat ini tidak menyelesaikan masalah nyata perempuan Meksiko, yang membutuhkan “pendidikan yang lebih baik, lebih banyak kesempatan kerja, jaminan keamanan, penitipan anak, olahraga, budaya, bukan kematian.”
Fátima Guzmán, perwakilan dari Steps for Life di negara bagian Jalisco, menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir telah terbukti bahwa dekriminalisasi aborsi tidak menyelesaikan masalah pada sumbernya. “Ini bukan solusi yang komprehensif, perempuan tidak dirawat dengan baik, risiko dalam praktik aborsi belum berakhir,” katanya.
Guzmán meminta politisi “untuk membuka mata mereka dan menyadari bahwa Meksiko menginginkan kehidupan dan bukan hukum yang tidak adil yang mempromosikan kekerasan sistematis terhadap perempuan dan masyarakat.”
Penyelenggara Jahel Torres menuntut agar tiga cabang pemerintahan “menghormati hukum, menghormati perjanjian internasional yang mengikat di mana Meksiko menjadi salah satu pihak, dan mempromosikan budaya kehidupan, budaya pertahanan otentik perempuan untuk pembangunan yang lebih baik di negara kita.”
Pemimpin pro-kehidupan menekankan “bahwa Meksiko wanita ini, Meksiko kehidupan ini, Meksiko peluang ini, adalah Meksiko yang kita bangun hari ini dan bahwa kita berkomitmen untuk mempertahankan dan menyebarkan karena Meksiko mencintai kehidupan!” **
Eduardo Berdejo (Catholic News Agency)/Frans de Sales