HIDUPKATOLIK.COM – SUKACITA dan suasana persaudaraan menyelimuti ruang pertemuan Hotel Sari Pasific Jakarta. Ada 21 Vikaris Jenderal (Vikjen) berbagi pengalaman, suka dan duka, serta peluang dan tangan pastoral di setiap keuskupan. Dalam suasana guyub, para Vikjen diberi waktu untuk presentasi singkat terkait keuskupan, setelah itu peserta lain diberi kesempatan untuk bertanya informatif dan memberi apresiasi.
Pertemuan Vikjen Nusantara yang berlangsung selama tiga hari, 6-9 Februari 2023 ini dihadiri para Vikjen dari 10 Provinsi Gerejawi (Jakarta, Semarang, Ende, Kupang, Palembang, Medan, Pontianak, Samarinda, Makassar, Merauke).
“Pertemuan kali ini untuk menguatkan persaudaraan, bangun sinergitas dan kolaborasi aktif antar-Vikjen di Indonesia agar lahir visi dan misi yang sama dalam membangun Gereja Indonesia,” ujar Vikjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Pastor Samuel Pangestu.
Dua Program Utama
Pertemuan yang sama pernah diadakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur dan pertemuan kedua di Palembang, Sumatera Selatan. Dalam dua pertemuan ini, para Vikjen mengisahkan tugas dan peran mereka sekaligus berbagi pengalaman tentang keterlibatan mereka membantu karya pelayanan Uskup Diosesan sebagai ordinaris wilayah.
Setelah pertemuan di Palembang ada beberapa agenda yang sudah disepakati bersama di antaranya agenda pertemuan di keuskupan lain sebagai kegiatan rutin tahunan. Tetapi persoalan pandemi Covid-19 membuat pertemuan ini dibatalkan. Di tahun 2023, KAJ menginisiasi pertemuan ini sekaligus menjadi tuan rumah.
Dalam pertemuan kedua di KAJ, ada dua program yang turut disosialisasikan dengan harapan bisa menjadi gerakan bersama Gereja Indonesia yaitu Basis Integrasi Data Umat Katolik (BIDUK) dan Badan Amal Kasih Katolik (BAKAT). BIDUK adalah sebuah upaya berpastoral berbasis data dengan sebuah aplikasi yang menjawab kebutuhan Gereja akan data umat yang kian aktual dan akurat. Dengan BIDUK ini diharapkan tak seorangpun yang terlupakan.
Informasi BIDUK ini sendiri telah diimplementasikan di berbagai keuskupan termasuk dalam acara temu BIDUK Nusantara pada September 2022 lalu. Pertemuan ini dihadiri 33 peserta baik itu sekretaris keuskupan, tim BIDUK awam dan beberapa pastor paroki dari 12 keuskupan yang sudah menggunakan BIDUK.
Pertemuan ini adalah gerakan bersama agar bisa maju secara bersama-sama dalam pelayanan umat berbasis data, terintegrasi, dan tepat sasaran. Pertemuan ini juga berawal dari inisiasi KAJ lalu kini menjadi gerakan bersama. Beberapa keuskupan yang sudah mengimplementasi BIDUK sangat merasakan manfaatnya. Ada konektivitas antar paroki, data umat terintegrasi, dan sangat membantu sekretariat paroki atau keuskupan dalam hal pendataan dan klasifikasi umat.
Sementara BAKAT adalah badan amal Gereja yang didirikan oleh Uskup Agung Jakarta. Lembaga ini berdiri agar menjadi Lembaga Penerima Sumbangan Keagamaan yang resmi bagi umat Katolik. BAKAT berkembang dalam visi “Menjadikan Umat Allah sadar untuk memberikan amal kasih sebesar 10 persen dari penghasilannya.” Sementara salah satu visinya adalah menyalurkan sumbangan dana kepada umat yang membutuhkan, membiayai fasilitas aktivitas umat, pembangunan Gereja Katolik, biaya pendidikan seminari, sekolah keagamaan, pembinaan umat kategorial dan parokial, operasional keuskupan dan paroki, serta pembiayaan badan sosial lainnya.
BIDUK dan BAKAT disosialisasikan kembali dalam pertemuan Vikjen Nusantara. Diharapkan sosialisasi BIDUK dan BAKAT ini para Vikjen bisa mempertimbangkannya sebagai sebuah program utama keuskupan yang kemudian hari bisa menjadi gerakan bersama para Vikjen se-Nusantara. Hal ini sebagaimana yang diarapkan Kardinal Ignatius Suharyo.
Kardinal berharap dalam pertemuan ini segala kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan yang dialami umat beriman kiranya menjadi bagian hidup para Vikjen dalam melayani umat khususnya mereka yang kecil dan tak berdaya.
Berbagi Suka-duka
Di sela-sela pertemuan itu, para Vikjen dijamu oleh KAJ lewat makan bersama. Sebelum makan bersama, para Vikjen bertemu Kardinal Suharyo di Wisma Keuskupan Agung Jakarta. Kardinal Suharyo dalam pertemuan itu berharap semangat para vikjen ini adalah semangat kolegialitas yang saling menguatkan dan mendukung.
Menurut Kardinal Suharyo, pertemuan seperti ini harus sering dibuat sebagai kesempatan untuk saling menguatkan. Tentu ada banyak hal baik yang bisa ditemui di keuskupan lain yang mungkin saja tidak ada di keuskupan sendiri. “Perlu ada penyegaran lewat pertemuan serupa. Ada sharing dan berbagi informasi sangat penting bagi Gereja Indonesia. Dalam sharing itu saya yakin ada hal-hal baru yang bisa dipetik oleh keuskupan lain,” sebut Kardinal Suharyo sesaat sebelum makan siang bersama.
Dari Wisma KAJ, para Vikjen mengikuti tour keliling kompleks Gereja Katedral di antaranya mengunjungi Museum Katedral Jakarta dengan melihat jejak-jejak sejarah Gereja Katolik Indonesia. Setelah itu mereka berkesempatan mengunjungi Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga, Katedral Jakarta dengan berbagai ornamen bersejarahnya. Dari Katedral, para Vikjen melewati terowongan silaturahmi untuk mengunjungi Masjid Istiqlal.
Satu hal yang menguat dalam pertemuan Vikjen Nusantara ini adalah sharing pengalaman. Vikjen Keuskupan Amboina, Pastor Anton Kawole menceritakan profil singkat Keuskupan Amboina yang terdiri dari Provinsi Maluku dan Maluku Utara dengan 1027 pulau. Medan pastoral yang luas, yang umumnya dijangkau dengan transportasi laut tentu membutuhkan biaya yang besar.
Kendati demikian ada peluang pastoral yang kuat. Ada potensi-potensi yang sangat membantu karya pastoral dengan Sumber Daya Manusia yakni tenaga imam yang cukup memadai. Ada kurang lebih 105 imam Diosesan dan 30 imam tarekat yang berkarya di Amboina. Ada sekitar 200-an biarawati yang membantu karya pastoral dan 50 orang katekis yang siap melayani di paroki dan pendidikan.
“Jumlah umat Katolik sekitar 113 ribu jiwa dan di dalamnya banyak kelompok kategorial dan kaum awam yang membantu karya pastoral. Ada 70 calon imam diosesan di seminari tinggi, dan 300 calon imam di seminari menengah. Dan ada lahan tidur milik keuskupan sekitar 500 hektar tanah yang dikembangkan menjadi lahan produktif. Ada sumber daya keuangan lembaga keuangan mikro Credit Union yang sangat membantu,” jelas Pastor Anton.
Senada dengan Pastor Anton, berbicara soal pengembangan kehidupan sosial-ekonomi dan tata kelola keuskupan Agung Medan (KAM), Pastor Michael Manurung, OFM Cap menjelaskan umat KAM hampir 80 persen bekerja di sektor pertanian dan peternakan. Maka itu Gereja perlu menyapa lewat program-program konkret bersama umat. Misalkan menguatkan Paguyuban Lembaga Keuangan Mikro, Pertanian dan Peternakan, juga Credit Union CU) agar bisa membantu sisi ekonomi umat.
Sedangkan dalam hal tata kelola keuskupan, menurut Pastor Michael, satu hal yang baik adalah rumah keuskupan hanya untuk residensi uskup. Kantor Keuskupan dipindahkan ke Pusat Pastoral Katolik (Catholic Center). Termasuk di sini komisi dan beberapa kelompok kategorial bisa berkarya sehingga menjadi pusat pengembangan umat sekaligus agar fokus memberdayakan umat sebagai sentra kegiatan rohani. Di Catholic Center ada kegiatan Misa, seminar, pameran atau promosi, acara pendidikan dan budaya, pengadaan sarana dan prasarana, media center, dan sebagainya.
Sementara itu Vikjen Keuskupan Palangka Raya, Romo Silvanus Subandi mengatakan keuskupannya melayani dalam semangat Permanere in Gratia Dei (tetap tinggal di dalam kasih karunia Allah) – moto episkopal Mgr. A.M Sutrisnaatmaka, MSF. Menurutnya salah satu tantangan yang dihadapi kini adalah Gereja bertumbuh di tengah kebudayaan Dayak. Adat istiadat yang masih kental misalkan upacara perkawinan, upacara sebelum dan sesudah menanam padi di ladang. Masih ada kepercayaan kaharingan penduduk asli Kalimantan Tengah dengan hidup menaati jalan adat.
Selain itu Gereja bertumbuh dalam proses inkulturasi, di mana iman belum bisa sepenuhnya ‘merasuk’ dalam nafas kehidupan budaya orang Dayak Katolik. Belum lagi mentalitas Dayak yang kerap membagi kemujuran (rezeki) kepada orang lain, rasa hormat yang tinggi terhadap alam, manja pada kekayaan, mudah tersinggung dan menghormati tamu secara berlebihan yang berakibat mereka sering ditipu. Semangat gotong royong tinggi tetapi belum ada rasa untuk saling menolong dalam usaha mengangkat derajat hidup sesama suku.
Yustinus Hendro Wuarmanuk
HIDUP, Edisi No. 09, Tahun ke-77, Minggu, 26 Februari 2023