web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Menumbuhkan Terus Advokasi Perdamaian

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – DALAM ilmu sosial dikenal dua cara memandang realitas: teori strukturalis dan teori eksistensialis. Teori strukturalisme menerangkan bahwa segala sesuatu di dunia ini sudah ada rumusnya. Orang tidak bisa melakukan sesuatu yang berbeda dari masyarakat karena ia tidak bisa melawan kecenderungan umum. Sebaliknya dalam teori eksistensialisme, manusia adalah makhluk bebas yang bisa menentukan segala hal.

Dua teori yang bertentangan ini mendominasi, hingga muncul teori praktek sosial yang menggabungkan keduanya. Teori ini mengakui keteraturan dalam hidup masyarakat, tetapi di tetap terbuka kemungkinan munculnya pola pikir, pola berelasi dan sudut pandang baru yang bisa jadi mengubah keteraturan tersebut. Teori ini dikemukakan oleh Pierre Bourdieu, seorang sosiolog dari Perancis.

Dalam pemikiran inilah, saya ingin mengapresiasi apa yang sedang dilakukan oleh Gereja Katolik bersama dengan Al-Azhar di Mesir yang pernah bersama menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia yang dikenal dengan Dokumen Abu Dhabi.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Di tengah masyarakat yang memandang wajar perpecahan, saling curiga, saling menyakiti bahkan membunuh atas nama agama, Gereja Katolik dan Al-Azhar di Mesir menjadi agen perubahan. Keduanya ini melakukan advokasi (sebuah tindakan atau proses mendukung sebuah maksud atau usulan tertentu). Kedua lembaga ini meyakinkan dunia bahwa persahabatan umat manusia adalah hal yang harus diperjuangkan bersama.

Sudut pandang orang dalam memandang saudaranya yang berbeda bukan lagi sebagai musuh atau saingan melainkan sebagai sahabat-sahabat yang melawan musuh yang sama. Mereka yang sebelumnya memandang satu sama lain sebagai musuh, disadarkan bahwa musuh bersamanya adalah kemiskinan, perang, penganiaayan, penindasan, dan berbagai bentuk diskriminasi. Agama-agama diajak untuk tidak memperunyam permasalahan, melainkan menjadi bagian dari solusi.

Upaya advokasi perdamaian itu bergulir di berbagai tempat di dunia dan menjadi pembelajaran bersama.

Di Indonesia, gaung perdamaian menyentuh nubari bangsa kita. Perjuangan bersama masyarakat Indoenesia untuk hidup damai menemukan peneguhannya dalam Dokumen Persaudaraan Manusia. Dalam konteks inilah pemberian gelar Honoris Causa kepada Kardinal Miguel Ángel Ayuso Guixot, MCCJ, Prefek Dikasteri Dialog Antarumat Beragama oleh UIN Sunan Kalijaga pada 13 Februari 2023 lalu, bisa kita maknai. Penganugerahan ini adalah pengakuan terjadi kontribusi Gereja Katolik membangun solidaritas dan kemanusiaan antarbangsa dan agama.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Dalam sambutannya di acara penganugerahan gelar itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin menyebutkan bahwa apresiasi ini juga diberikan terhadap kontribusi Gereja Katolik di Indonesia yang tiada hentinya mengupayakan perdamaian. Ungkapan ini mengingatkan kita tentang: betapa banyak orang-orang yang pernah belajar tentang arti saling mengasihi dan mengampuni ketika mereka belajar di sekolah Katolik; betapa banyak orang mengalami ketersentuhan persaudaraan dengan pastor dan biarawan-biarawati Katolik; betapa banyak orang yang tersentuh oleh kegiatan-kegiatan sosial yang diupayakan oleh orang-orang Katolik; betapa banyak orang yang sudah mengalami kasih karena kehadiran lembaga-lembaga sosial Gereja; dan betapa banyak orang yang melihat keutamaan hidup orang Katolik yang bergaul dengan mereka di tengah masyarakat.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Di tengah keraguan akan persaudaraan antaragama, pengakuan ini sekaligus sebuah peneguhan bahwa kita ada di jalur yang benar. Masih banyak orang yang bersama dengan kita hendak membuat masyarakat sadar bahwa jalan persaudaraan adalah jalan yang mestinya kita anggap sebagai jalan hidup bersama yang wajar.

Kalau di luar sana orang percaya bahwa perbedaan agama adalah sumber permusuhan, semoga di dalam hati Anda dan saya tetap hidup komitmen untuk menjadikan persaudaraan sebagai mimpi yang harus diperjuangkan bersama.  Mimpi itu tidak kita perjuangkan sendiri, tetapi kita bagikan dengan berbagai cara supaya bisa menjadi mimpi kita bersama.

Persahabatan umat manusia adalah hal yang harus diperjuangkan bersama.

Romo Martinus Joko Lelono, Diosesan Keuskupan Agung Semarang/Pengajar Kajian Agama dan Dialog Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma

HIDUP, Edisi No.11, Tahun ke-77, Minggu, 12 Maret 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles