web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paus Emeritus Benediktus XVI: Sosok Penuh Kejutan!

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Joseph Ratzinger adalah paus Jerman pertama dalam beberapa abad, paus non-Italia kedua berturut-turut dan paus tertua yang terpilih sejak Clement XII pada 1730, menurut catatan gereja. Ia terpilih dalam empat pemungutan suara, yang dianggap relatif cepat bagi Gereja.

Usia penggembalaannya cukup singkat hanya 8 tahun, tetapi ada banyak kejutan yang sudah dilakukannya. Kejutan itu terkait pernyataannya yang kontraversial maupun keputusan-keputusan yang dianggap berbeda. Berikut beberapa “kejutan” Paus Benediktus XVI:

Selibat Para Klerus

Paus Benediktus XVI adalah secara konsisten mendukung pihak internal Vatikan dan para penegak hukum di berbagai negara terhadap kasus pelecehan seksual. Saat kunjungannya ke Amerika Serikat tahun 2008, Benediktus berbicara panjang lebar tentang perilaku seksual yang dilakukan oleh para rohaniwan.

Wajar sebab kepausannya dilanda pertikaian internal Gereja karena skandal pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh klerus. Dia sempat dikritik karena kurangnya kepemimpinannya. Pun saat masih menjabat Uskup Agung di Munich, Jerman (1977-1982), Benediktus pernah menulis surat respon atas laporan sebuah firma hukum Jerman terkait penyelidikan berbagai kasus pelecehan seksual di wilayah pastoralnya.

Banyak orang meragukannya sejak terpilih sebagai Paus karena terkesan “membiarkan” beberapa imam asal Jerman yang tersandung kasus serupa. Tetapi siapa sangka, dia tidak main-main terhadap imamnya yang menyeleweng. Dia sangat keras, bahkan pernah mengadakan pertemuan dengan para korban pelecehan saat menjadi Paus. Tak segan-segan mengekskomunikasi para klerus bandel.

Dialog Katolik-Muslim

Tahun 2006, sejumlah pemimpin Islam mengecam keras pidato Benediktus yang mengutip pernyataan anti-Islam. Dalam lawatannya ke sebuah universitas Universitas Regensburg, Jerman Paus mempertanyakan konsep perang jihad.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Ia mengutip pernyataan seorang kaisar Kristen ortodoks abad ke-14, Kaisar Manuel II Palaeologus yang mengatakan, Muhammad cuma membawa hal-hal “jahat dan tidak manusiawi ke dunia seperti perintahnya untuk menyebarkan ajarannya dengan pedang”. Kutipan Paus itu langsung menimbulkan kemarahan sejumlah pemimpin muslim.

Tak lama, pada 16 September 2006, Tarcisio Bertone sebagai Menteri Luar Negeri Vatikan mengeluarkan pernyataan resmi yang menjelaskan pendirian sang paus terhadap Islam. Ia menegaskan, kalimat berupa potongan kutipan tersebut hanya digunakan sebagai konteks perkembangan sejarah di kuliah umum. “Bapa Benediktus tidak bermaksud membuat argumen dari Kaisar Bizantium Manuel II Paleologus sebagai argumennya sendiri. Pendirian Paus untuk dialog antaragama dan antarbudaya jelas tak terbantahkan,” ujar Bertone.

Di akhir penggembalaannya, dengan rendah hati mengatakan maaf dengan kalimat berbeda, “Hubungan saling menghargai dan bersahabat antara umat Islam dan Kristen, dan dengan demikian antarmanusia di seluruh dunia, harus terus dijaga, karena kemanusiaan di atas segala perbedaan.”

Pembaptisan Bayi

Tanggal 20 April 2007, atas persetujuan Benediktus, Vatikan menerbitkan suatu dokumen berjudul, “Pengharapan akan Keselamatan Anak-anak yang Mati Tanpa Pembaptisan” oleh Komisi Teologis Internasional.

Komisi berkesimpulan bahwa ada alasan tepat untuk berharap bahwa anak-anak yang mati tanpa pembaptisan akan masuk ke surga. Alasan ini lebih masuk akal daripada mempertahankan ajaran dan gagasan limbo bahwa anak-anak yang mati tanpa pembaptisan akan menikmati “kebahagiaan alami”dalam keabadian, tetapi tidak dalam surga, di hadirat Allah.

Menurut komisi ini limbo tidak pernah disebutkan sebagai Ajaran Gereja atau disebutkan pandangannya dalam katekismus, sehingga tidak ada jawaban eksplisit.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Meski maksudnya tepat, Benediktus dianggap melupakan gerakan-gerakan yang masih mempertahankan gagasan limbo, khususnya mereka yang mempertahankan tradisi teologis masa lalu, yang membatasi universalitas kehendak keselamatan Allah.

Jabatan Pendeta Anglikan

Tahun 2012, Paus Benediktus XIV menunjuk seorang pendeta gereja Anglikan yang pindah ke agama Katolik untuk menjadi kepala organisasi gereja bagi orang-orang Amerika yang pindah agama. Pendeta Jeffrey Neil Steenson, bekas rektor Gereja Episcopal di Texas, pemimpin kantor personal ordinariat, setingkat uskup di sebuah diosis.

Tidak saja itu, ia mengizinkan orang Kristen Anglikan untuk bergabung dengan katolik. Tentu banyak pandangan pro dan kontra terkait keputusan ini. Banyak ahli menilai Paus Benediktus terlalu bermurah hati. Sebab sejak tahun 1534, Gereja Kristen Anglikan tidak mengakui kedaulatan Gereja Katolik Roma, saat Paus menolak permintaan Raja Henry ke-8 untuk membatalkan perkawinannya.

Teologi Miring

Benediktus mengutuk teologi pembebasan versi Leonardo Boff dari Brazil dan Charles Curran dari Amerika. Teolog Brazil sampai dua kali diperintahkan agar tidak menerbitkan karya-karyanya. Benediktus sampai dikecam karena terlalu keras bertindak melawan para penganjur geraka ini, namun ia bersikeras bahwa Gereja, dalam berbagai usahanya harus terlibat membela kaum papa, dan tidak dibenarkan menggunakan kekerasan maupun politik kepartaian yang dianjurkan para pendukung Boff.

Sejak kunjungannya ke Brazil dan mengkanonisasi Pastor Antonio Galvão (1739–1822), santo kelahiran Brasil, Benediktus kembali mengulang pernyataannya bahwa visi keberpihakan Gereja adalah kepada mereka yang kecil dan miskin.

Meski menolak pandangan Boff, nyatanya gerakan ini masih hidup sampai saat ini. Bahkan kini Gereja Katolik Amerika Latin cukup dibuat pusing dengan gerakan pentakosta yang getol mempertahankan gagasan Boff ini.

Baca Juga:  CERITA NATAL TAHUN INI (Oleh: A.M. Lilik Agung)

Reformasi Konklaf

Bendiktus melakukan terobosan internal baru di Vatikan, yakni membatalkan reformasi proses pemilihan Paus dalam konklaf yang sebelumnya disetujui Paus Yohanes Paulus II.

Pendahulunya pada 22 Februari 1996, memulihkan praktik tradisional pemilihan paus baru dengan membutuhkan dua pertigas mayoritas kardinal yang menghadiri konklaf, bila tidak memenuhi maka pemilihan akan terus berlanjut sampai terpilih Paus yang baru.

Benediktus setuju bahwa perhitungan suara akan dinyatakan sah jika ada dua pertiga kardinal yang hadir memilih calon yang sama. Namun ia membatasi waktu pemilihan bahwa jika penghitungan suara belum mencapai dua pertiga dari jumlah kardinal yang ada, maka akan diadakan putaran pengambilan suara kembali. Sesuai perturan baru, jika pemungutan suara sudah melebihi 30 putaran, maka dua kandidat yang sebelumnya mendapat suara terbanyak, akan secara otomatis menjadi calon yang harus dipilih kardinal selanjutnya, dan dua orang kandidat itu akan kehilangan hak suara mereka.

Keputusannya ini ia keluarkan dengan dua dokumen, yakni De selectione romani pontificis pada 11 Juni 2007 dan Normas nonnullas pada 22 Februari 2013.

Paus emeritus Benediktus merupakan sosok yang penuh kejutan. Paus Benediktus XVI menjadi paus pertama yang mengundurkan diri dari jabatannya sejak 600 tahun yang lalu. Pada 11 Februari 2013 ia mengumumkan pensiun.

Paus Benediktus menghabiskan masa pensiunnya di vila musim panas kepausan di Castel Gandolfo sebelum pindah ke Biara Mater Ecclesiae di Taman Vatikan yang menjadi tempat tinggalnya hingga tutup usia pada Sabtu, 31 Desember 2022.

Yusti H. Wuarmanuk

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles