HIDUPKATOLIK.COM – Sebagai tokoh nasional pada zamannya dan juga salah seorang pendiri harian Kompas, almarhum PK Ojong pasti banyak dikenal orang. Nama asalnya adalah Auwjong Peng Koen. Ojong memilih nama baptis Petrus Kanisius, yang bila disingkat sama seperti singkatan namanya. Saya menduga ini, hanya kebetulan. Saya percaya beliau telah banyak mempelajari sosok Santo Petrus Kanisius, lalu memutuskan memilihnya, setelah mengetahui salah satu kepedulian Santo Petrus Kanisius adalah media massa cetak.
Petrus Kanisius atau Peter Kanis, lahir di Nijmegen, Belanda pada 8 Mei 1521. Kedua orang tuanya sangat saleh dan beriman kuat. Sayang ibunya meninggal saat Petrus masih kecil. Beruntung ia memperoleh ibu sambung, yang adalah tantenya sendiri, juga sama salehnya. Sehingga ia bertumbuh dalam bimbingan iman yang kuat.
Karena berasal dari keluarga kaya (ayahnya seorang walikota), dia dapat menempuh pendidikan sampai jauh ke Koln – Jerman. Petrus muda sangat cerdas, dalam usia 19 tahun telah menyelesaikan jenjang master ilmu hukum.
Saat di Koln inilah, ia mendengar tentang Peter Faber, salah seorang “pendiri” Serikat Yesus. Faber yang piawai berkotbah diutus oleh St Ignatius Loyola untuk berkarya di Jerman, mengingat gereja katolik Jerman saat itu sedang menghadapi serangan gencar dari gerakan reformasi protestan. Kotbah-kotbah Faber yang luar biasa mampu membangkitkan semangat umat katolik.
Petrus muda sedang mencari jati diri dan sengaja datang ke Mainz untuk memperoleh bimbingan rohani dari Faber. Ia mendengar kotbah Faber lalu mengikuti retret agung berupa Latihan Rohani yang langsung didampingi oleh Faber sendiri. Hal ini rupanya telah membangkitkan panggilan dalam dirinya. Tak lama kemudian ia memutuskan meninggalkan karir hukumnya untuk bergabung dalam Serikat Yesus pada 8 Mei 1543, lalu ditahbiskan sebagai imam pada 1546. Melihat Petrus begitu semangat dan juga pandai berkotbah, St Ignatius Loyola mengutusnya ke Jerman. Empat puluh tahun, Petrus berjuang di Jerman yang telah diakui sebagai negaranya. Dia banyak mendirikan kolese dan seminari, berkotbah, mengajar, dan menulis buku tentang iman.
Petrus mempunyai visi jauh ke depan dan sadar bahwa buku dan majalah sangat besar pengaruhnya. Maka ia sangat peduli dan memberi dukungan kuat pada karya penerbitan.
Di tengah berbagai kesibukannya, Petrus selalu menyempatkan diri untuk menulis banyak buku tentang iman. Ia menyadari betapa pentingnya buku terutama tentang iman yang benar. Selain menulis, ia melakukan banyak upaya untuk menyebarluaskan buku-buku yang baik, yang mengajarkan iman. Buku katekismus berjudul Summa Doctrinae Christianae hasil karya Petrus Kanisius sangat disukai hingga harus dicetak ulang lebih dari duaratus kali dan diterjemahkan ke dalam limabelas bahasa.
Jesuit pertama dari Jerman ini, sungguh mengagumkan baik karya maupun teladan hidupnya. Tidak hanya berkarya di Jerman, ia juga pernah diutus ke Wina, Austria. Di sana pun ia mendirikan kolese. Karena perhatiannya yang sangat besar pada dunia pendidikan, nama Kanisius atau Petrus Kanisus banyak digunakan sebagai nama sekolah atau kolese Jesuit. Seperti Kolese Canisius, Jakarta dan Seminari Petrus Kanisius, Mertoyudan, Jawa Tengah.
Pada usia 77 tahun, hanya empat hasil sebelum Natal, tepatnya pada 21 Desember 1597 ia tutup usia dalam sebuah kolese di Fribourg, Swiss. Ia memperoleh gelar beato pada 1864 dari Paus Pius IX. Lalu pada tahun 1925 Petrus Kanisius dikanonisasi dan dinyatakan sebagai seorang Doktor Gereja oleh Paus Pius XI. Makamnya sejak tahun 1625 dapat dijumpai di Gereja St Michael, Biara Jesuit Fribourg. Gereja memperingati St. Petrus Kanisius setiap tanggal 21 Desember.
Ada satu kata-kata mutiara dari St. Petrus Kanisius, “Jika kamu punya terlalu banyak hal untuk dilakukan, percayalah dengan bantuan Tuhan, engkau akan mendapat waktu untuk melakukan semua hal tersebut.”
Kalimat ini sungguh menguatkan bagi siapa saja, yang karena pelayanannya ia sedang merasa begitu terbeban seolah kehabisan waktu. Berdoalah kepada Tuhan, dan juga mohon doa kepada St Petrus Kanisius.
Fidensius Gunawan (Kontributor, Tangerang)