HIDUPKATOLIK.COM – PESTA Paduan Suara Gerejani (PESPARANI) Katolik Tingkat Nasional II akhirnya dapat digelar di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kota Kupang, setelah melalui jalan ‘berliku’ karena faktor pandemi yang menerpa Indonesia dan dunia dalam tiga tahun terakhir ini. Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2022, perhelatan akbar umat Katolik yang datang dari 34 provinsi ini akan dibuka dengan perayaan Ekaristi meriah dan seremoni pembukaan. Pembukaaan akan dikemas dalam nuansa kebudayaan lokal yang merupakan salah satu ciri sekaligus kekayaan kebhinnekaan Nusantara ini. Event ini akan berlangsung selama empat hari (28-31 Oktober 2022).
Bila membuka ‘album’ Pesparani Tingkat Nasional I di Ambon, Maluku, tahun 2018 tampak sangat kentara bahwa Pesparani boleh disebut ‘hanya’ media untuk mempertemukan umat Katolik yang diwakili oleh kontingen dari setiap provinsi dalam sebuah lingkaran besar persaudaraan (baca: kawanan kecil) sebagai umat Katolik di Nusantara ini. Dan pada momentum yang sama (tak terpisahkan) kian mengikat tali persaudaraan dengan umat beragama lain. Hal ini tampak terang-benderang dari penyelenggara. Kepanitiaan melibatkan semua elemen anak bangsa yang berbeda agama/keyakinan. Mereka bahu-membahu mempersiapkan perhelatan akbar ini agar berjalan dengan baik, aman dan penuh sukacita.
Nuansa kebhinnekaan di Maluku itu secara jelas diestapetkan ke NTT. Ketua Umum Panitia Penyelenggara berasal dari kalangan Muslim. Begitu juga dengan pelaksanaan di akar rumput. Kalangan orang muda dari lintas agama yakni organisasi-organisasi kepemudaan dilibatkan. Tak berhenti sampai di situ. Dari pemantauan kami, ketua kontingen dari sejumlah provinsi bahkan dipimpin oleh sauadara Muslim. Dengan tagline Dari Nusa Tenggara Timur untuk Indonesia, Provinsi NTT ingin menegaskan semangat kebersamaan dan persaudaraan keindonesiaan yang majemuk itu. Jika Maluku disebut-sebut segagai laboratorium pesaudaraan sejati, maka NTT menabalkan diri sebagai provinsi toleransi.
Pesparani memang sebuah momen pesta kebersamaan, persudaraan, merawat kebhinnekaan. Keterlibatan semua pihak dari pelbagai kalangan, lintas iman menegaskan bahwa ajang lomba lagu-lagu gerejani, tutur Kitab Suci, cerdas cerman ini gelah bermetamorfosis menjadi ajang yang melampauai (beyond) eksistensinya. Ini merupakan rahmat, ya perlu dirayakan. Kiranya, event dengan skala lebih kecil perlu digelar di tingkat desa/keluarahan, kecamatan di seluruh persada Nusantara ini. Dengan perjumpaa dalam hajatan semacam ini, tali silaturhami akan semakin diperkuat untuk membentengi pengaruh-pengaruh yang ingin merongrong keutuhan bangsa dan negara ini.
Tahun 2023 nanti, Pesparani Tingkat Nasional III akan dilangsungkan di Provinsi DKI Jakarta. Kita berharap, semangat yan diusung dari Maluku ke NTT dapat juga diteruskan ke Ibu Kota Negara, dan ke tuan rumah (provinsi) berikutnya. Pesparani tak lagi sekadar ajang lomba, tapi menjadi jembatan atau ‘lapangan besar’ yang mempertemukaan keberagaman dalam semangat persatuan dan persaudaraan anak-anak bangsa, kepedulian dan solidaritas.
HIDUP, Edisi No. 44, Tahun ke-76, Minggu, 30 Oktober 2022