HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 11 Desember 2022 Hari Minggu Adven III. Yes.35:1-6a,10; Mzm.146:7,8-9a,9bc-10; Yak.5:7-10; Mat.11:2-11
HARI ini adalah hari minggu adven ketiga. Hari minggu adven ketiga sering disebut Minggu Gaudete; yang berarti bersukacitalah. Lilin Adven pun berwarna merah muda. Sebab, semakin mendekati masa natal, suasana hati kita adalah bahagia dan sukacita. Natal adalah puncak dari pengharapan kita yang penuh suka cita karena Tuhan beserta kita. Sabda Tuhan yang kita renungkan hari ini pun memiliki nada dasar sukacita dan penuh pengharapan. Nadanya bukan penghakiman atau ketakutan melainkan kegembiraan.
Kita bergembira karena Allah akan datang. Kedatangan-Nya berarti keselamatan. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama dengan begitu indah melukiskan tanda-tanda orang yang memiliki pengharapan akan kedatangan-Nya. Ia datang bukan untuk membinasakan ciptaan-Nya, melainkan untuk menyelamatkannya karena Allah Maha belaskasih. Pengharapan akan Allah Yang Mahakasih melahirkan sukacita dan damai sejahtera. Sukacita dan damai sejahtera bukan hanya untuk manusia tapi juga seluruh semesta alam.
“Pada waktu itu mata orang buta akan dicelikkan, telinga orang tuli akan dibuka, orang lumpuh akan melompat seperti rusa dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai…Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga (35:1)”. Hampir seluruh teks bacaan pertama dipenuhi kata bergembira, bersorak-sorai, bersuka cita. Allah sungguh akan datang untuk melawat umat-Nya. Dan kedatangan Allah secara nyata hadir melalui Yesus Kristus sebab Dialah puncak keselamatan.
Dalam Injil hari Minggu Adven III, Yesus menyatakan kepada murid Yohanes bahwa Dia yang dinantikan oleh umat manusia. Yesus menunjukkan apa yang sudah dilakukan-Nya. Kehadiran-Nya menghadirkan sukacita bagi mereka yang berharap kepada-Nya. Yesus tidak hanya menggenapi apa yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya. Yesus menambahkan dua hal yaitu orang kusta menjadi tahir dan orang mati dibangkitkan. Injil mau melukiskan bagaimana belas kasih Allah itu bekerja melampaui nubuat.
Allah tidak pernah mengecewakan manusia tetapi menghibur dan membebaskan kita. “Orang buta melihat, orang bisu berbicara, orang lumpuh bisa berjalan, orang mati dibangkitkan dan orang miskin diberikan kabar baik.” Inilah tanda-tanda bahwa Yesus adalah Mesias, tanda-tanda kehadiran Allah; Allah meraja. Tanda “new normal”, kenormalan belas kasih Allah.
Terhadap tanda-tanda kenormalan belas kasih Allah, kita diajak untuk mempersiapkan diri seperti Yohanes Pembaptis. Yohanes memberi teladan yang sangat jelas untuk menyambut kehadiranNya. Yohanes pergi ke padang mewartakan pertobatan. Ia hidup sederhana, makannya belalang dan madu hutan. Ia meneguhkan orang seperti gelagah yang terkulai tidak dipatahkan. Pelayanan dan pergumulan Yohanes menunjukkan keutamaan Yesus.
Mari kita ke padang dunia hidup kita. Pada saat padang dunia kita disergap pandemi, justru ikatan sosial masyarakat makin menguat. Namun pada saat pandemi cenderung redup, justru kerekatan sosial makin longgar (Kompas, 3 Des 2022, hal. 4). Kita ambil ‘gelagah’ yang terkulai karena kerenggangan sosial yang kuat. Kita pulihkan dengan membangun persaudaraan sejati dan menghormati alam semesta. Kita bangun lagi tegur sapa dengan tetangga sekitar secara tulus. Kita ciptakan tegur sapa virtual dengan jujur tanpa hoax. Kita jalin komunikasi sosial dengan sentuhan personal. Kita wujudkan identitas secara berkualitas agar bukan demi popularitas. Dengan hidup semakin dekat dengan alam dan sesama maka kita menegakkan gelagah belaskasih Tuhan.
Marilah dalam masa penantian penuh sukacita, kita tegakkan gelagah persaudaraan kita dengan hidup penuh sukacita. Tuhan memberkati.
“Adven ketiga memiliki nada dasar sukacita dan penuh pengharapan. Nadanya bukan penghakiman atau ketakutan melainkan kegembiraan.”
HIDUP, No. 50, Tahun ke-76, Minggu, 11 November 2022