HIDUPKATOLIK.COM – Kej 8:6-13.20-22; Mzm 116:12-13.14-15.18- 19; Mrk 8:22-26
KISAH Nuh dan air bah menggemakan kembali kisah penciptaan di awal Kitab
Kejadian. Sebagaimana disebutkan tujuh hari dalam kisah penciptaan (Bdk. Kej 2:2-3) dalam kisah ini pula terdapat pengulangan mengenai masa tujuh hari
(7:4.10; 8:10.12). Namun, jika di awal penciptaan air dipisahkan untuk membuat
ruang daratan, kini daratan tertutup dengan air bah. Pada akhirnya, Allah membuat
angin berhembus melalui bumi, sehingga air bah menjadi surut dan peristiwa ini
mewujudkan suatu penciptaan baru. Selain itu, Nuh “mendapat kasih karunia di mata
Tuhan (Kej. 6:8). Jika manusia pertama, Adam, gagal menaati apa yang Tuhan
kehendaki, tidak demikian dengan Nuh, Ia “melakukan segala yang diperintahkan
Tuhan kepada-Nya” (7:5).
Sejak semula Allah menghendaki kebaikan dan keselamatan bagi manusia
ciptaannya, tetapi dosa dan kejahatan mengakibatkan rencana yang telah dibuat
Allah pada awal penciptaan menjadi rusak. Meskipun demikian, karena kasih
yang besar Tuhan mengingat Nuh dan perjanjian yang telah Ia adakan dengannya,
sehingga malapetaka air bah ini berangsur-angsur sirna. Nuh menjadi Adam yang baru, sebagai nenek moyang manusia yang selanjutnya.
Kita dapat melihat bagaimana Allah mengendalikan dan mengatur kekuatan air dan semua ciptaan lainnya untuk diperbaharui. Dari pihak manusia kita
diminta untuk mendengarkan dan mengikuti Firman-Nya serta mengandalkan Dia dalam kehidupan, sehingga boleh menemukan keselamatan bagi seluruh keluarga dan alam ciptaan.
Sr. M. Eusebia, P.Karm Dosen STIKAS St. Yohanes Salib Bandol, Kalimantan Barat