HIDUPKATOLIK.COM – Keuskupan Agung Port-au-Prince meminta pihak berwenang untuk melindungi warga dan tempat-tempat ibadat setelah mengingat penculikan terakhir, di Oratorium Saint Bartholomew, yang juga mengakibatkan banyak luka serius.
Haiti termasuk di antara banyak negara yang disebutkan oleh Paus Fransiskus dalam Pesan Urbi et Orbi Paskahnya. Bapa Suci menyerukan komitmen masyarakat internasional dalam mencari solusi pasti untuk banyak masalah yang melanda negara Karibia itu, yang terjebak dalam krisis politik dan sosial, tetapi juga kemanusiaan.
Episode kekerasan terakhir terjadi pada tanggal 13 April, di akhir Misa yang dirayakan oleh Uskup Agung Port-au-Prince, Max Leroy Mesidor, ketika orang-orang bersenjata masuk ke dalam Gereja, menculik beberapa orang dan menyebabkan dua orang lainnya terluka parah dan membutuhkan rawat inap.
“Tindakan penculikan ini terlalu banyak, merusak integritas tempat ibadat suci dan kebebasan bergerak warga di negara ini,” kata Keuskupan Agung dalam sebuah pernyataan. “Keuskupan Agung Port-au-Prince,” lanjut pernyataan itu, “sekali lagi mengungkapkan kemarahannya atas tindakan seperti itu, yang tidak menyisakan siapa pun dan tidak menghormati tempat; dalam pengertian ini, ia menuntut agar otoritas Negara akhirnya menjamin keamanan jiwa dan harta benda, dan bahwa mereka menuntut dan menghukum mereka yang mengoperasikan industri penculikan dan mengambil keuntungan darinya.”
Keuskupan Agung menambahkan, “Tuhan ingin anak-anakNya bebas dan tidak ditindas atau diperlakukan sebagai budak,” diakhiri dengan doa: “Tuhan adalah penolong umatNya. Semoga Dia murah hati kepada kita, memberkati kita, dan menyelamatkan kita.
Ketidakamanan yang terus meningkat
Situasi kemanusiaan mengkuatirkan. Baru-baru ini, organisasi bantuan kemanusiaan Save the Children melaporkan bahwa 50% anak Haiti menderita kekurangan gizi akut. Situasi diperparah oleh kekerasan geng, ketidakstabilan politik, dan meningkatnya inflasi.
Menurut data terbaru, 5 juta orang (hampir setengah dari populasi, termasuk 1,9 juta anak-anak) diklasifikasikan sebagai kerawanan pangan yang parah. Dari jumlah tersebut, hampir 2 juta menghadapi situasi darurat.
Ketidakamanan telah menyebabkan penutupan sementara rumah sakit Médecins Sans Frontières (Doctors without Borders), yang telah berada di Port-au-Prince di daerah Cité Soleil selama 30 tahun. Keputusan itu diambil setelah tidak mungkin lagi menjamin keselamatan pasien dan staf karena banyaknya bentrokan di sekitarnya. **
Benedetta Capelli (Vatican News)/Fans de Sales