web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

MENGATASI PENOLAKAN DIRI

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Ada seorang ibu yang kelihatannya sangat terbeban. Ia sangat terbeban karena suaminya meninggalkannya dengan dua anak.

Akibatnya, ia mengisolasi diri dari pergaulan. Ia merasa semua orang menolaknya dan tidak ada yang mencintainya. Ia merasa menyesal telah dilahirkan ke dunia.

Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun. Situasi batinnya itu berubah ketika anaknya lulus universitas. Anaknya itu mengatakan,  “Mama, semua yang kucapai saat ini merupakan jerih payah Mama. Saya sangat mencintai mama”.

Banyak orang tidak dapat mencintai dirinya sendiri karena peristiwa-peristiwa pahit yang telah mereka alami. Penolakan diri tersebut merupakan akar dari banyak masalah dalam hidup ini.

Ketika kita tidak bisa berdamai dengan diri kita sendiri, kita pun tidak bisa berdamai dengan orang lain. Ketika kita kekurangan nilai dan keyakinan diri, kita tidak dapat mencintai diri kita sendiri dan juga orang lain sehingga kita tidak mungkin dapat memiliki sahabat dekat dalam hidup kita. Kita semakin terisolir oleh diri kita sendiri dan orang lain.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Belum bisa berdamai dengan masa lalu kita yang kelam itu akan membuat kita tidak bisa bergerak ke mana-mana. Hidup kita tidak berkembang.

Kita terus-menerus sibuk dengan ingatan akan kekecewaan dan kemarahan karena telah dipermalukan ataupun dikhianati. Terus-menerus memikirkan trauma membuat kita tidak bisa menggunakan potensi yang ada dalam diri kita secara maksimal.

Hidup kita tidak lagi bisa produktif karena kita berkubang dengan penyesalan. Hidup dalam penyesalan adalah hidup dalam seandaianya seperti ‘seandaianya saya tidak menikah dengan pasangan saya sekarang, tetapi dengan pacar saya yang pertama, saya pasti bahagia atau seandainya saya bekerja di perusahaan lain, hidup saya sudah sejahtera’.

Hidup dalam keterikatan dengan masa silam yang menyakitkan akan membuat kita tidak dapat fokus terhadap karya Tuhan yang akan Ia nyatakan kepada kita ”Firman TUHAN: Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara” (Yesaya 43 : 18 – 19).

Keterikatan pada masa silam tersebut tidak ada gunanya karena Tuhan hendak memberikan kehidupan yang baru. Kehidupan yang baru itu belum pernah kita alami sebelumnya.

Kehidupan baru itu bukan kehidupan yang biasa-biasa saja, tetapi sangat mengagumkan. Kehidupan yang baru itu sangat mengagumkan karena Tuhan telah membuka jalan di tengah hutan belantara persoalan.

Penderitaan yang kita jalani dengan iman dan cinta adalah penderitaan yang menyelamatkan (Salvici Doloris).

Penderitaan yang kita jalan dengan iman dan cinta itu akan melahirkan belaskasihan, hormat, dan rasa takut karena di dalamnya ada kuasa keagungan-Nya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Karena itu, kita harus berdamai dengan masa lampau kita sehingga kita dapat menyambut kehidupan baru yang Tuhan telah sediakan bagi kita.

Tuhan memberkati!

Romo Felix Supranto, SS.CC, Kepala Paroki Santa Odilia, Citra Raya, Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles