HIDUPKATOLIK.COM – SORE itu Pak Diman masuk ke rumah dengan lunglai. Ini hari terakhir ia masuk kantor. Mulai besok ia berstatus sebagai pensiunan alias pengangguran. Sudah sekitar tiga puluh tahun ia mengabdi di kantornya sejak sebelum mengenal Bu Diman. Bu Diman sudah tahu apa yang terjadi dengan suaminya hari ini. Ia sudah menyiapkan ubi bakar Cilembu yang manis kesukaan suaminya di meja makan. Segelas kopi pahit panas dari perkebunan pertapaan Rawaseneng tersedia di sampingnya.
“Duduk dulu sini, Pak. Mumpung kopi dan ubinya masih panas,” sapa Bu Diman.
“Mulai besok aku jadi pengangguran, Bu,” kata Pak Diman lirih.
“Ora opo-opo, Pak. Kan Bapak sudah bekerja tiga puluh tahun. Sudah waktunya Bapak beristirahat.”
Pak Diman kemudian menyeruput kopi pahit dan menyantap ubi Cilembu.
“Bu, mumpung sudah longgar waktunya, aku pingin ke Kanada.”
“Gak usah mimpi, Pak. Memang Bapak dapat pesangon berapa? Pakai mimpi ke luar negeri segala.”
“Aku pingin ke berdoa ke Gua Maria Kanada, Rangkasbitung.”
“Wooooo, Bapak mau ziarah?”
“Iya, Bu.”
—–
Pak Petrus, ketua lingkungan Santo Andreas, malam itu mendapat telepon dari Pak Diman.
“Pak Ketling, saya menginformasikan bahwa Bu Diman positif Covid. Ini tadi cek ke Balkesmas. Bu Diman isoman di rumah Mbak Dewi. Saya ditemani Alin di rumah,” kata Pak Diman.
Juli 2021 pandemi Covid-19 merajalela di Indonesia. Media massa memberitakan rumah sakit sampai harus membangun tenda darurat untuk merawat warga yang terpapar. Sirine mobil jenazah meraung-raung siang dan malam menuju Taman Pemakaman Umum khusus Covid-19.
Karena pandemi, Paroki Santo Andreas melarang pertemuan lingkungan secara offline atau tatap muka. Demikian juga pertemuan dan doa bulanan yang diadakan lingkungan Andreas dilaksanakan secara online menggunakan aplikasi zoom.
Pak Petrus, selaku ketua lingkungan, sedang menyapa beberapa umat yang sudah hadir di layar komputernya. Ada Bu Tri Mulyani, Mas Wiwid, Priyo, Bu Satiman, Pak Giarto, Pak Budi.
“Kita tunggu sepuluh menit lagi, ya. Semoga bertambah umat yang bergabung,” sapa Pak Petrus.
Satu per satu umat bergabung ke layar zoom. Umat yang hadir berbincang-bincang tentang pandemi Covid yang sedang melanda. Syukurlah, bahwa umat lingkungan Andreas yang sebelumnya terpapar sudah dinyatakan negatif berdasar tes laboratorium.
Pertemuan lingkungan itu dimulai tepat pada waktunya. Bu Hani, selaku seksi Kitab Suci lingkungan, sedang membacakan Surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus.
Tiba-tiba Bu Sinaga menyela.
“Maaf, mengganggu sebentar. Mbak Alin mengirim WA menyampaikan bahwa Pak Diman terkena Covid. Sekarang sedang dalam perjalanan menuju RSUD.”
Pertemuan pun menjadi kacau.
“Kemarin Bu Diman. Sekarang Pak Diman.”
“Bu Diman di rumah Mbak Dewi. Pak Diman dibawa ke rumah sakit.”
“Syukur ada Mbak Alin bersama suaminya.”
“Umat sekalian, pertemuan malam kita khususkan untuk mendoakan keluarga Pak Diman. Kita akan berdoa Rosario,” kata Pak Petrus.
Ketika umat sedang mendaraskan peristiwa sedih ketiga Bu Sinaga kembali menyela.
“Ini ada WA dari Mbak Alin. RSUD sudah penuh pasien. Pak Diman dibawa ke rumah sakit swasta. Semoga mendapatkan oksigen dan segera dirawat,” ujar Bu Sinaga.
Umat lingkungan Andreas menyelesaikan doa Rosario bagi kesehatan Pak Diman dan Bu Diman.
Menjelang tidur, Pak Petrus membuka ponselnya, membaca WA grup lingkungan. Bu Sinaga menulis bahwa Pak Diman dibawa ke rumah sakit swasta di Rangkasbitung atas saran seorang saudara.
Ketika bangun tidur pagi harinya, Pak Petrus langsung membaca WA grup lingkungan. Bu Sinaga memberitakan bahwa Pak Diman bisa dirawat di rumah sakit swasta yang dituju. Keluarga mengucapkan terima kasih atas perhatian dan doa umat lingkungan. Di bawah WA itu beberapa umat mengirim doa bagi kesehatan Pak Diman.
Jam delapan pagi ketika akan berangkat ke kantor, Pak Petrus secara khusus membuka WA grup lingkungan. Pak Petrus kaget bukan kepalang, karena ada begitu banyak ucapan ikut berbela sungkawa, semoga beristirahat dalam damai, semoga bahagia di surga, selamat jalan. Lho, siapa yang meninggal ini? Kok aku enggak tahu, ya. Pikiran Pak Petrus berkecamuk karenanya.
Layar ponsel segera ditariknya ke atas. Ada postingan dari Mbak Alin.
RIP. Bapak Fransiskus Diman. Bapak dipanggil Tuhan pagi hari ini pukul 07.00. Bapak akan dimakamkan di pemakaman Katolik Rangkasbitung. Mohon doa umat lingkungan Andreas. Terima kasih.
Pak Petrus berdiam diri sejenak mendaraskan tiga kali Salam Maria.
—
Bu Diman hanya bisa tertidur lemas di rumah Mbak Dewi. Kabar wafatnya Pak Diman meluruhkan kekuatan yang dimilikinya. Covid masih menggerogoti tubuhnya.
“Pak, aku duluan yang terkena Covid. Namun, Bapak yang duluan ke surga karena Covid. Padahal sebentar lagi kita merayakan pesta emas perkawinan. Doakan aku, Dewi, dan Alin dari surga, ya Pak. Sekarang keinginanmu untuk ke Kanada Abadi bersama Ibu Maria dikabulkan Tuhan.”
Salam Maria penuh Rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah Engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakan kami yang berdosa ini. Sekarang dan pada waktu kami mati. Amin.
Langenarjan Lor, April 2022
+ Mengenang Bapak F.X .Supardiman
Oleh P. Citra Triwamwoto
HIDUP, Edisi No.09, Tahun ke-77, Minggu, 26 Februari 2023