web page hit counter
Minggu, 17 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

“Sang Filsuf” Pulang Kampung untuk Sanggau

5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Sejak diangkat menjadi Uskup Sanggau, Pastor Valentinus Saeng, CP pulang kampung ke Sanggau. Ia ingin memastikan semua orang dilayani tanpa pilih kasih.

 PADA 18 Juni 2022, Paus Fransiskus menetapkan Pastor Valentinus Saeng, CP sebagai Uskup Sanggau. Pengumuman ini disampaikan langsung Paus Fransiskus kepada para peziarah yang berkumpul di Lapangan St. Petrus, Vatikan. Di Gereja lokal, Uskup Sanggau Mgr. Guilio Mencuccini, CP juga mengumumkan dalam ibadat adorasi Sakramen Mahakudus di Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau, Kalimantan Barat, Sabtu, 18/06/2022.

“Melalui surat ini saya hendak mengkonfirmasikan kepada Anda dan meminta Anda mengumumkan kepada Gereja lokal terkasih bahwa Bapa Suci Paus Fransiskus telah mengangkat Romo Valentinus Saeng, CP seorang putra Kalimantan yang lahir di keuskupan ini sebagai Uskup Sanggau yang baru dan penerus Anda,” ujar Nuncio Apostolik di Jakarta dalam suratnya yang dibacakan Mgr. Menccucini.

Pengumuman ini disampaikan pukul 12.00 waktu Vatikan, sementara pukul 17.00 WIB waktu Sanggau. “Sambil menyampaikan keputusan kepausan ini saya bersatu dalam sukacita bersama Anda, semua imam, biarawan dan biarawati dan umat beriman awam di Gereja lokal Sanggau yang terkemuka dan terpandang sembari meminta mereka mendoakan Uskup Terpilih dan menyambutnya sepenuh hati sebagai gembala baru,” ujar Paus dalam suratnya.

Orang Besar

Saat diumumkan, Mgr. Valen, begitu ia akrab disapa sejak diumumkan menjadi Uskup Sanggau, adalah dosen STFT Widya Sasana, Malang sekaligus Direktur Rumah Spiritualitas Passionis Malang. Ia mengaku, dirinya belum pernah menjadi pastor paroki sejak ditahbiskan imam pada 26 September 1998. “Saya terkejut sekali karena saya berada jauh dari Sanggau,” ujarnya sehubungan dengan pengumuman pengangkatannya sebagai Uskup Sanggau.

Meski demikian, ia menegaskan Sanggau bukan medan pastoral baru baginya. Semua tentang Gereja Sanggau, ia cukup memahami dan selalu mengikuti setiap perkembangannya. Selain karena dirinya anak asli Sanggau, juga karena banyak karya Kongregasi Passionis ada di Sanggau.

Baca Juga:  Jaringan Caritas Indonesia Terus Bergerak Membantu 9000 Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Keuskupan Sanggau bisa disebutkan adalah Gereja awal yang membantunya menemukan jalan panggilannya. Ketika Paus memanggilnya pulang kampung, ia berpikir ini adalah semata rahmat Tuhan. “Saya dipanggil pulang kampung halaman untuk mendengarkan dan memberi kesaksian tentang Kristus. Sebagai imam saya tidak punya banyak pengalaman, maka saya harus belajar mendengarkan dengan baik,” ujarnya.

Menjadi pendengar yang baik adalah metode pastoralnya saat akan mengawali penggembalaannya. Terutama mendengarkan masukan dari sang emeritus, Mgr. Mencuccini; para imam, frater dan suster; tokoh masyarakat; tokoh agama; dan orang muda; serta masyarakat kecil.

“Mereka lebih memahami dinamika umat daripada uskupnya. Mereka akan menjadi tutor yang baik dalam masa penggembalaan saya,” ungkapnya.

Mgr. Valen menambahkan, ada gejolak tersendiri dalam batinnya saat Paus Fransiskus memilihnya menggantikan “orang besar,” Mgr. Mencuccini. Sang emeritus tidak saja besar secara fisik, tetapi juga besar dalam karya dan jasa.

“Ia sudah banyak berbuat bagi Keuskupan Sanggau. Ia ‘orang besar’ dalam karya dan itu membuat saya tertantang untuk meneruskan karya besar darinya,” ujarnya.

Jejak kaki yang besar yang ditinggalkan Mgr. Mencuccini bagi Keuskupan Sanggau cukup banyak. Pastor Valen mengatakan, lewat jasa Mgr. Mencuccini Gereja Sanggau bisa terus bertahan hingga hari ini. “Saya sangat yakin bahwa Gereja Sanggau akan terus berlayar dalam biduk menuju sebuah Gereja yang mandiri.”

Terus Belajar

Pemegang gelar Doktor Filsafat ini mengakui menjadi uskup bukanlah cita-citanya. Cukup menjadi imam yang baik, melayani dengan tulus, memberi diri dan meleburkan diri kepada umat kecil dan miskin atau menjadi pengajar yang setia adalah cita-cita saya. Sama seperti para uskup lainnya saat dipanggil Duta Vatikan untuk disampaikan tugas perutusan Paus, ia juga tidak membayangkan akan terpilih sebagai uskup.
Saat dipanggil menghadap Duta Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo di Jakarta, ia membawa satu misi bahwa menjadi uskup bukan pemimpin tetapi pelayan di tengah masyarakat. Layaknya tugas seorang hamba hina-dina, ia melayani umat dalam semangat ini.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Di Sanggau ada begitu banyak orang kecil yang belum tersapa. Mereka adalah domba-domba yang “haus” akan kehadiran seorang gembala. Mereka butuh pastoral kehadiran, bukan profil gembala yang ganteng, bersih, makan enak. Tetapi gembala yang mau bertangan kotor, merasakan duka dan gembira umat.

“Itulah kenapa ketika saya bertemu Mgr. Piero, ada banyak pesan yang disampaikan. Keraguan dan ketakutan saya sebagai seorang gembala dikuatkan. Pesannya, jika kita melihat uskup itu sebagai pemimpin, maka akan ada ketakutan untuk melayani. Sebaliknya bila memandang seorang uskup sebagai pelayan, tidak ada alasan untuk menolak tugas ini,” paparnya.

Pesan lain yang menguat dalam pertemuan dengan Mgr. Piero adalah supaya tidak boleh meninggalkan dunia akademis. Dirinya akan terus mengajar walaupan tidak bisa optimal. Dunia akademis tidak tercerabut. “Bapak Nuntius juga mengatakan hal yang sama. Menjadi uskup bukan berarti tercerabut dari dunia kampus,” tambah penulis produktif sejumlah buku ini.

Dalam kekagetan dipilih sebagai Uskup Sanggau, ia tidak punya banyak harapan. Ia hanya berdoa dan merenung apa rencana Allah dalam dirinya. Dirinya tidak bisa berbuat banyak selain berpasrah kepada-Nya. Dipilih sebagai uskup, artinya ada rencana besar yang disiapkan Tuhan.

“Sebagai manusia lemah, saya harus terus menangkap dan memahami rencana Tuhan tersebut dalam kehadiran saya bersama umat. Mencintai dan melayani mereka sebagaimana Tuhan perbuat kepada orang-orang kecil,” ujarnya.

Di akhir pertemuan itu, Duta Besar mengharapkan Pastor Valen melayani umat dengan sungguh-sungguh. Belajar mendengarkan, belajar memahami kebutuhan umat, dan terlibat dalam segala situasi kehidupan umat beriman. Menjadi gembala yang tidak mempersulit umat tetapi mampu mengantar mereka ke padang rumput hijau.

Baca Juga:  KWI dan Garuda Indonesia Jalin Kerja Sama "Community Privilege"

Memberi Diri

Pulang kampung bagi Mgr. Velen adalah pengalaman yang menggembirakan, tetapi seringkali perasaan-perasaan subjektif dan kedekatan keluarga membuat kebijakan tertentu tidak terarah dengan baik. Maka, ia berharap melali kehadirannya di Sanggau, ia ingin dekat dengan semua umat, tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk umat beragama lainnya dengan tulus hati. Sejak ditahbiskan ia bukan lagi milik keluarga tetapi Gereja dan umat Allah.

Dalam perjalanan pastoralnya nanti, tentu ada kebijakan pastoral kepada masyarakat Dayak yang selama ini kurang mendapat perhatian. Tentu juga kepada ada keterbukaan dan program-program yang menyapa umat dari luar masyarakat Dayak juga. Ia ingin memastikan semua umat beriman yang berada di bawah Gereja lokal Keuskupan Sanggau mendapatkan pelayanan yang penuh tanpa terkecuali.

Fokus juga kedepannya adalah membangun relasi dengan para imam yang berkarya di Keuskupan Sanggau. Menurutnya meski ia datang dari Kongregasi Passionis, tetapi ketika menjadi uskup, maka ia milik Keuskupan Sanggau. Karena itu pembinaan dan pendidikan calon imam diosesan serta kehadiran biarawan-biarawati adalah mitra kerja sekaligus teman seperjalanan dalam melayani umat Sanggau. Kerja sama yang baik dengan semua ordo atau kongregasi akan menguatkan geliat hidup menggereja.

Tak ketinggalan adalah komunikasi dengan pemerintah setempat. Tokoh masyarakat dan tokoh agama serta pemerintah adalah mitra dalam membangun masyarakat yang damai.

“Berharap dalam kerja sama ini, toleransi antar umat beragama semakin tumbuh berkembang,” tuturnya.

Sebagai Uskup Sanggau, Mgr. Valen akan menggembalakan jumlah umat terbesar ke-7 di Indonesia. Sebagai sebuah keuskupan di Provinsi Gerejawi Pontianak, Keuskupan Sanggau menjadi rumah bagi 340.347 jiwa umat Katolik. Sekaligus menjadi keuskupan termuda di wilayah Kalimantan Barat yang meliputi dua wilayah, Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau.

Yustinus Hendro Wuarmanuk

HIDUP, Edisi No. 45, Tahun ke-76, Minggu, 6 November 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles