HIDUPKATOLIK.COM – “Ya’ahowu“, itulah ucapan salam dan sapa masyarakat suku Nias, yang bermukim pada sebuah pulau di wilayah Sumatera Utara.
Kata “ya’ahowu” sebagai sapaan ini memiliki arti baik yaitu semoga ter(di)berkati, sehingga ucapan ini sering terdengar dalam berbagai berbagai kesempatan; baik sapaan harian kala kita bertemu orang lain, maupun dalam berbagai kegiatan adat.
Bagaikan ucapan “ya’ahowu” itu sendiri, Klinik Pratama St. Carolus Mandrehe hadir di Desa Siana’a Kecamatan Mandrehe sebagai bentuk sapaan salam kasih Tuhan Yesus melalui Suster-Suster Cinta Kasih Carolus Borromeus (CB) di Kabupaten Nias Barat, Pulau Nias, Sumatera Utara.
Klinik yang didirikan oleh PPSC (Perkumpulan Perhimpunan St. Carolus) dan diresmikan pada 20 Februari 2020 oleh Bupati Nias Barat ini bermula dari semangat pelayanan cinta kasih tanpa syarat dan belarasa para Suster CB. Berawal dari kegiatan bakti sosial (baksos) kesehatan tahun 2019, Sr. Engeltrudis, CB dan Sr. Thresmiati, CB menyadari bahwa perlu adanya fasilitas kesehatan di wilayah Nias Barat yang memiliki semangat pelayanan dengan iman yang dalam.
Dalam upaya menghadirkan pelayanan kesehatan tersebut, tiga orang suster CB yaitu Sr. Sesiliana CB, Sr. Silvia CB dan Sr. Laurensia CB diutus untuk menjadi perintis awal pembangunan dan pelayanan Klinik Pratama Carolus Mandrehe.
Keberadaan para Suster CB ini merupakan jawaban atas doa Pastor Mathias Kuppens, OSC, seorang misionaris Ordo Salib Suci (OSC) asal Belanda yang melayani masyarakat Pulau Nias sejak tahun 1989. Dalam doanya yang merupakan lantunan belarasa terhadap mereka yang tersisih dan berkesesakan hidup, Pastor Mathias Kuppens, OSC mendambakan kehadiran para Suster CB guna melayani masalah-masalah kesehatan di daerah Nias, khususnya Nias Barat.
Selama 3 tahun perjalanannya, Klinik Pratama St. Carolus Mandrehe telah melakukan berbagai kegiatan bakti sosial (baksos) tak terhitung banyaknya. Secara rutin setiap dua minggu sekali, Sr. Lidia, CB beserta para Pastor OSC, dokter dan tim dari klinik menjangkau masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan hingga ke berbagai pelosok terpencil di Pulau Nias.
Kegiatan baksos merupakan hal yang memberikan tantangan tersendiri di Pulau Nias, mengingat kontur geografis serta infrastruktur di daerah tersebut. Akses aspal mulus seringkali hanya menghiasi setitik kecil dari rangkaian perjalanan ke lokasi-lokasi baksos. Berbagai tanjakan berbatu pasir, jalan patah ataupun longsor, akses jembatan darurat, dan jalan sempit di hutan dengan dengan kubangan lumpur yang dalam memaksa tim baksos menggunakan motor ataupun seringkali dengan berjalan kaki guna mengakses wilayah-wilayah tersebut.
Satu hal yang patut kita jadikan panutan adalah semangat tak kunjung padam para Suster, Pastor dan tenaga kesehatan dalam upaya menemukan wajah Kristus dalam pelayanan di pojok-pojok desa terpencil di Pulau Nias ini.
Dalam ulang tahunnya ke-3, Klinik Pratama St. Carolus Mandrehe bekerja sama dengan para Pastor OSC dan RS. Sint Carolus Jakarta mengadakan rangkaian kegiatan bakti sosial di berbagai area Nias Barat dan Nias Utara.
Selama 5 hari berturut-turut, tim baksos melakukan edukasi serta pelayanan kesehatan ke berbagai lokasi seperti Ds. Sitolubanua Gawu (Nias Barat), Ds. Ombolata (Nias Utara), Ds. Humene Siheneasi (Nias Utara), Kec. Tugala Oyo (Nias Utara), dan ditutup dengan baksos di klinik Mandrehe.
Berbagai masalah kesehatan masyarakat ditemukan dan diobati dalam kegiatan baksos ini. Gizi buruk, infeksi saluran nafas atas (ISPA), penyakit kulit, dyspepsia (gangguan pencernaan) dan hipertensi merupakan masalah kesehatan terbanyak yang ditemui.
Kesulitan mendapat akses air bersih yang berkesinambungan, serta sulitnya akses jalan menuju fasilitas pelayanan kesehatan juga menjadi faktor sangat penting yang menyumbang kondisi-kondisi ini.
Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap komposisi makanan sehat, diikuti dengan rendahnya tingkat ekonomi menyebabkan tingginya angka gizi buruk pada pasien-pasien anak yang diperiksa.
Tingginya konsumsi ikan asin (akses dari pasar ke rumah masyarakat yang jauh dan sulit sehingga seringkali harus ditempuh dengan berjalan kaki menyebabkan masyarakat harus memiliki simpanan sumber protein hewani yang dapat bertahan lama, serta harga ikan asin yang umumnya lebih terjangkau ketimbang harga protein hewani lainnya) merupakan salah satu penyebab tingginya angka hipertensi, sedangkan kegemaran masyarakat mengunyah pinang sirih serta pola diet yang kurang baik diduga berkontribusi terhadap tingginya angka dyspepsia di masyarakat Nias.
Masalah-masalah tersebut timbul umumnya karena minimnya pengetahuan dan tingkat ekonomi masyarakat, sehingga mengakibatkan pola hidup bersih sehat (PHBS) masyarakat kurang optimal.
Dalam beberapa sesi konsultasi oleh dokter spesialis ortopedi yang turut datang bersama tim RS Sint Carolus Jakarta, berhasil ditemukan beberapa masalah ortopedik (tulang, sendi dan sistem muskuloskeletal) yang beresiko tinggi menyebabkan kecacatan pada pasien-pasien yang notabene berada dalam usia produktif. Beberapa kondisi khusus yang ditemukan ini memerlukan perujukan segera ke fasilitas kesehatan dengan layanan dokter spesialis ortopedi yang belum tersedia di Pulau Nias. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi para Suster dan Pastor dalam upaya menemukan solusi untuk merujuk pasien-pasien yang berkesesakan hidup tersebut guna mendapat pelayanan kesehatan yang tepat.
Kami melihat secara nyata bagaimana terisolir masyarakat pada daerah tersebut dengan berbagai masalah ekonomi, sosial, dan kesehatan serta kesulitan mereka dalam mendapat akses fasilitas-fasilitas yang memadai; baik fisik maupun non-fisik, termasuk fasilitas kesehatan. Di sinilah sangat terasa uluran tangan Tuhan melalui layanan kesehatan Klinik Pratama St. Carolus Mandrehe di tanah Nias bagaikan setitik air di ladang yang kering, sedikit namun sungguh menyegarkan.
Semoga kasih tulus Suster-Suster Cinta Kasih CB melalui pelayanan kesehatan Klinik Pratama St. Carolus Mandrehe semakin bernyala-nyala di bumi Nias Barat karena cinta kasih akan kemanusiaan.Ya’ahowu!
[/SV]