HIDUPKATOLIK.COM – Budaya kekerasan, materialisme, budaya indiferentisme (acuh tak acuh) masih sering terjadi di zaman ini. Tiga penyakit zaman ini seakan-akan menggantikan sumber kebahagiaan caritas (cinta kasih) dan veritas (kebenaran).
“Zaman ini manusia tidak lagi menjadi sahabat bagi orang lain tetapi menjadi serigala yang kejam. Tiga penyakit zaman ini membantu mewujudkan tumbuh kembangnya pribadi manusia yang kejam, ” ujar Pastor Budi Santoso, MSC.
Direktur Chevalier Indonesia ini merefleksikan, di tengah budaya kekerasan manusia butuh obat penawar. Obat penawar itu adalah budaya cinta. Sebutnya budaya cinta akan mengalahkan budaya kekerasan, materialisme, dan acuh tak acuh. “Caritas dan veritas akan mematahkan budaya kekerasan dan budaya kematian,” ujarnya dalam Seminar Spiritualitas Hati di Aula Susteran PBHK, Grogol, Jakarta, (Minggu, 19/03/2023).
Seminar ini diprakarsai Keluarga Chevalier Indonesia yang terdiri dari Tarekat Hati Kudus Yesus (MSC), Suster-suster Putri Bunda Hati Kudus (PBHK), Tarekat Maria Mediatrix (TMM), Bruder Bunda Hati Kudus (BHK), dan Awam Keluarga Chevalier (AKC).
Pastor Budi membawakan tema,
“Membangun Budaya Cinta di Tengah Keluarga dan Masyakarat”. Ia menegaskan budaya cinta masih sebagai obat untuk menolak segala bentuk ketidakadilan, kekerasan, dan permusuhan. Budaya kekerasan itu bukan datang dari tindakan lahiriah tetapi bersumber dari hati. Ketika hati tidak menawarkan energi positif maka tubuh bisa melakukan tindakan kekerasan.
Pastor Budi merefleksikan ada berbagai alasan terjadinya budaya kekerasan. Berkembangnya konsumerisme, hedonisme, individualisme, dan kekerasan di media dan masyakarat. Iklan terus membakar nafsu dan naluri konsumerisme dalam diri setiap orang. Belum lagi ekspresi dalam film bernuansa kekerasan yang ditawarkan teknologi mengabaikan nilai kemanusiaan.
“Saat ini juga terjadinya perubahan nilai-nilai budaya dan spiritual. Hati tidak lagi diisi dengan benih veritas dan caritas karena bertumpuk dengan sampah-sampah budaya kekerasan. Budaya mengampuni, melayani, mengasihi dan kehidupan rohani jauh dari harapan,” tegasnya.
Salah satu jalan yang ditawarkan Pastor Budi adalah kembali dekat dengan Tuhan. Meneladani spiritualitas Hati Kudus Yesus. Hati Yesus adalah hati yang mau mengampuni dan mengasihi, hati yang berbelas kasih, rela berkorban, dan yang peduli kepada sesama.
Di tempat yang sama Wakil Ketua Awam Keluarga Chevalier, Petrus Maringka menyebutkan budaya cinta bisa menyembuhkan kebencian, amarah, iri hati, dengki, acuh tak acuh, perselisihan dan menumbuhkan sebuah budaya baru yaitu cinta.
“Di tengah dunia dengan berbagai budaya kekerasan disertai alasan-alasannya membuat kasih semakin menipis. Pater Jules Chevalier sebagai patron Keluarga Chevalier mengajak semua orang untuk mengembangkan budaya cinta kasih dengan meneladani spiritualitas hati di tengah masyarakat dan keluarga,” sebut Petrus.
Sedangkan Fransiskus Yacob Karmen selaku Ketua Panitia Seminar Spiritualitas Hati mengatakan seminar kali ini dihadiri berbagai komunitas. Di antaranya para Suster PBHK dan TMM, Bruder BHK, Komunitas Heart Community & We Care, Komhat, Tim Ametur dan umat beriman dari paroki-paroki terdekat. Seminar ini ditutup dengan Misa.
Yusti H. Wuarmanuk