HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu Prapaskah I, 26 Februari 2023, Kej.2:7-9, 3:1-7; Mzm.51:3-4, 5-6a, 12-13, 14, 17; Rm.5:12-19 (panjang) atau Rm.5:12, 17-19 (singkat); Mat.4:1-11
KITA sedang menjalani masa Prapaskah, masa puasa, masa tobat, masa Retret Agung. Secara khusus kita diundang menjalani olah hidup rohani, agar layak memasuki Paskah Tuhan. Kita bersyukur, karena selama masa Prapaskah, Tuhan memberi kita kesempatan rahmat untuk makin mengikuti Yesus. Untuk melawan penggoda jahanam yang meracuni dan melukai kodrat kita secara parah.
Dosa melemahkan kehendak hati dan kemampuan budi kita sedemikian rupa sehingga kita takluk terbelenggu di bawah hukum kematian. Mengutip Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1440 yang berbunyi: “Dosa adalah terutama penghinaan terhadap Allah dan pemutusan persekutuan dengan Dia. Serentak pula ia merugikan persekutuan dengan Gereja. Karena itu, pertobatan mendatangkan secara serentak pengampunan Allah dan perdamaian dengan Gereja. Sakramen pertobatan dan perdamaian menyatakan dan melaksanakannya dalam liturgi.”
Selain itu, dosa adalah satu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran dan hati nurani yang baik; ia adalah satu kesalahan terhadap kasih yang benar terhadap Allah dan sesame atas dasar satu ketergantungan yang tidak normal kepada barang-barang tertentu. Ia melukai kodrat manusia dan solidaritas manusiawi. Dosa didefinisikan sebagai “kata, perbuatan, atau keinginan yang bertentangan dengan hukum abadi.” (KGK 1849)
Maka dari itu Selama masa Prapaskah, kita kita diundang untuk belajar menjalani hidup dengan iman yang berani dan tegas, mati dan bangkit bersama Tuhan, Sang Juruselamat dunia. Oleh kejatuhan Adam dan Hawa di taman Firdaus, terkuaklah kodrat kita yang tercemar dosa. Seluruh diri kita teraliri arus paling mematikan: Maut! Racun maut mengalir dalam nafas kehidupan dan aliran darah kita, mengubah kita secara total: makhluk hidup yang sementara di bumi, dengan kehidupan yang seluruhnya susah dan derita.
Untuk bertahan hidup, kita berpaling dari Roti Allah yang turun dari surga. Kita pun meninggalkan hakikat diri kita sebagai rekan kerja Allah, memerosotkan diri kita hanya sebagai pekerja instan gampangan: mengubah batu jadi roti. Kita perlu berpaling kepada Yesus untuk mampu menghayati hidup yang semata-mata dari kekuatan Sabda Allah. Manusia hidup bukan hanya dari roti, melainkan dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah!
Kita diundang Yesus untuk belajar dari Dia mengatasi godaan spektakuler manusia yang serba wah dengan applause berkepanjangan. Manusia sering terkesima dengan godaan untuk menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah demi memperoleh kekaguman murahan. Bukankah Anak Allah sesungguhnya serba bisa?
Hayo, tunjukkan, buktikan kehebatan sebagai Anak Allah! Bahkan barisan para malaikat akan siap jadi pasukan pengawal dan pelindung. Yesus mengajar kita untuk tidak mencari spektakuler murahan, tetapi sikap hidup yang benar di hadapan Allah: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!
Kita juga diundang untuk mengikuti Yesus dengan sikap sembah bakti yang benar kepada Allah. Memperoleh dunia dengan menyembah iblis merupakan kesalahan fatal yang merusak jiwa dan raga kita sebagai orang beriman. Idolatria, penyembahan berhala terhadap dewa-dewi atau barang ciptaan lain sesungguhnya sudah merupakan sikap salah, apalagi menyembah setan! Yang sungguh benar dan terpuji: Hendaklah engkau menyembah hanya kepada Tuhan!
Selamat menjalani masa tobat. Amin
“Manusia sering terkesima dengan godaan untuk menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah demi memperoleh kekaguman murahan.”
HIDUP, Edisi No. 09, Minggu, 26 Februari 2023