HIDUPKATOLIK.COM – Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) merupakan satuan pendidikan formal berciri khas Katolik setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengintegrasikan mata pelajaran pendidikan keagamaan Katolik dan mata pelajaran umum. SMAK lahir sebagai respons positif Pemerintah atas Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Sampai dengan tahun 2023, terdata 46 SMAK se-Indonesia, tiga di antaranya berstatus Negeri, yakni SMAK Negeri Ende, SMAK Negeri Samosir, dan SMAK Negeri Keerom.
Saat ini SMAK terdistribusi di 9 provinsi di Indonesia, terbanyak di Provinsi NTT. Salah satu SMAK di wilayah Provinsi NTT adalah SMAK Seminari Santo Yohanes Paulus II yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, tepatnya di kota Labuan Bajo. SMAK ini mendapat izin operasional Dirjen Bimas Katolik Tahun 2016. SMAK yang berstatus akreditasi A ini memiliki peserta didik sejumlah 304 orang. Berdasarkan catatan Direktorat Pendidikan Katolik Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama, SMAK ini merupakan salah satu SMAK terbaik di Indonesia yang merekrut peserta didik melalui sistem seleksi.
Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR RI
Dalam rangka Reses Persidangan III Tahun Sidang 2022-2023, pimpinan dan anggota Komisi VIII DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu agendanya adalah mengunjungi SMAK Seminari Santo Yohanes Paulus II. Selain ingin melihat langsung penyelenggaraan pendidikan di SMAK Seminari Santo Yohanes Paulus II, Komisi VIII DPR RI juga menyerahkan secara sombolis bantuan pembangunan ruang laboratorium komputer dari DIPA Ditjen Bimas Katolik senilai Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Bantuan ini diletakkan pada DIPA Satker Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Barat Tahun Anggaran 2023.
Sebagaimana diketahui, Komisi VIII DPR RI merupakan satu dari 11 (sebelas) Komisi yang ada di DPR RI berdasarkan Keputusan Rapat Paripurna DPR RI tanggal 22 Oktober 2019 yang mempunyai ruang lingkup tugas, salah satunya di bidang agama, sehingga Kementerian Agama adalah mitra kerjanya.
Kunjungan Komisi VIII DPR RI yang didampingi Direktur Pendidikan Katolik, Kakanwil Kemenag Provinsi NTT, dan Kakankemenag Kabupaten Manggarai Barat disambut hangat oleh Romo Praeses Benediktus Bensi, Kepala SMAK RD Kristoforus Ramlino, guru, dan peserta didik SMAK. Kepada Komisi VIII DPR RI, Romo Benediktus menaruh harapan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan keagamaan, khususnya di SMAK Seminari Santo Yohanes Paulus II Labuan Bajo.
Sementara itu, Pimpinan Komisi VIII DPR RI yang diwakili H. Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si. mengungkapkan kebahagiaannya bisa mengunjungi SMAK Seminari Santo Yohanes Paulus II Labuan Bajo. Dalam sambutannya, Ace Hasan mengapresiasi kontribusi SMAK Seminari dalam upaya memperkuat pendidikan karakter demi memperkokoh ketahanan bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, Ace Hasan juga mengingatkan kembali kontribusi umat Katolik yang dengan perannya masing-masing mengukir sejarah pembangunan bangsa.
Keberadaan SMAK, yang merupakan sekolah dengan ciri khas keagamaan, menurut Ace Hasan sangat besar manfaatnya untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa. Jika tidak memiliki karakter kebangsanan dan keimanan, kita akan mengalami degradasi moral. Maka Moderasi Beragama yang merupakan program prioritas Kementerian Agama menjadi relevan.
“Pendidikan keagamaaan harus diperkuat, karena merupakan salah satu tujuan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai keyakinan masing-masing. Karena itu, kami terus dorong Kementerian Agama untuk memperkuat pengarusutamaan Moderasi Beragama. Moderasi Beragama menjadi unsur utama membangun kerukunan umat beragama di Indonesia. Indonesia bisa menjadi kuat karena perbedaan,” ungkap Ace Hasan.
Selain itu, Ace Hasan juga mengapresiasi Provinsi NTT yang merupakan salah satu dari tiga provinsi yang memiliki indeks kerukunan paling baik di Indonesia.
“Ini perlu kita apresiasi. Kita harus pupuk rasa toleransi antarumat beragama. Indonesia bukan hanya Jawa, Sumatera. Tetapi Indonesia juga NTT, Bali, dan lainnya,” tegas Ace Hasan.
Terkait anggaran, Ace Hasan mengakui belum sepenuhnya pemenuhan kebutuhan, baik sarana dan prasarana, maupun kebutuhan penyelenggaraan pendidikan lainnya dapat diwujudkan, karena anggaran yang masih sangat terbatas. Tetapi Ace mengingatkan, bahwa penyelenggaraan pendidikan bukan hanya tugas Pemerintah semata, tetapi tugas bersama.
Penguatan Pendidikan Keagamaan Katolik
Direktur Pendidikan Katolik, Salman Habeahan yang turut serta mendampingi Komisi VIII DPR RI dalam kunjungan kerja di SMAK Seminari Yohanes Paulus II memberi apresiasi kepada pimpinan dan anggota Komisi VIII, mengingat ini baru pertama kalinya Komisi VIII melakukan kunjungan ke SMAK. Kunjungan ini juga merupakan penghargaan kepada Ditjen Bimas Katolik sebagai mitra kerja Komisi VIII DPR RI. Direktur Pendidikan Katolik sangat yakin bahwa sinergitas yang terus dibangun akan memperkuat kualitas penyelenggaraan pendidikan keagamaan.
Dalam hal penguatan pendidikan keagamaan Katolik, Direktur Pendidikan Katolik menyampaikan bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi. Karena itu Ditjen Bimas Katolik terus menerus melakukan evaluasi. Kepada Komisi VIII, Direktur Pendidikan Katolik menceritakan kondisi sekolah-sekolah keagamaan di bawah binaan Kementerian Agama c.q. Ditjen Bimas Katolik sekaligus menyampaikan harapannya.
“Saat ini, di Provinsi NTT, kami membina 17 Taman Seminari, 25 SMAK Swasta dan 1 SMAK Negeri, 5 PTK Katolik dan 2 Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik. Khusus untuk wilayah NTT, kami sedang mengupayakan penegerian 3 SMAK. Akreditasi sekolah saat ini menjadi salah satu fokus perhatian kami, karena berdasarkan data yang ada, saat ini untuk PTK Katolik baru dua Prodi yang terakreditasi Baik Sekali, sehingga hanya dua PTK Katolik tersebut yang bisa melaksanakan PPG,” ungkap Direktur.
“Beasiswa Dosen S3 juga mendapat perhatian besar, untuk mendukung akreditasi. Selain itu, kami juga punya anggaran pembinaan guru dan dosen, namun belum sepenuhnya bisa terakomodasi karena keterbatasan anggaran. Karena itu, kami mohon perhatian dari Komisi VIII untuk semakin meningkatkan kualitas sekolah-sekolah kami,” lanjut Direktur.
Direktur Pendidikan Katolik dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan harapannya agar ke depan sekolah-sekolah keagamaan akan terus eksis di masyarakat dan dapat memiliki citra positif.
“Berbagai upaya akan kita lakukan untuk mengembangkan semua sumber daya yang dimiliki. Kita berharap ke depan, SMAK akan dikenal bukan saja di Indonesia, tetapi juga di luar negeri.”
Laporan: Joice