HIDUPKATOLIK.COM – Bertempat di Ruang Nusantara 2 Gedung Lemhannas RI, Jakarta, dilakukan audiensi antara organisasi kemasyarakatan (ormas) perempuan lintas kepercayaan dan profesi yang dipimpin oleh Mathilda AMW Birowo, Ketua Alumni Katolik UI dan Dosen Universitas Multimedia Nusantara hari Senin, 28/11/2022.
Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto didampingi oleh Wakil Gubernur Mayjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah beserta pejabat lainnya.
Dalam pertemuan ini diharapkan dapat terwujud kerja sama antara ormas-ormas perempuan berbasis kepercayaan dan profesi dalam program pendidikan kepemimpinan nasional berperspektif global yang melibatkan lebih banyak kader perempuan.
Mengacu pada pembukaan Kata log: 2104010 Badan Pusat Statistik disebutkan, salah satu target pembangunan pada RPJM 2005-2025 adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia termasuk peran perempuan.
Pengarusutamaan gender adalah kiat yang disusun untuk melibatkan gender sebagai salah satu unsur terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi kebijakan, dan program pembangunan nasional.
Menurut sensus penduduk 2021, dari total penduduk Indonesia sejumlah 271,58 juta terdapat 136,34 juta laki-laki dan 135,24 juta perempuan.
Frekuensi terbesar adalah kaum muda, dan dari data tersebut maka usia produktif (15-64 tahun) mencapai yang tertinggi. Hal ini sekadar menggambarkan bahwa Indonesia memiliki potensi dalam pembangunan ekonomi nasional sekiranya perempuan dapat diberdayakan lebih besar.
Peran Ormas Keagamaan
Peran serta ormas perempuan berbasis keagamaan dan profesi dalam pembangunan tak sekadar pada perjuangan kesetaraan atau perlindungan perempuan dan anak, tetapi telah bergerak ke isu-isu nasional bahkan global.
Sebagai contoh, salah satu materi yang diangkat dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) November ini di Jawa Tengah adalah “Membangun Resiliensi Indonesia dari Radikalisme dan Ekstremisme Kekerasan”. Sehingga peran mereka sangat mendesak dan strategis, hal ini di karenakan ormas keagamaan memiliki basis massa yang besar, militansi kader dan merupakan yang paling dekat bersentuhan langsung dengan masyarakat akar rumput dan paling memahami persoalan-persoalan yang ada disekitar lingkungannya.
Menurut data dari Ketua Aisyiyah, Salmah Orbayinah saat ini Aisyiyah memiliki 34 Pimpinan Wilayah; 458 Pimpinan Daerah; 3193 Pimpinan Cabang dan 9781 Pimpinan Ranting atau setingkat desa/kelurahan. Selain itu, organisasi dengan jumlah anggota sekitar 25 juta ini memiliki 8 Pimpinan Cabang di Luar Negeri yakni Kairo Mesir, Malaysia, Taiwan, Islamabad Pakistan, Australia, HongKong, Sudan dan Turki.
Organisasi perempuan ini yang berdiri 19 Mei 1917 dengan perkembangannya yang pesat kemudian membentuk organisasi Aisyiysah muda dengan keanggotaan saat ini sekitar 2 juta.
Ormas lainnya adalah Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), organisasi ini terbilang senior berusia jelang 1 abad (didirikan 26 Juni 1924), telah memperoleh penghargaan Bakti Sepanjang Hidup (Long Life Achievement) dari Menteri Dalam Negeri (2018) dan turut mendirikan KOWANI (Kongres Wanita Indonesia) 2022.
WKRI memiliki 36 DPD (Dewan Pengurus Daerah) dan 93.450 orang anggota. WKRI menjadi anggota World Union of Catholic Women’s Organizations (WUCWO) berpusat di Roma, Italia. Sedangkan KOWANI memiliki 102 anggota organisasi perempuan terdiri dari Profesi Agama, Pendidikan, Kesehatan dan lainnya.
Hasil penelitian kecil yang dilakukan Penulis tahun 2021 tentang Kepemimpinan Organisasi Perempuan Keagamaan menunjukkan bahwa peran dari masing-masing organisasi perempuan telah mengarah ke pembangunan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan budaya.
Pembangunan di bidang pendidikan, organisasi perempuan secara berkesinambungan melakukan pendampingan, pelatihan keterampilan-keterampilan, pengembangan UKM dan bantuan pendidikan.
Di bidang kesehatan, organisasi perempuan turut andil dalam penanganan pandemi Covid-19 melalui berbagai cara, juga berjuang meningkatkan kesehatan ibu dan anak, pemberian gizi dan pemeriksanaan kesehatan bagi lansia, pencegahan stunting dan peningkatan kualitas lingkungan.
Di bidang ekonomi hijau organisasi perempuan berperan aktif diantaranya dalam pertanian, budidaya mangrove, tanaman hidroponik dan organik, daur ulang sampah serta eco enzyme. Selain itu, upaya organisasi dalam meningkatkan partisipasi perempuan dilakukan melalui pemberian motivasi, koordinasi dan komunikasi, serta melaksanakan tugas pengawasan.
Kendala yang dihadapi terkait partisipasi perempuan dalam pembangunan adalah keterbatasan waktu dan peran ganda kaum perempuan, belum merata tingkat Pendidikan termasuk literasi media/teknologi digital. Sedangkan tantangan bagi organisasi perempuan berbasis kepercayaan adalah bagaimana melakukan pertemuan-pertemuan berkala agar tercipta suatu elaborasi lintas organisasi yang berkesinambungan dan bersifat nasional bahkan internasional. Menghadapi tahun politik dan masih rentannya iklim toleransi, maka organisasi perempuan perlu lebih gencar dalam melakukan gerakan-gerakan bersama dalam turut membangun bangsa Indonesia yang adil, sejahtera dan bermartabat.
Rekomendasi
Berdasarkan hal-hal di atas dan memahami fungsi dari Lemhannas RI untuk membentuk pemimpin tingkat nasional serta mempertajam dan meningkatkan kapasitas serta efektifitas kepemimpinan melalui pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang dalam pada itu menyiapkan kader serta pengkajian permasalahan strategik nasional, regional dan internasional, maka audiensi dengan Gubernur Lemhannas RI diharapkan dapat mewujudkan kerja sama dalam bentuk program-program pendidikan bagi kepemimpinan nasional perempuan.
Kerja sama ini natinya diharapkan dapat memberdayakan ormas-ormas perempuan khususnya berbasis kepercayaan untuk lebih berkiprah dalam pembangunan nasional dan meningkatkan jejaring kerjasama yang intens lintas organisasi.
Selain itu, bagaimana agar perwakilan dari ormas-ormas perempuan memiliki kesempatan yang lebih besar dalam kepesertaan program-program pendidikan di Lemhannas.
Dengan demikian ormas perempuan tak hanya memperjuangkan kesetaraan dalam hal hak-hak perempuan serta melawan kekerasan terhadap perempuan dan anak, tetapi juga apa yang secara strategis dapat dilakukan oleh organisasi-organisasi ini untuk negara terutama juga dalam rangka meretas intoleransi di segala aspek kehidupan berbangsa.
Turut hadir dalam audiensi ini, M. Uniplaita (Kepala Biro Perempuan dan Anak PGI), Audra Jovani (Ilmu Politik UKI), Tristina Hanjaya (Parisadha Buddha Dharma NSI), Rita Serena Kolibonso (Koord Gerakan Perempuan Peduli Indonesia), Puspitasari (Dosen UI, Ketahanan Nasional), Hiashinta Prastuty (SGPP KWI), Maria Tamzil (Wanita Katolik RI, DPD Sulut), Francisia Seda (Dosen Sosiologi Indonesia), Widarmi Wijana (WaSekJen KOWANI), M.F. Lucia Wowor (AUSSI), dan Sonnya Hellen (Wartawati KOMPAS)
Sumber: Mathilda AMW Birowo, Ketua Alumni Katolik UI dan Dosen Universitas Multimedia Nusantara