HIDUPKATOLIK.COM – PAGI yang dingin, ketika saya dan beberapa teman sedang duduk-duduk santai sambil menunggu kelas suatu seminar selesai. Angin bertiup sepoi-sepoi menambah dinginnya suhu ruang tunggu ini.
Saya membuka pembicaraan dengan bercerita bahwa dulu saya agak kecewa dengan beberapa keputusan yang dibuat oleh suatu komunitas pelayanan yang saya layani.
Saya hanya punya mimpi mau mencoba belajar dan bisa melayani dengan baik dan benar di komunitas itu, tetapi ditolak oleh hal-hal yang kurang masuk diakal pikiran saya.
Hampir setiap tahun seksi liturgi gereja di paroki saya mengadakan audisi lektor bagi penerimaan calon lektor baru di paroki. Sepuluh tahun yang lalu saya mencoba memberanikan diri untuk mengikutinya dengan kemampuan yang sangat pas-pas-an.
Ketika audisi berlangsung saya gugup, gemetar, keringat dingin keluar, demam panggung dan hasilnya saya tidak berhasil lolos audisi tersebut.
Hingga saat ini saya sudah mengikuti audisi itu sebanyak lima kali dan sudah banyak teman-teman saya yang naik kelas dan berhasil melewatinya. Hanya saya saja yang belum bisa lolos dalam audisi itu.
Saya juga tidak tahu, mengapa dan kenapa sampai hal memalukan ini terjadi berkali-kali dan terus kepada saya. Suami saya adalah orang yang selalu sabar dan setia memberikan semangat serta dukungan agar saya jangan mudah menyerah, mau belajar dan mencoba kembali di audisi pelayanan yang akan datang.
Perasaan kecewa dan sedih itu pasti ada di hati, setiap saya mendengar ketika teman-teman saya bisa berhasil lolos dalam audisi itu sedangkan saya tidak.
Saya menangis sendiri dan sampai berpikir sebegitu bodohnya dan tidak pantaskah saya untuk bisa melayani, berdiri di mimbar itu dan memuliakan Tuhan? Kenapa saya tidak bisa diberikan kesempatan sedikitpun untuk bisa belajar? Bukankah tujuan utama dari audisi pelayanan ini untuk menjaring pelayan yang mau belajar untuk membacakan, memuliakan sabda Tuhan dengan baik dan benar?
Ketika mendengar cerita saya, salah satu teman juga bercerita bahwa ada temannya yang pernah juga mengalami hal hampir serupa dengan saya, yaitu tidak lolos dalam suatu audisi pelayanan di gereja.
Teman ini kecewa dan belajar sendiri dengan giat untuk bisa melayani kembali walaupun tidak lolos dalam audisi tersebut. Tetapi ada hal yang membedakan kami di sini…., saya sampai saat ini masih mencoba berusaha untuk tetap setia bisa melayani di paroki sendiri.
Sedangkan pelayanan teman saya ini yang dulu pernah ditolak itu, sekarang menjadi suatu pelayan sabda yang sudah lebih hebat, berhasil, sukses dan terkenal di luar parokinya sendiri.
Walaupun komunitas yang dulu menolaknya memanggil teman saya untuk kembali melayani di parokinya, ia masih menolaknya dan tidak mau melayani kembali ke paroki itu.
Beberapa teman juga bercerita ketika mereka tidak lolos dalam audisi pelayan gereja maka mereka tidak mau lagi untuk mengulang audisi tersebut. “Cukup sekali saya ditolak dan kecewa, kata mereka”.
Cerita penolakan dan kekecewaan pelayanan ini mengusik hati dan pikiran saya. Karena otak kecil sederhana saya hanya menangkap firman Tuhan ini,
“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” Lukas 10:2.
Sepemikiran sederhana saya, Tuhan tidak pernah memilih pekerja-pekerja-Nya, tetapi Tuhan mengundang semua orang untuk bisa menjadi pekerja-pekerja-Nya. Tuhan memanggil murid-murid-Nya ada yang nelayan, pemungut cukai dan tidak pernah mengadakan audisi.
Karena audisi pelayanan ini dapat pula meM-PHP atau mematahkan semangat orang lain, bagi mereka yang ingin benar-benar tertarik dan terpanggil untuk melayani.
Terkadang saya berpikir, siapakah saya ini Tuhan? Tidak pantaskah aku di mata-Mu untuk memuliakan nama-Mu? Berdosa besarkah aku hanya untuk bisa melayani-Mu?
Untungnya saya tahu bahwa Tuhan itu sangat, sangat Maharahim, sehingga saya tidak patah semangat dan tahan bantingan untuk melayani. Jadi jangan pernah kita menyalahkan orang lain bila ada yang tidak mau melayani di paroki atau dilingkungan sendiri. Karena tanpa kita sadari bisa saja satu kata atau kalimat yang pernah terucap bisa membuat orang lain patah semangat atau sakit hati.
Mungkin para senior, pengurus komunitas pelayanan sudah berdoa, novena, berdoa rosario agar banyak orang-orang yang tertarik untuk melayani.
Tetapi apakah para senior dan pengurus ini pernah mengoreksi diri dengan semua tindakan dan ucapannya yang mungkin pernah terlontar “tanpa tersadari” bisa membuat orang lain mutung dan tidak mau melayani? Tuhan aja murah hati loh… tidak pilih-pilih pekerja.. tidak bilang orang ini baik dan orang ini tidak baik.
Saya percaya di luar sana, banyak sekali pekerja-pekerja yang ingin melayani Tuhan dengan baik di lingkungan ataupun di paroki. Tetapi apakah penyampain pesan kasih itu sudah tersampaikan dengan baik atau malah menjatuhkan orang lain?
Terkadang saya berpikir, atas kuasa apakah orang itu bisa menilai dan menghakimi orang lain dalam melakukan pelayanan. Karena Tuhan selalu mengajarkan tentang kasih yang sempurna dan hanya Dia yang punya kuasa untuk menilai dan menghakimi umat-Nya.
Yuk, buang dan lupakan semua kekecewaan dan penolakan itu.
Mari kita tetap setia melayani, walaupun terkadang masih terasa tidak adil, tidak didukung dan tidak diterima dengan baik.
Mari kita pusatkan segala pikiran, hati dan harapan hanya untuk memuliakan Tuhan Sang Maharahim dan Mahatahu.
Seperti lirik lagu penyemangat saya hari ini, yang dinyanyikan dengan sangat sempurna oleh Oh Yeon Joon pada lagu Color of the Wind versi Korea..….
On people can think
Don’t say suck thing
Rock and tree, even little birds
Can experience the world
When people look different from you
Don’t just choose to ignore them
If you open up your heart widely
You’ll see the whole world as beautiful
Semangat melayani, Tuhan memberkati kita semua. Amin
Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga, Alumni KPKS Tangerang