HIDUPKATOLIK.COM – Kej 11:1-9; Mzm 33:10-11.12-13.14-15; Mrk 8:34 – 9:1
KISAH Kejadian 11 diawali dengan kisah perkumpulan orang-orang di tanah datar Sinear yang membangun kota di bagian Kerajaan Babel. Pembangunan dilakukan dengan mendirikan “menara yang puncaknya sampai ke langit” (Kej 11:4), sebagai “gerbang Allah” untuk mencapai masuk ke surga, dunia ilahi.
Dari kisah Menara Babel ini kita melihat bahwa dosa mengambil dimensi yang berbeda. Jika pada mulanya dosa memisahkan, kini dosa menciptakan kesatuan, namun dalam bentuk kesombongan. Dengan kekuatan, kekuasaan, dan kekayaannya manusia mencoba untuk menciptakan surga di atas bumi, lepas dari Allah dan rencana-Nya.
Orang-orang ini “mencari nama” bagi diri sendiri. Mereka menolak otoritas kepemimpinan yang diwariskan Nuh kepada putra sulungnya, Sem (Kej. 9:26), sebagai imam dan raja. Ini berarti pula bahwa mereka mencoba untuk memberontak melawan perjanjian dengan Allah dan menggagalkan berkat Allah kepada Sem. Sekali lagi Allah bertindak, Ia “turun dan mengacaubalaukan” bahasa mereka, sehingga mereka tercerai-berai dan akhirnya mereka berada dalam pembuangan di Mesir. Sementara dari garis
keturunan Sem terdapat figur keluarga yang percaya dan taat, diantaranya Abraham.
Tuhan menghendaki agar kita mengandalkan rahmat-Nya dan mengikuti
rencana kasih-Nya. Sebaliknya, kesombongan dan pemberontakan terhadap Allah dan rencana-Nya hanya akan membawa pada kekacauan. Mari kita membangun kesetiaan kepada Allah, dengan mengikuti rencana kasih dan keselamatan-Nya.
Sr. M. Eusebia, P.Karm Dosen STIKAS St. Yohanes Salib Bandol, Kalimantan Barat