HIDUPKATOLIK.COM – Minggu Adven ketiga dikenal sebagai Minggu Gaudete. Ini adalah minggu bersukacita. Tuhan sendiri yang menyerukan agar kita bersukacita sebab Tuhan sudah dekat (bdk. Flp 4:4-5). Kita diajak bersukacita karena pesta kelahiran Tuhan sudah menjelang. Tanda sukacita ini tergambar di gereja. Gua Natal telah dipasang walau tentu, belum ada bayi Yesus di sana. Gereja juga telah dihias. Salah satu hiasan yang hampir pasti dihadirkan adalah pohon Natal.
Kehadiran pohon Natal di gereja selalu menarik untuk dinantikan. Berbeda dengan pohon Natal di rumah atau di mal-mal, pohon Natal di gereja selalu penuh kreasi, berbeda-beda setiap tahun. Ada kala pohon Natal disusun dari botol-botol air kemasan atau ada yang dari kaleng minuman bersoda. Botol dan kaleng ini dihimpun dari umat jauh hari sebelumnya. Pernah juga ratusan boneka teddy bear aneka warna disusun menjadi pohon Natal. Bahkan ada yang menggunakan masker warna-warni digantung membentuk pohon Natal. Kalau yang ini pastinya menggunakan masker baru, bukan yang bekas pakai. Setiap varian yang diusung oleh para kreator panitia Natal, tentunya mengandung pesan yang patut direnungkan oleh umat.
Pohon Natal tidak hanya ada di gereja-gereja atau rumah-rumah. Ini juga sudah menjadi tradisi setiap menjelang akhir tahun di berbagai tempat keramaian seperti mal-mal atau hotel atau bahkan suatu kota. Banyak kota besar di dunia, misal Singapore, sangat ramai dan meriah dengan Pohon Natal dimana-mana dengan berbagai hiasan penuh warna dan cahaya. Lagu-lagu bernuasa Natal yang berasal dari pelantang mal-mal besar, terdengar di sepanjang jalan Orchard.
Juga menarik dan perlu disyukuri, tahun ini ada yang luar biasa bagi kita bangsa Indonesia. Kota Solo ikut berhias diri, tepatnya di plasa Balaikota, Jl Jenderal Sudirman, dan kawasan Pasar Gede. Ada banyak pohon Natal dan berbagai hiasan bercorak Natal lainnya. Salah satu yang menonjol adalah patung tembus cahaya warna-warni berwujud Santa Claus sedang mengendarai kereta yang ditarik beberapa rusa. Sangat indah. Juga lampion dan lampu-lampu, yang sungguh cantik terutama saat malam hari.
Dari Mana Asal Mula Pohon Natal
Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman. Sejak lama, mereka menggunakan pohon cemara. Britannica mencatat bahwa pada abad pertengahan, ada sebuah pertunjukan yang menceritakan kisah Adam dan Hawa yang memiliki sebuah pohon surga. Mereka menggunakan pohon cemara untuk merepresentasikan pohon surga. Pada ujung-ujung dahan cemara inilah digantung buah-buah apel. Alhasil, setiap akhir tahun beberapa keluarga Jerman meniru memasang pohon cemara di dalam rumah mereka. Makin lama, kebiasaan ini makin menular, hingga saat ini.
Kala penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk juga keluar negeri, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong evergreen ini untuk dekorasi Natal di halaman atau dalam rumah. Daun cemara yang selalu hijau sepanjang tahun, nampak kontras nan indah dengan salju putih yang berusaha menutupinya namun sekaligus menghiasinya.
Tradisi pohon Natal menjadi populer sejak abad 19 karena sebuah gambar yang dicetak oleh London News. Gambar keluarga Kerajaan Inggris dimana Ratu Victoria (1837-1901) bersama suaminya Pangeran Albert yang berasal dari Jerman dan anak-anak dengan latar belakang sebuah pohon cemara yang telah dihias. Karena sosok Victoria yang sangat populer, pemuatan gambar ini di media massa, membuat pohon cemara menjadi pilihan lazim sebagai pohon Natal.
Mengetahui Jerman adalah asal tradisi pohon Natal, saya jadi teringat saat-saat berlibur ke negara ini di pertengahan November-Desember 2018. Waktu itu kami sempat berkunjung ke beberapa keluarga Jerman, sahabat anak saya. Semua rumah memakai cemara sebagai pohon Natal. Asli, bukan plastik sebagaimana banyak dijumpai di negeri sendiri. Di salah satu keluarga, dimana kami menginap dua malam, kami diajak ikut menghias pohon cemara ini. Setelah puas menghias, kami masih bercengkrama dan bernyanyi. Diiringi tuan rumah dengan tiupan saxophone dan petikan gitar anak kami. Suasana sukacita sungguh kami rasakan bersama menjelang pesta yang sesungguhnya, yakni menyambut datangnya bayi Yesus.
Waktu itu musim dingin, kami ke mana-mana harus berpakaian rangkap tiga plus jaket tebal panjang yang menutup bokong. Tak ketinggalan kupluk serta sarung tangan. Sangat merepotkan. Tapi terbayar ketika diajak jalan-jalan menikmati weihnachtsmarkt atau pasar Natal. Mulai akhir November hingga tanggal 22 Desember, hampir setiap kota di Jerman menyelenggarakan pasar Natal. Kami sempat menikmati pasar Natal di tiga kota, Osnabrück, Hannover, dan Köln. Semua sangat meriah, namun makin besar kotanya, makin ramai dan lengkap. Sesuai namanya pasar, maka ada banyak kios yang masing-masing dihias dengan gemerlap, indah, dan mengagumkan. Setiap kios menjual sesuatu yang unik. Ada yang menjual pernak-pernik Natal, ada yang menjual pakaian hangat, ada penjual makanan, dan pastinya ada glühwein (wine hangat). Di saat dingin menggigit, rata-rata pengunjung memegang cangkir yang sama dan menghirup minuman hangat ini. Harganya 4 euro, tapi bila cangkirnya dikembalikan, kita akan dapat kembalian 3 euro. Waktu itu saya memilih membawa pulang cangkir ini sebagai kenangan karena designnya unik dan bagus.
Dari tiga kota ini, tentunya pasar Natal di Köln yang paling besar bahkan tersebar di beberapa titik. Ketika sore itu kami tiba di plasa Dome (gereja terbesar di Köln) mata nanar menikmati apa yang tersaji. Setiap kios dihias sangat wah. Ada yang menempatkan tiga patung beruang kutub berukuran besar di atap kios. Beberapa kios menghiasi atap mereka dengan Santa Claus dan kereta es serta beberapa rusa. Ada pula yang menempatkan tiga Raja dari Timur. Sungguh sangat beragam dan sangat menarik.
Kami tiba sore hari dan suasana sudah ramai, mulai dari anak balita sampai kakek-nenek dapat dijumpai. Makin malam pengunjung makin ramai, terkadang untuk berjalan saja sulit karena terhalang orang banyak. Di setiap kios ada saja orang yang berkerumun. Pemandangan saat malam tentu lebih meriah dan cantik karena lampu-lampu semua menyala. Semua orang bergembira, saling bercengkrama dan tertawa.
Ajakan Tuhan Yesus untuk bersukacita sungguh terwujud dalam kegiatan pasar Natal ini. Namun bukan berarti kita tidak dapat bersukacita bila kita tidak dapat menghadiri pasar Natal. Bersukacita dalam kesederhanaan dan keseharian kita bersama orang-orang yang kita kasihi. Menghias pohon Natal di rumah, makan malam bersama, atau kegiatan bersama lainnya. Jangan lupa hadirlah dalam acara Bulan Keluarga di lingkungan. Tema minggu ketiga adalah “Kami Siap Membantumu”. Ada permainan seru dalam acara ini. Kita diajak menyadari, dalam membantu sesama, kita akan merasakan sukacita yang sejati.
Selamat merayakan Minggu Gaudete dan bersukacitalah.
Fidensius Gunawan, Kontributor (Tengerang)