web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Keunggulan Lulusan Unika Santo Agustinus Hippo

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Unika Santo Agustinus Hippo pada gilirannya akan menjadi pusat unggulan yang mengutamakan akademik, moralitas, toleransi dan tradisi intelektual Dominikan.

TANGGAL 22 Juli menjadi tanggal bersejarah, awal kelahiran kembali Ordo Dominikan (Ordo Pengkhotbah/OP) di Indonesia. Sejarah ini diukir dengan tahbisan pertama dua putra Indonesia Pastor Johanes Robini, OP dan Pastor Adrian, OP. Sudah 16 tahun lalu, kedua Dominikan ini ditahbiskan sekaligus penanda misi Dominikan di Indonesia dimulai-setelah beberapa waktu lamanya sempat terputus. Berkat perantaraan dan perlindungan Sto. Dominikus, Ordo Dominikan telah memiliki dua rumah biara yaitu di Pontianak dan Surabaya dengan sejumlah iman dan frater.

Bidang Pendidikan    

Koordinator Misi Dominikan Asia, Pastor Edmund Nantes, OP menjelaskan, semua jiwa manusia pada dasarnya adalah jiwa yang masih haus akan Allah yang telah menciptakannya. Rasa “haus” ini membawa para imam Dominikan tiba di Keuskupan Agung Pontianak (KAP) lewat kerendahan hati Mgr. Agustinus Agus.

Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus menandatangani prasasti Universitas Santo Agustinus Hippo (HIDUP/Yusti H. Wuarmanuk)

“Sewaktu saya menjadi provinsial Dominikan Asia, saya mendapat tawaran dari Uskup Agus untuk membantu formasi pastor di Kalimantan Barat (Kalbar). Saya melihatnya sebagai tugas yang mulia,” ujarnya sambil melanjutkan, terjadilah di KAP, para pastor Dominikan membantu pendidikan calon imam di STT Pastor Bonus dan di Seminari Tinggi Antonino Ventigmilia. Selebihnya terlibat dalam pelayanan pastoral mahasiswa Katolik.

Pastor Nantes menjelaskan, Filipina menjadi pusat penyebaran pertama Ordo Dominikan di Asia. Misi itu diawali di Portugis tahun 1418, kemudian melebar ke Asia meliputi India, Indocina, China, Malaka, dan pulau-pulau di Samudera Hindia.

Kurang lebih 300-an tahun kemudian Indonesia merasakan karya para imam Dominikan di Larantuka tahun 1556 oleh Pastor Antonio da Crus, OP. Kemudian karya mereka melebar ke Solor dengan dibaptisnya 200 orang. Tahun 1555-1599, ada 500 umat di Ende yang dibaptis. Kemudian misi melebar ke Jawa Panarukan, wilayah Timor, dan di Pastor Antonio Taveira, OP masuk ke Makassar (1601). Selanjutnya ke Sumatera-Aceh (1617) oleh Pastor Joao da Cruz, OP.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Sejak tahun 2006, Pastor Nantes membuka biara Santo Dominikus di Jl. Palapa, Pontianak. Lalu tahun 2008, Pastor Nantes menyusul dua saudaranya Pastor Andreas Kurniawan, OP dan Pastor Robini, OP ke biara Palapa. “Setelah tidak lagi menjadi provinsial, saya mulai lebih banyak berkarya di Seminari Tinggi Interdiosesan Antonino Ventimiglia, Pontianak,” ujarnya.

Pastor Edmund Nantes, OP

Sebutnya lagi, khusus di Keuskupan Surabaya, Dominikan melayani Paroki Redemtoris Mundi, sebuah paroki ekspatriat dan membantu Fakultas Filsafat dan Teologi Surabaya.

Hingga saat ini, bidang pendidikan tetap menjadi lahan garapan Dominikan. Hal ini terwujud dengan kepercayaan Mgr. Agus untuk mengelola Universitas Santo Agustinus Hippo, Ngabang, Landak, Kalbar bersama Kongregasi Pasionis. “Ini tanggung jawab yang besar. Saya secara pribadi merasa sangat bahagia dan bangga karena kepercayaan ini. Kita akan berjuang agar pendidikan di tempa tini terus bertumbuh dan menjawab kebutuhan masyarakat kecil,” kata Pastor Nandes.

Pusat Pengetahuan

Sejak kehadiran Dominikan di Tanah Air, salah satu misi yang diusung adalah menjadi perpanjangan karya KAP yang unggul dalam bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan. Salah satu misinya adalah menyelenggarakan pendidikan yang unggul bagi masyarakat pedalaman serta menjadi agen toleransi di tingkat lokal maupun nasional, dan melestarikan lingkungan dan budaya lokal serta nasional.

Agen toleransi ini diwujudkan tidak saja dengan kata-kata tetapi tindakan nyata. Unika Santo Agustinus Hippo pada dasarnya tidak terbuka untuk umat Katolik saja tetapi semua orang dari berbagai kalangan suku dan agama. Keterbukaan ini sungguh membuat mereka hadir untuk memuji, memberkati, dan mewartakan Kabar Injil kepada setiap orang yang mereka jumpai.

Mustika Aji Hertanto, lulusan The Ohio State University, seorang Muslim menjadi Wakil Rektor IV di Unika Sto. Agustinus Hippo (USA). Ia menceritakan ketertarikannya menjadi dosen di USA karena lewat refleksi hingga sampai pada kebebasan jiwa untuk memilih. Ia ingin berada di suatu tempat untuk memberi pengaruh kepada orang lain. Hingga pada akhirnya ia bertemu Romo Robini, OP yang memberi arah dalam hidupnya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Guna mendukung karyanya di kampus, Aji, sapaanya memutuskan tinggal di biara Sto. Dominikus Pontianak sejak Juli 2019. Merasakan kehidupan “membiara” bersama para Dominikan membuatnya menimba pengalaman baru, terutama merefleksikan perjalanan imannya. “Saya sangat bersyukur dan beruntung karena di sini dikelilingi pribadi-pribadi yang suportif. Meski hidup di tengah para imam, tetapi kewajiban keagamaan saya tidak dilupakan,” ceritanya.

Hal yang sama disampaikan Muhammad Firman Annur, Wakil Rektor I USA. Ia mengatakan dalam dunia pendidikan tidak dilihat agama dan suku seseorang. Agama akan selesai didiskusikan ketika berbicara soal kemanusiaan. Sebab nilai kemanusiaan menjadi hal yang utama di atas semuanya.

“Saya bersyukur bahwa di tempat ini, meski dikelilingi orang-orang Katolik, para Pastor Dominikan dan Pasionis, tetapi keutamaan hidup dan tujuan hidup saya tidak luntur. Saya hadir untuk memanusiakan banyak orang dari berbagai suku dan agama,” sebutnya.

USA ke depannya digadang-gadang menjadi kampus toleransi di Kalbar. Toleransi merupakan urgensi yang sangat vital dalam kehidupan mahasiswa, terutama ketika bersosialisasi dan adaptasi di kampus. Kehidupan kampus menjadi rawan terhadap intoleransi yang kadang membuat mahasiswa terancam.

       Pendirian USA ini, menurut Adrianus Asian Sidot memiliki keunikan tersendiri. Berdiri di kabupaten yang masuk pedalaman, tapi tentu ada maknanya. Dari kampung kita akan memulai sebuah karya besar karena saya percaya universitas ini pada gilirannya akan menjadi the center of excellence.

Pembina Yayasan Landak Bersatu ini menyampaikan bahwa USA hadir di Kalbar melalui proses panjang disertai ide dan perjuangan. Hal itu juga tidak terlepas dari belas kasih dan mukjizat dari Tuhan. Adrianus juga mendorong USA dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ia percaya pada gilirannya USA akan menjadi center of excellence di Indonesia, disegani sebagaimana Universitas Sto. Thomas di Manila yang juga dikelola oleh Ordo Dominikan.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Tradisi Intelektual Dominikan
Pastor Filemon de La Cruz, Jr., OP
Provinsial Ordo Dominikan Asia

Menyinggung sejauh mana spiritualitas Dominikan dalam pembangunan karakter manusia di USA, Pastor Filemon mengatakan spiritualitasn Dominikan adalah kontemplatif-aktif yang dijabarkan dalam empat pilar utama yaitu doa, studi, pewartaan, dan hidup komunitas. Keempat pilar ini bermuara pada misi keselamatan jiwa.

Sedangkan kharisma Dominikan bisa dilihat dalam karakteristik doa Dominikan yang dijabarkan seperti Ekaristi dan doa ofisi, Rosario, doa pribadi dan studi kontemplatif. Menurutnya studi kontemplatif penting sebab terkadang di zaman sekarang banyak orang melihat belajar sebagai penghalang untuk berdoa. Padahal studi adalah kesempatan untuk mencerahkan pikiran dan mengarahkan hati kepada Tuhan. “Bagi Dominikus belajar itu bukan pengosongan pikiran, tetapi ucapan syukur penuh kasih. Pikiran orang harus lebih dahulu tertuju kepada Tuhan,”ujarnya.

Kampus Unika Santo Agustinus dari Hippo di Landak, Kalbar

Sebutnya lagi, ada tradisi intelektual Dominikan yang kiranya kedepannya bisa diaktualisasikan di USA. Santo Dominikus seorang yang inovatif, secara erat dirinya menghubungkan studi dengan pelayanan keselamatan. Maka pembelajaran Kitab Suci, Filsafat, Teologi, atau ilmu-ilmu profan lainnya sebaiknya diserahkan untuk keselamatan jiwa lewat pewartaan dan pengajaran.

“Jadi dengan mempelajari sesuatu, seseorang menjadi manusia rohani, memungkinkan kita untuk lebih dekat dengan Tuhan; semakin kita tahu tentang Tuhan; semakin besar juga kesempatan untuk melayani Dia,” ujarnya sambil berharap tradisi intelektual ini juga bisa dicernah oleh seluruh civitas akademika dan para pengajar.

Yusti H. Wuarmanuk (dari Landak, Kalbar)

HIDUP, Edisi No. 48, Tahun ke-76, Minggu, 27 November 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles