HIDUPKATOLIK.COM – HARI Minggu, 28 Maret 2021, sebuah ledakan keras mengguncang halaman Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus, Katedral Makassar. Bangunan tergoncang, jendela-jendela bergetar dan beberapa terlepas terbuka, termasuk hotel di samping Wisma Keuskupan Agung Makassar (KAMS).
Tak disangka pasutri muda melakukan tindakan bom bunuh diri. Tercatat 21 korban kena cipratan bom, dari korban itu, ada 5 orang beragama Islam, seorang petugas parkir, sedang 4 lainnya pejalan kaki yang kebetulan lewat.
“Betul bom tak membedakan agama. Kebanyakan korban luka bakar ringan. Meski tidak ada yang meninggal, tetapi andaikata pelaku bisa menerobos masuk ke dalam gereja sementara umat merayakan Minggu Palma, mungkin tak terhitung korban yang meninggal,” sebut Uskup Agung Makasar, Mgr. John Liku Ada’ dalam pertemuan khusus dengan Plt. Dirjen Bimas Katolik, A.M. Adiyarto Sumardjono di Wisma KAMS, Senin, (17/3/2023).
Lanjut Mgr. Liku Ada’ peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar mendapat reaksi cepat dan luas dari berbagai pihak baik pemerintah maupun kalangan umum. Berbagai dukungan mengalir baik dari Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, Kapolda Sulawesi Selatan, Gubernur Sulsel, Andi Sudirman; Kapolri dan Panglima TNI; Kepala BNPT, Komjen Boy Rafluy; Ketua Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla dan FKUB; termasuk Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas. Selanjutnya dukungan datang dari Ketum PBNU Said Aqil Siradj dan berbagai pernyataan keras dari Presiden Jokowi.
Aksi ini melahirkan pernyataan sikap bersatu 43 lembaga Islam di Sulsel kepada Gereja Katolik. Dalam refleksi Uskup Agung, dengan kejadian ini, akhirnya mulai lahir sebuah keprihatinan bahwa nilai-nilai kultural warisan leluhur selama berabad-abad mulai tergerus zaman. “Salah satu nilai kultural terkandung dalam istilah sipakatau, isilah sama untuk bahasa Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar yang artinya ‘saling menghargai-memanusiawikan manusia’ mulai hilang,” ungkapnya, sambil menegaskan, harus disadari bahwa betapa hakiki dan universal kemanusiaan itu.
“Tetapi dengan adanya tragedi berdarah ini, alam bawa sadar orang Indonesia kembali diingatkan lagi akan nilai kemanusiaan dan nilai persatuan yang termaktub dalam butir-butir Pancasila,” tegas Mgr. Liku Ada’.
Sementara itu, Plt. Dirjen Bimas Katolik mengatakan dirinya merasa bersyukur bisa berwawan hati dengan Mgr. Liku Ada’ dan hadir memberi penguatan dan dukungan dari pemerintah atas tragedi bom bunuh diri yang terjadi setahun lalu. Ia sepakat dengan pernyataan serempak bahwa teror bom bunuh diri bertentangan dengan nilai dan ajaran agama mana pun.
“Kini kita semua lewat peristiwa itu diajak untuk merenungkan bagaimana kita kembalikan unsur-unsur Pancasila dari alam bawa sadar yang sempat hilang. Dengan begitu kita semua bisa kembali memanusiakan manusia dengan memberi contoh kepada masyarakat akan nilai universal kemanusiaan,” sebutnya.
Dalam pertemuan itu, Adiyarto Sumardjono diajak untuk berkeliling seputar Gereja Katedral dan melihat-lihat tragedi berdarah itu. Ada banyak penjelasan kilas balik bagaimana kejadian itu terjadi. “Saya setuju dengan pernyataan Gus Yaqut, Menteri Agama saat bertemu Mgr. Liku Ada’ – jangan takut Bapak Uskup, kalian tidak sendiri,” kata Adiyarto Sumardjono.
Hadir dalam pertemuan itu, Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Sulsel, Paulus Palondongan, Pastor Frans Nipa; Pastor Albert Arina; Pastor Wihelmus Tulak; dan Pastor Eddy Kaniu’. “Kami mengapresiasi kehadiran Plt. Dirjen Bimas Katolik dan kami berharap dengan pertemuan ini kita kembali mengajak masyarakat memahami bahasa universal kemanusiaan dan persaudaraan yang pernah hilang dan kembali memperkuatnya. Betul ternyata kita tidak sendiri, kita sedang melangkah semakin kuat di tengah multikulturalisme,” ungkap Kepala Katedral Makassar, Pastor Wihelmus Tulak.
Diakhir pertemuan ini, Plt. Dirjen Bimas Katolik menyerahkan bantuan tiga set perlengkapan Misa kepada Uskup Agung yang akan dikirimkan kepada paroki-paroki yang membutuhkan.
Laporan: Humas Ditjen Bimas Katolik