web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Misa Inkulturasi Flobamorata: Memaknai “Rahim” Budaya NTT , Jalan Menemukan Tuhan

5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Lagu-lagu dan tarian bernuansa Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata (Flobamorata), Nusa Tenggara Timur (NTT) berkumandang dalam Misa Inkulturasi Paskah di Gereja St. Barnabas, paroki Pamulang, Tangerang Selatan, Minggu, (16/4/2023).

Perayaan Ekaristi yang bertepatan dengan Minggu Kerahiman Ilahi ini berjalan penuh khusyuk. Misa dipersembahkan Pastor Hendrikus Maku, SVD dengan konselebran Kepala Paroki St. Barnabas Pamulang, Romo Petrus Cipto Nugroho, SCJ dan Romo Hieronymus Indra Sepriandika, SCJ selaku pastor rekan serta Frater Agus, SCJ.

Misa ini penuh semarak dengan balutan busana khas NTT. Anggota kor, pemusik, dan penari membawakan lagu-lagu, musik dan tarian daerah NTT. Semua bernyanyi dalam sukacita.

Pater Hendrikus Maku, SVD

Makna Rahim

Sebagai putra daerah NTT asal Manggarai-Flores, Pastor Hendrikus dalam pesannya mengajak umat untuk memahami arti terdalam dari kata rahim. Menurutnya, ada tujuh fungsi kata rahim yang sarat dengan pesan moral bagi umat Katolik.

Pertama, rahim artinya melindungi. Seorang bayi akan merasa terlindungi saat berada dalam rahim seorang ibu. Demikian juga Allah yang Maharahim adalah tempat paling aman bagi manusia untuk melindungi diri dari berbagai ancaman dan kuasa dosa.

Baca Juga:  Renungan Harian 21 November 2024 “Yesus Menangis”

Kedua, rahim artinya menghidupi. Rahim menjadi tempat bayi hidup, bertumbuh dan berkembang hingga lahir ke dunia. Allah yang Maharahim adalah Allah yang memberi hidup bagi manusia, menjaga dan memelihara hidup manusia.

Ketiga, memberi pertumbuhan. Di dalam rahim, seorang bayi bertumbuh sejak terbentuk hingga dilahirkan ke dunia. Allah yang Maharahim senantiasa memberikan rahmat pertumbuhan bagi setiap orang, baik secara mental, jasmani dan rohani. Meneladani sifat Allah yang Maharahim berarti mengarahkan tindakan-tindakan kita pada pertumbuhan hidup setiap orang ke arah yahng lebih baik.

Keempat, menghangatkan. Bayi yang berada dalam rahim seorang ibu senantiasa merasakan kehangatan, terlindungi dari rasa panas ataupun dinginnya suhu lingkungan. Allah yang Maharahim memberi kehangatan bagi jiwa yang selalu mengandalkan-Nya dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.

Kelima menjaga. Bayi akan selalu terjaga dengan aman hidup dan pertumbuhannya di dalam Rahim. Allah yang Maharahim selalu menjaga hidup dan pertumbuhan diri setiap orang. Umat katolik yang baik akan senantiasa berkomitmen menjaga hidup bersama selalu berada dalam kondisi kondusif bagi pertumbuhan hidup setiap orang.

Baca Juga:  Kongregasi Misionaris Claris Tingkatkan Kompetensi Para (Calon) Anggota

Keenam, menerima tanpa ada kriteria. Rahim selalu menerima benih kehidupan tanpa kriteria-kriteria tertentu. Allah yang Maharahim selalu dan selamanya dengan tangan terbuka menerima dan mengampuni manusia tanpa syarat-syarat tertentu. Hendaknya umat katolik melalukan hal yang sama, menerima setiap orang, memperlakukan mereka secara adil tanpa pilih kasih.

Ketujuh, membawa dan tidak pernah terlepas. Di dalam rahim, bayi selalu menyatu dengan ibu dan tidak pernah terlepas. Allah yang Maharahim senantiasa menyertai hidup manusia sepanjang waktu, tak pernah Ia lalai sedetik pun menjaga umat-Nya.

Sementara dalam sambutannya, Kepala Paroki Barnabas Romo Petrus Cipto, memaknai inkulturasi dalam Ekaristi sebagai upaya umat menemukan Tuhan dengan cara-cara yang kreatif. Tuhan menampakan diri dalam ekspresi budaya dan tradisi yang memanusiakan manusia. “Tugas setiap manusia berbudaya adalah mencari dan menemukan Tuhan dalam khazanah budaya melalui cara-cara baru dan kreatif,” ujar Romo Petrus.

Romo Petrus Cipto Nugroho, SCJ

Lestarikan Budaya

Usai Ekaristi, paguyuban Katolik NTT di Jabodetabek ini melengkapi makna inkulturasi, usaha mencari dan menemukan Tuhan dalam khazanah budaya dengan ramah tamah. Berbagai tarian daerah NTT dan beberapa Lagu Indonesia Timur seperti Jai, Gawi, Tebe, Tobelo, Dolo-dolo dan tarian Bidu turun mewarnai kemeariahan Pesan Paskah.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga dari Sinode ke Sinode, Terus Bertumbuh dan Berakar

Tidak saja itu, ada juga berbagai makanan lokal NTT seperti pisang rebus, jagung dan singkong menjadi menu makan siang bersama masyarakat Flobarata dan umat Paroki St. Barnabas Pamulang.

Ketua Paguyuban Flobamorata, Paskalis mengatakan Misa Inkulturasi ini perpaduan liturgi Ekaristi dan Budaya NTT. “Salah satu tujuan penting Misa Inkulturasi dan pentas budaya dalam acara ramah tamah bersama ini yakni melestarikan budaya NTT bagi generasi muda NTT yang lahir dan bertumbuh di sekitaran ibu kota negara ini,” sebutnya.

Sementara bagi kalangan orang tua, “Ini merupakan moment yang tepat bernostalgia dan berbagi cerita tentang kampung halaman dan segala keindahan hidup bersama orang-orang di kampung,” ungkap Paskalis.

Ketua Paguyuban Flobamorata, Paskalis Gabat/Dok. Pribadi

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Panitia, Paul Wake. Ia menghimbau generasi muda agar giat terlibat dalam kegiatan-kegiatan Flobamorata, baik itu kegiatan-kegiatan rohani di paroki dan lingkungan, maupun kegiatan-kegiatan sosial bagi masyarakat umum.

Laporan: Yerem Leok

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles