web page hit counter
Minggu, 24 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Mengapa Uskup Alvarez Menolak Meninggalkan Nikaragua? Ini Penjelasan Seorang Mantan Tahanan Politik

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Félix Maradiaga, mantan tahanan politik dan calon presiden yang kini tinggal di pengasingan di Amerika Serikat, menjelaskan mengapa ia yakin bahwa Uskup Rolando Álvarez, yang dijatuhi hukuman 26 tahun empat bulan penjara, memutuskan untuk tetap tinggal di Nikaragua dan tidak dideportasi ke Amerika Serikat ketika dia memiliki kesempatan untuk pergi.

Dalam wawancara baru-baru ini dengan EWTN dan ACI Prensa, mitra berita CNA berbahasa Spanyol, Maradiaga mengatakan bahwa dia merasa diteguhkan dengan “melihat teladan seorang uskup yang telah memberikan segalanya untuk kebebasan umatnya.”

Álvarez dijatuhi hukuman pada 10 Februari setelah dia dituduh secara tidak adil sebagai “pengkhianat tanah air” karena kritiknya terhadap kediktatoran Presiden Daniel Ortega dan istrinya, Wakil Presiden Rosario Murillo.

Sehari sebelumnya, uskup menolak menjadi bagian dari 222 tahanan politik, termasuk para imam dan seminaris, yang dideportasi ke Amerika Serikat.

“Uskup Álvarez bisa saja naik pesawat itu bersama kami semua pada 9 Februari, ketika kami diasingkan, diusir dari Nikaragua,” kenang Maradiaga.

Baca Juga:  Rekoleksi Pasutri TNI-POLRI: Siap Menikah, Siap Menderita

“Dia menolak untuk melakukannya karena dia tidak bisa meninggalkan orang-orangnya. Karena dia harus memberi contoh, kesaksian pengorbanan kepada orang-orang yang masih di penjara.”

Mantan tahanan politik itu mengatakan bahwa uskup menyatakan saat itu, “Saya tidak akan pergi sampai semua tahanan bebas.”

“Itu adalah tindakan pengorbanan tertinggi. Teladan itu harus didengar oleh seluruh dunia,” tegas Maradiaga, mencatat bahwa ada 37 tahanan politik yang masih berada di penjara negara.

Mantan kandidat presiden itu mengatakan pembebasan uskup Matagalpa “merupakan kewajiban semua pembela hak asasi manusia di setiap sudut planet Bumi” dan bahwa “itu bukan hanya masalah agama.”

“Ini adalah kewajiban etis dan moral dari semua pemerintah Amerika Latin dan dunia, tidak hanya Amerika Serikat tetapi juga Eropa dan organisasi yang membela hak asasi manusia,” tambahnya.

Bagaimana kabar mereka yang berada di pengasingan di Amerika Serikat?

Baca Juga:  Renungan Harian 21 November 2024 “Yesus Menangis”

Maradiaga menjelaskan dalam wawancara dengan ACI Prensa bahwa 222 orang yang dideportasi berasal dari 11 penjara Nikaragua dan telah tersebar ke 26 tujuan di Amerika Serikat.

Semua orang yang dideportasi dicabut kewarganegaraan Nikaragua mereka. Spanyol menawari mereka kewarganegaraan, tawaran yang diterima 81 orang, sementara 111 orang buangan berada dalam situasi rentan karena kesehatan atau usia tua.

“Sebuah permintaan telah diajukan ke Kongres Amerika Serikat untuk memberikan undang-undang khusus yang melindungi kelompok 222 ini, dan mereka telah menjawab kami dengan tegas. Ada banyak kemauan politik untuk mekanisme khusus yang melindungi mereka, karena yang kita miliki saat ini hanyalah tindakan kemanusiaan yang belum menjadi suaka politik. Itu kondisinya,” jelasnya.

Paskah di pengasingan

“Pada Minggu Paskah tahun lalu, bersama dengan sesama tahanan politik lainnya di penjara El Chipote, kami menjalani Pekan Suci yang sangat sulit dengan dikurung di sel yang tidak manusiawi itu,” kenang Maradiaga dalam pesan tertanggal 9 April yang dikirim ke ACI Prensa.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Hari-hari di penjara terasa berat karena mereka harus berdoa dalam keheningan, “hampir secara diam-diam, karena penjaga penjara tidak mengizinkan untuk memuji Tuhan dengan lantang.”

Namun, “kami memiliki keyakinan bahwa kami akan segera dapat memuji Tuhan di luar jeruji itu,” lanjutnya.

Tanggal 9 April ini, yang merupakan Minggu Paskah, “Saya merayakan dua bulan setelah memeluk istri saya, Berta, dalam kebebasan, putri saya Alejandra dan ibu saya, Carmen,” kisahnya.

“Untuk itu saya memuliakan Tuhan atas apa yang saya anggap sebagai keajaiban. Saya menawarkan kepadanya kebebasan saya sebagai alat dan sebagai persembahan terima kasih, untuk digunakan sesuai dengan keinginannya.”

Maradiaga mendorong orang-orang untuk “jangan pernah lupa bahwa Tuhan dapat melakukan hal-hal luar biasa untuk Nikaragua dan keluarga kita. Jelas Tuhan bertindak melalui manusia, tetapi waktu-Nya sempurna.” **

Walter Sanchez Silva (Catholic News Agency)/Frans de Sales

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles