HIDUPKATOLIK.COM – TIDAK hanya kalangan OFM (Ordo Fratrum Minorum) Indonesia yang berdukacita atas meninggalnya Romo Alfonsius Maria Servatius Suhardi, OFM — akrab disapa selama hidupnya, Romo Alfons — hari ini, Rabu, 11/1/2023 di RS Elisabeth Semarang, Jawa Tengah. Gereja Indonesia juga kehilangan akan seorang imam yang selama hidupnya menumbuhkembangkan semangat dialog antarumat beragama di Indonesia.
Kelahiran Muntilan, Jawa Tengah, tahun 1939 ini pernah bekerja di lingkungan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sebagai Kepala Dokumentasi dan Penerangan (Dokpen) dan Sekretaris Komisi Hubungan Antargama dan Kepercayaan KWI.
Ia juga tenaga pengajar mata kuliah Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Islamoglogi, Misiologi, Ekumenisme di STF Driyarkara Jakarta. Di akhir hidupnya, lulusan Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir itu melayani umat di Paroki Santo Paulus Depok, Jawa Barat.
Salah seorang yang merasa sangat kehilangan adalah Mathias Henrickus Dwiatmoko, almuni STF Driyarkara. Ia mengaku sangat terkesan dengan kesederharnaan almarhum.
Mathias Henrickus Dwiatmoko mengenang, bahwa almarhum selalu menenteng tas lusuh saat ke kampus STF Driyarkara di kawasan Cempata Putih, Rawasari, Jakarta Pusat.
“Beliau cukup jalan kaki, karena tinggalnya di kompleks perumahan Cempaka Putih Indah yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari kampus. Di rumah itu beliau menjadi pater unit para frater Fransiskan yang tengah belajar di STF,” tulis Mathias Henrickus Dwiatmoko di grup para alumni STF Driyarkara.
“Kalau mau belajar tentang Islam, tidak bisa lain ya harus menguasai bahasa Arab….,” begitu katanya suatu hari dalam sesi kuliahnya, Mathias Henrickus Dwiatmoko menirukan ucapan Romo Alfons.
“Yang paling berkesan bagiku tentang beliau adalah cara mengajarnya. Bahasanya tidak technically, tapi sederhana sehingga mudah dicerna. Sesederhana gaya hidupnya,” kata Mathias Henrickus Dwiatmoko.
(fhs)