HIDUPKATOLIK.COM – Paus Fransiskus disambut sorak-sorai dan sorakan pada Sabtu (34/2) ketika dia tiba di sebuah pertemuan dengan sekitar 2.500 pengungsi Sudan Selatan.
“Kamu adalah benih dari Sudan Selatan yang baru, benih untuk pertumbuhan yang subur di negara ini,” kata paus, berbicara kepada orang-orang yang tinggal di kamp-kamp pengungsian setelah terpaksa meninggalkan rumah mereka karena konflik atau banjir.
Pertemuan dengan pengungsi internal (IDP) berlangsung di Freedom Hall di ibu kota Sudan Selatan, Juba, di mana Paus Fransiskus melakukan ziarah perdamaian dari 3-5 Februari.
“Kamu, dari semua kelompok etnismu yang berbeda, kamu yang telah menderita dan masih menderita, kamu yang tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan yang lebih banyak lagi. Anda, yang memilih persaudaraan dan pengampunan, sekarang sedang memupuk hari esok yang lebih baik,” dia menyemangati mereka yang hadir.
“Jadilah benih harapan,” katanya, “yang memungkinkan kita untuk melihat sekilas pohon yang suatu hari nanti, semoga dalam waktu dekat, akan berbuah.”
Dalam pertemuan tersebut, sebuah video memperlihatkan kamp-kamp IDP di Sudan Selatan dan wawancara dengan para pengungsi yang berbicara tentang melarikan diri dari tanah air mereka.
Pertemuan itu juga termasuk doa yang dipimpin oleh Moderator Gereja Skotlandia Iain Greenshields dan Uskup Agung Canterbury Justin Welby, yang bergabung dengan Paus Fransiskus untuk memberkati para peserta.
Sara Beysolow Nyanti, perwakilan Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sudan Selatan, memberikan presentasi tentang situasi kemanusiaan di Sudan Selatan, yang disebutnya “mengkuatirkan”.
“Selama lebih dari satu dekade, rakyat Sudan Selatan telah mengalami konflik, ketidakstabilan sosial dan politik, guncangan iklim, kekerasan, pemindahan, kerawanan pangan, kurangnya kesempatan pendidikan, dan akses ke sistem perawatan kesehatan,” katanya.
Sudan Selatan mengalami krisis pengungsi terbesar di Afrika, dengan 2 juta pengungsi akibat konflik, ketidakamanan, dan tantangan lingkungan, demikian laporan Badan Pengungsi PBB.
Ada juga lebih dari 2 juta pengungsi Sudan Selatan yang tinggal di negara tetangga.
Nyanti mengatakan dalam paparannya bahwa diperkirakan 8 juta orang di Sudan Selatan diperkirakan akan mengalami kerawanan pangan pada tahun 2023.
Paus Fransiskus juga mendengar kesaksian dari dua anak laki-laki berusia 14 dan 16 tahun dan dari seorang gadis muda, yang tinggal di kamp-kamp pengungsi.
Anak-anak muda itu meminta perdamaian di negaranya agar mereka dan anak-anak lain bisa memiliki masa depan yang positif.
“Dalam nama Yesus, saya ingin meminta Anda untuk memberikan berkat khusus untuk semua anak Sudan Selatan agar kita dapat tumbuh bersama dalam damai dan cinta,” Nyakuor Rebecca minta kepada Paus Fransiskus. “Paus Fransiskus, kami mencintaimu. Terima kasih telah mencintai Sudan Selatan.”
Di akhir pidatonya, Paus Fransiskus menanggapi permintaannya, dan mengatakan dia akan memberikan berkat khusus agar anak-anak Sudan Selatan “dapat tumbuh bersama dalam damai.” **
Hannah Brockhaus (Catholic News Agency)/Frans de Sales, SCJ