HIDUPKATOLIK.COM – Pegiat Media Sosial, Eko Kuntadhi, pada Senin (28/11/2022) hadir di bumi Sriwijaya Palembang. Ia memberikan kuliah umum bagi limaratusan mahasiswa, dosen Unika Musi Charitas Palembang (UKMC) dan undangan. Acara ini digelar di Aula Gedung Yoseph lantai 3 Kampus UKMC, Palembang. Kuliah umum kebangsaan ini mengusung tema Perpektif Intelektual : Menjaga Indonesia Menjelang dan Pasca 2024.
Ketua Yayasan Musi Palembang, Pastor Donatus Kusmartono melihat kuliah kebangsaan ini dari perspektif intelektual. Ia mengatakan, mahasiswa sebagai tulang punggung negara dan merupakan jumlah angka terbanyak usia produktif di Indonesia.
“Hal ini merupakan bunus demografi bagi negara kita, karena masih produktif maka harus dimanfaatkan dengan membuka sumber-sumber ekonomi, sumber investasi. Dengan adanya stabilitas politik yang aman, masa yang akan datang melalui 100 % Katolik 100 % Indonesia atau menjadi seorang muslim yang taat juga menjadi seorang Indonesia yang mencintai negaranya dan menghargai keragaman kita,” ujarnya.
Rektor UKMC, Singgih Setiawan menyambut baik kuliah umum yang diselenggarakan ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya yang baru masuk semester 1 guna menambah wawan politik yang terjadi saat ini menjelang pesta akbar 2024.
“Kuliah umum ini tentunya dapat menambah ilmu dan wawasan bagi mahasiswa dan dosen serta stakeholder lainnya dalam rangka implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM )dan mengetahui situasi politik saat ini,” kata Singgih.
Eko Kuntadhi memaparkan perlu adanya selalu membuka dialog-dialog kebangsaan dengan ragam elit bangsa yang akan berkontestasi.
Menurutnya, hal ini penting agar suasana politik tidak bersuhu panas, namun menghasilkan solusi-solusi konstruktif untuk bangsa dan negara.
“Menciptakan dialog kebangsaan yang konstruktif-solutif itu lebih baik, daripada merawat luka-luka politik. Jangan sampai politik merusak tenun perdamaian, bangunan keindonesiaan, budaya gotong royong. Kepada para mahasiswa sebagai kaum intelektual wajib mengetahui mana yang benar dan mana yang salah agar tidak termakan oleh isu atau hoax, maka perlu pemahaman politik yang luas,” tuturnya.
Andreas Daris Awalistyo (Palembang)