HIDUPKATOLIK.COM – Sepatu merah selama hidup
Selama menjalankan tugas sebagai Paus, Benediktus XVI tidak jarang tampak mengenakan sepatu merah. Tentu saja hal ini sempat menjadi sorotan dunia karena pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II dan penerusnya Paus Fransiskus tidak memilih mengenakan sepatu merah.
Bahkan kebiasaan Paus Benediktus XVI mengenakan sepatu merah ini sempat dianggap sebagi suatu fashionista oleh ABC News di Amerika Serikat. Majalah Esquire bahkan sempat menamainya „Accesorizer of the year.“
Di tempat lain sepatu ini juga memicu kontroversi setelah adanya isu bahwa sepatu tersebut dibuat oleh rumah mode mewah Italia, Prada. Ketika Paus Benediktus XVI mengundurkan diri dari kepausannya di tahun 2013, ia pun melepas sepatu merahnya tersebut. Ketika beliau meninggal pun, tampak bukan sepatu merah yang dikenakan padanya, melainkan sepasang sepatu hitam.
Apa sesungguhnya makna sepatu merah yang digunakan Paus Benediktus XVI? Merah sama sekali bukan untuk menunjukkan sebuah fashionista sebagaimana yang dilihat oleh media. Sebaliknya, dalam iman Katrolik merah merupakan lambang kemartiran dan penderitaan Kristus.
Dengan kata lain, pilihan Paus Benedikatus XVI mengenakan sepatu merah selama menjabat sebagai paus adalah untuk menunjukkan bahwa ia mau mengikuti jejak Kristus. Jelas, bahwa pilihannya menggunakan sepatu merah bukan untuk merepresentasikan Prada, melainkan representasi Kristus. Tercatat, dua pengrajin sepatu Italia dikatakan telah membuat sepatu Benediktus selama masa kepausannya, yaitu Adriano Stefanelli dan Antonio Arellano.
Menurut kantor berita Italia ANSA, Stefanelli adalah pengrajin sepatu yang telah membuat sepatu untuk beberapa tokoh dunia termasuk Paus Yohanes Paulus II, Barack Obama dan George W. Bush.
Dia pertama kali mengirimkan sepatu ke Vatikan ketika menyaksikan Paus Yohanes Paulus II kesakitan pada tahun 2003. Dia bertanya-tanya apa yang bisa dia lakukan secara pribadi untuk membantunya. Maka dia memilih untuk membuatkan sepatu. Kemudian hal ini pun berlanjut, ia membuatkan pula sepatu merah bagi Paus Benediktus XVI.
Stefanelli mengatakan bahwa itu merupakan kepuasan terbesar saat melihat foto dan lukisan Benediktus XVI dan melihat bahwa beliau mengenakan sepatu merah yang dibuatnya dengan baik dan nyaman.
Menurut Stefanelli, sepatu merah yang dibuatnya untuk Paus Benediktus XVI untuk memperingati penyaliban dan darah Kristus.
Pemakaian sepatu merah untuk menunjukkan bahwa paus merupakan orang yang berani mati demi iman. Hanya paus yang diperbolehkan mengenakan sepatu merah dalam acara-acara resmi. Namun, selain membuat sepatu untuk acara resmi, Stefanelli juga mendesain sepasang sepatu merah untuk kegiatan musim panas Paus Benediktus XVI.
Diketahui dari Stefanelli bahwa Paus Benediktus XVI memilih mengenakan sepatu boot dengan warna berbeda untuk hiking.
Pengrajin lainnya, Arellano, pernah mereparasi sepatu untuk Benediktus saat dia masih menjadi kardinal. Arellano berasal dari Trujillo, Peru dan pindah ke Roma pada 1990 dan membuka bengkel sepatu di dekat Vatikan. Ketika pelanggannya, sang Kardinal menjadi paus, dia pun sangat gembira.
Arellano mengatakan dia ingat ukuran sepatu Paus Benediktus XVI adalah 42 dan memutuskan untuk memberikan sepasang sepatu merah kepada paus baru itu selama audiensi umum di Vatikan.
Dalam suatu kesempatan, pernah Paus Benediktus XVI memperkenalkan Arellano pada banyak orang dengan mengatakan „Dialah pembuat sepatu saya.“ Tentu saja hal ini sangat membanggakan Arellano dan menganggap itu adalah momen penting dalam hidupnya. Di kemudian hari Vatikan sempat meminta padanya untuk membuatkan sepasang sepatu untuk dikenakan Paus pada beatifikasi Paus Yohanes Paulus II.
“Ini sungguh luar biasa karena saya benar-benar merasa seperti saya adalah pembuat sepatu Bapa Suci,” katanya. Ia melanjutkan “Memberikan hadiah kepada Paus adalah satu hal; dan ini adalah hal lain ketika mereka memanggil untuk membuatkan sepasang sepatu khusus untuknya.“
Ketika pensiun, Paus Emeritus Benediktus XVI membuang sepatu merahnya demi sepatu kulit yang dirancang oleh tukang sepatu Katolik Meksiko, Armando Martin Dueñas. Dia menerima tiga pasang sepatu, dua pasang berwarna merah anggur dan sepasang berwarna coklat, sebagai hadiah.
Bukan hanya sepatu merah yang membuat media heboh dengan penampilan Paus Benediktus XVI, selera fashionnya sempat dianggap tak biasa oleh media. Suatu ketika dalam kesempatan audiensi umum di Lapangan Basilika Sano Petrus Vatikan, beliau sempat mengenakan sebuah topi bulu dan jubah beludru merah yang mengingatkan orang pada sosok Sinterklas.
Rupanya, tutup kepala yang digunakannya adalah “camauro“ dan jubah beludru merah tersebut merupakan pakaian tradisional kepausan yang sudah lama terlupakan. Ketertarikan Paus Benediktus XVI pada apa yang dikenakannya bukan soal mode, melainkan kecintaannya pada Kristus dan beliau ingin mengembalikan tradisi kuno kepausan yang sempat ditinggalkan oleh paus-paus pendahulunya.
Beberapa Paus yang sempat “terekam” mengenakan camauro adalah Paus Julius II (1503-1513), Paus Urban VIII (1623-1644), Paus Benediktus XIV (1740-1758), Paus Klemen XIII (1758-1769)
Kasula Merah di saat kematian
Kasula merah “membungkus“ jenazah Paus Emeritus Benediktus XVI. Pada 2005 ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal juga mengenakan kasula merah. Mengapa Paus yang meninggal dikenakan kasula merah?
Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak Byzantin kuno. Merah dipilih sebagai warna berkabung bagi paus yang meninggal. Diperkirakan kebiasaan ini berawal dari praktek pemakaman timur kuno yang digunakan saat pemakaman dan secara historis dan pragmatis terus digunakan dalam tradisi kepausan Roma. Merah juga diasosiasikan dengan para rasul dan pesta Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dengan paus Roma menjadi yang pertama diantara para rasul.
Dalam liturgi Gereja Katolik, warna merah melambangkan api dan darah. Api dan darah merupakan simbol dari pertumpahan darah yang dikorbankan para martir seperti Yesus sendiri yang mengurbankan nyawanya di salib untuk menebus dosa manusia.
Selain kasula merah, paus yang meninggal juga dikenakan, mitra putih yang terbuat dari kain emas dengan pita trim emas untuk bagian tepi. Mitra putih ini yang dikenal dengan sebutan mitra orphreyed (mitra auriphrygiata) juga digunakan paus dalam kesempatan masa adven dan prapaskah.
Disarikan dari berbagai sumber, Sr. Bene Xavier MSsR, dari Wina, Austria
Brarti John Paul II Pp & Francis Pp tidak mengikuti kemartiran Kristus karena mereka “jarang” memakai sepatu merah?
Kalau memang “berani mati untuk Iman & Kristus”, kenapa turun dari tanggung jawab saat suasana terjepit? Glorifikasi apa lagi yang mau di berikan?
betul itu yg dipertanyakan oleh Bpk Adi Murjuko tsbt ☝️itu…sy jg sdh pernah memikirkan ttg hal itu…mengapa beliau turun dr Tahtanya sbg.pemimpin tertinggi saat itu di Vatican dn kaum Katolik sedunia…sewkt.ada kesulitan yg amat berat dn besar wkt itu di dlm Vatican,hanya karena kesehatan beliau kah?