HIDUPKATOLIK.COM – Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC menyampaikan ajakan tersebut dalam khotbah Misa Pembukaan Retret Para Imam se-Keuskupan Agung Merauke di Rumah Bina Kelapa Lima, Merauke, Papua Selatan. Retret berlangsung dari hari Senin-Kamis, 16-19 Januari 2023.
Pembimbing retret adalah Pastor Johanis Mangkey MSC, mantan Provinsial MSC Indonesia dan Sekretaris Generalat MSC di Roma.
Retret bertema Berjalan Bersama Yesus Persekutuan,Partisipasi dan Misi ini diawali dengan Misa yang dipimpin Mgr. Mandagi.
Uskup Mandagi yang turut serta dalam retret menggarisbawahi, selama retret para imam hendaknya berjalan bersama Yesus, tidak berjalan sendiri. Berjalan bersama Yesus akan menemukan kedamaian, ketenteraman dalam hidup panggilan hidup.
Ia mengajak para imam untuk merefleksikan lebih dalam akan kata-kata Yesus bahwa tak seorang pun memasukkan anggur baru ke dalam kantong yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, tetapi anggur baru hendaknya disimpan ke dalam kantong yang baru.
“Yang digarisbawahi dalam kata-kata Yesus adalah perubahan, anggur yang baru menunjuk pada Yesus sendiri, sebab anggur senantiasa membuat orang segar,” ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa, berubah memang sulit, tetapi tidak berubah fatal, anggur membuat kesegaran dan kesegaran itu diperoleh dengan cara menghapus dosa-dosa karena dosa senantiasa membuat orang tidak segar. Dosa membuat orang putus asa, takut, gelisah, maka para pastor hendaknya bersyukur karena adanya anggur baru, dan itu adalah Yesus yang datang ke dunia untuk menghapus dosa manusia supaya manusia segar kembali.
Lebih lanjut ia meminta para imam untuk senantiasa melihat Yesus, Sang Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia dengan taat kepada-Nya.
“Marilah kita simpan Yesus di dalam hati kita tetapi bukan di dalam kantong hidup yang lama yang penuh dengan dosa, karena kantong hidup kita kerap menjadi kantong yang tidak berarti yang penuh dosa,” ujarnya.
Uskup Mandagi mengutip kata-kata John Hendrik Newman yang mengatakan, hidup adalah untuk berubah dan untuk menjadi sempurna berarti sering berubah. Perubahan akan mungkin bila berani keluar dari zona nyaman.
Di akhir khotbahnya, ia menekankan agar para imam hendaknya menjadi manusia pendoa karena hanya di dalam doa Roh Kudus hidup dan menjadi manusia Ekaristi karena hanya dengan menyambut dan menerima Yesus, akan terjadi perubahan dalam diri.
Helen Yovita Tael (Merauke)