HIDUPKATOLIK.COM – “Aku haus,“ seruan yang didengar St. Theresia saat berdoa di depan salib Yesus di Katedral St. Petrus, Lisieux, Perancis pada 1887 adalah seruan Yesus yang haus akan pertobatan jiwa-jiwa yang miskin. Jiwa yang miskin akan iman, jiwa yang miskin akan harapan, jiwa yang miskin akan kasih. Di hadapan Yesus yang lahir dalam palungan, dan di hadapan Yesus yang wafat di salib, Theresia mengalami perjumpaan. Sebuah pengalaman spiritual yang telah membawa jiwa-jiwa yang haus untuk datang kembali kepada Tuhan.
Pranzini adalah sosok yang bertobat setelah Theresia senantiasa mendoakannya di hadapan salib Yesus. Setelah menjadi buronan yang selalu berhasil lolos dan tidak pernah percaya Tuhan, pada akhirnya Pranzini ditemukan tewas dalam keadaan memeluk salib. Seruan „aku haus“ dari seorang Pranzini yang pemabuk, sekaligus „aku haus“ dari Yesus yang tergantung di salib, sesungguhnya mau menggambarkan bahwa dalam diri seorang manusia terdapat sisi kekudusan sekaligus kedosaan.
Demikianlah kisah yang ditampilkan oleh KKIA (Keluarga Kristen Indonesia di Austria) dalam Perayaan Natal 2022 yang diselenggarakan di Pfarrekirche am Tabor (Gereja Paroki am Tabor) pada 17 Desember 2022. Pertunjukan teater ini diperankan oleh Hannah Jessica Sarumpaet (sebagai Theresia Lisieux), Thomas Julivadistanto, Pr (sebagai Pranzini), David Sarumpaet (sebagai Louis Martin) dan beberapa pemain lainnya. Naskah pertujukan ini ditulis sekaligus disutradarai oleh Sr. Bene Xavier MSsR.
Rangkaian acara perayaan Natal ini diawali dengan ibadat yang dipimpin oleh Pastor Paul SVD dan homili disampaikan oleh Pastor Thomas Julivadistanto.
Dalam homilinya,Pastor Thomas menyampaikan bahwa jika kita ingin mencari Tuhan maka temuilah Tuhan dalam diri sesama, bukan dengan pergi ke gereja atau ke alam atau ke tempat sepi. Karena sesungguhnya Tuhan hadir dalam diri setiap manusia dan bagaimana sikap kita memperlakukan sesama adalah cerminan bagaimana sebenarnya kita menghayati kehadiran Tuhan. Tidak lupa berkaitan dengan tema Natal 2022 „Pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain,“ (Matius 2:12) Pater Tanto mengajak seluruh umat yang hadir untuk melakukan gerakan tarian „Jalan serta Yesus“ yang berhasil membuat semua orang tertawa dan bergembira.
Ibadah Natal berlangsung meriah dengan dihadiri umat Kristiani yang tinggal di Austria serta diiringi nyanyian merdu khas lagu-lagu Natal. Hal yang juga menarik adalah orang-orang Austria yang membacakan doa umat dalam Bahasa Indonesia. Sebaliknya, Doa Bapa Kami dinyanyikan dalam Bahasa Jerman. Ya, ibadah Natal ini memang dihadiri bukan hanya oleh orang Indonesia, melainkan juga orang-orang Austria yang memiliki relasi dengan komunitas Indonesia.
Usai ibadat, kegiatan dilanjutkan dengan sebuah perayaan meriah. Selain pertunjukan teater, tampil pula kelompok keroncong Zugabe yang anggotanya merupakan personil dari Kedutaan Besar Indonesia di Austria.
Mereka tampil menyanyikan berbagai lagu Natal. Kemeriahan acara ini juga tentunya tidak terlepas dari dukungan KBRI untuk Austria dan Slovenia.
Duta Besar Indonesia untuk Austria dan Slovenia, Damos Dumoli Agusman menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara berpenduduk penganut agama Islam terbesar di dunia yang demokratis, moderat, toleran dan saling menghargai.
Perayaan Natal ini menjadi suatu kekaguman yang sangat berkesan bagi warga Austria yang hadir karena mereka melihat dan mengalami sendiri bagaimana masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai agama dan suku bersatu dalam sebuah perayaan Natal.
Beberapa tamu undangan dari komunitas Indonesia yang beragama Islam dan Hindu juga turut menghadiri acara tersebut. Bahkan sudah menjadi tradisi setiap kali perayaan Natal berlangsung, maka Wapena (Warga Pengajian Indonesia di Austria) menghadiahkan sebuah kue tart dan beberapa dari mereka juga turut membantu persiapan acara, seperti untuk keperluan sound system dan konsumsi.
Lewat peristiwa ini, Pastor Thomas juga menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia yang ada di Austria adalah orang-orang yang selalu haus untuk melakukan kebaikan. Maka tidaklah heran kalau orang-orang Eropa mengagumi bangsa Indonesia lewat kehadiran orang-orang Indonesia yang tinggal di Austria yang bisa hidup rukun berdampingan dan senantiasa saling membantu satu sama lain tanpa mempedulikan perbedaan agama dan suku.
Sr. Bene Xavier MSsR, dari Wina, Austria