web page hit counter
Minggu, 17 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Keuskupan Sanggau Menuju Keuskupan Mandiri

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Keuskupan Sanggau terus berbenah menjadi keuskpan yang mandiri dalam tenaga pastoral, finansial, dan administrasi. Semangat ini terasa dengan kehadiran gembalanya dari masa ke masa.

TAHUN 1925, para murid sekolah Katolik di Sejiram (sekarang wilayah Keuskupan Sintang) meminta para misionaris Ordo Kapusin (OFMCap) membuka stasi di Sanggau. Permintaan tersebut kemudian dikabulkan, meskipun belum ada pastor yang menetap di pusat Stasi Sanggau. Para pastor yang ada sibuk berkeliling mengunjungi orang-orang Katolik yang tersebar di kampung-kampung wilayah pedalaman yang luas.

Sejak tahun 1925 hingga masa pendudukan Jepang (sekitar tahun 1942), jumlah umat Katolik di Stasi Sanggau baru sekitar 1.000 orang. Selama pendudukan Jepang, jumlah ini tidak mengalami peningkatan yang berarti, karena para pastor yang semuanya berasal dari Belanda, dibuang ke kamp interniran di Kuching, Sarawak. Situasi mulai berubah ketika para misionaris kembali dari kamp pembuangan sekitar tahun 1945. Orang Dayak di kampung-kampung meminta pelayanan pendidikan (gedung sekolah) dan gedung gereja. Permintaan masyarakat Dayak untuk mendirikan sekolah ini tidak lepas dengan bangkitnya kepercayaan diri masyarakat Dayak dan munculnya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Hal ini muncul sebagai buah dari Kongres Partai Persatuan Dayak (1948) yang dikelola oleh para murid sekolah Katolik dan eks-seminaris.

Baca Juga:  KWI dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama "Community Privilege"

Dengan adanya penambahan tenaga misionaris, selain didirikan sekolah dan gedung gereja (beserta pastoran), dibukalah stasi-stasi (paroki) baru seperti: Sekadau (1950), Jangkang Benua (1951), Pusat Damai (1955), Pakit (1956) dan Batang Tarang (1958). Buah dari pembangunan sekolah, gereja dan pastoran di stasi-stasi tersebut, jumlah umat katolik mengalami peningkatan yang sangat pesat; dari 1.000 orang pada tahun 1942, menjadi 40.887 orang pada tahun 1972.

Melihat luasnya wilayah pelayanan Paroki Sanggau (pada waktu itu Sanggau masih berada di wilayah Administrasi Apostolik Pontianak), maka pada tahun 1950, daerah bagian selatan dari paroki Sanggau (Lintang) dilayani oleh pastor Passionis Belanda. Dan pada tahun 1954, daerah selatan Sanggau secara resmi diserahkan kepada prefektur Apostolik Ketapang. Para misionaris Passionis Belanda diminta bantuannya untuk melayani umat di paroki Sekadau, Lintang, dan Pantok.

Baca Juga:  Jaringan Caritas Indonesia Terus Bergerak Membantu 9000 Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Pada masa ini, peranan guru agama sangat vital. Mengingat jumlah pastor yang terbatas, para guru agama diangkat menjadi pemimpin umat dan pemuka jemaat. Pada tahun 1961, para imam Passionis Belanda digantikan oleh imam Passionis dari Italia.

Pada tanggal 9 April 1968, bagian eks-kawedanaan Sekadau dijadikan Prefektur Apostolik Sekadau, terlepas dari Prefektur Apostolik Ketapang dengan jumlah umat waktu itu sekitar 10.000 orang. Oleh Keuskupan Agung Pontianak, (saat itu Sanggau masih di bawah Keuskupan Pontianak) “wilayah sebelah kanan mudik sungai Kapuas” diserahkan kepada Prefektur Apostolik Sekadau (Stasi Lintang, Sekadau, Pakit; sekarang Paroki Sei. Ayak, Pantok; Sekarang Nanga Taman). Sejak saat itu, di setiap kampung diangkat para pengurus kampung yang terdiri dari: pemimpin agama, wakil pemimpin agama yang mengurus administrasi gereja dan upacara peribadatan umat) dan pemimpin umat (yang mengurus adat-istiadat dan hubungan dengan umat lain).

Sejalan dengan perkembangan jumlah umat yang semakin besar dan kesadaran tanggung jawab awam dalam kerasulan, serta luasnya wilayah pelayanan, pada 10 Juli 1982 diumumkan Surat Keputusan (SK) pendirian Keuskupan Sanggau, yang diresmikan pada tanggal 5 Desember 1982.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Tanggal inilah yang menjadi tanggal ulang tahun berdirinya Keuskupan Sanggau, yang merupakan gabungan dari eks-Prefeltur Apostolik Sekadau dan eks-Dekenat Sanggau, terpisah dari Keuskupan Agung Pontianak. Wilayah pelayanan Keuskupan Sanggau pada waktu itu meliputi seluruh Kabupaten Sanggau, dengan jumlah umat sebanyak 106.878 jiwa, yang tersebar dalam 11 paroki. Sebagai gembala pertamanya, diangkatlah Mgr. Hieronimus Bumbun, OFMCap, Uskup Agung Pontianak, sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Sanggau.

Pada tanggal 3 Juni 1990, Mgr. Julius Giulio Mencuccini, CP ditahbiskan menjadi Uskup Sanggau yang pertama dan menggembalakan Keuskupan ini hingga sekarang. Mottonya: Ministerium Meum in Ministrando, “Tugasku adalah dalam melayani” (Rm 12:7). Pada waktu itu (1990), jumlah umat sekitar 151.042 jiwa, tersebar di 13 paroki.

Yustinus Hendro Wuarmanuk; Sumber: Sekretariat Keuskupan Sanggau

HIDUP, Edisi No. 45, Tahun ke-76, Minggu, 6 November 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles